Cari Blog Ini

Selasa, 29 Mei 2012

Surat Terbuka untuk Suami Istri (3)

Wahai suami istri … Jangan pinjam cara pandang orang lain!

 Sebagian istri dan sebagian suami berfikir dengan cara pandang orang lain, mereka ingin menjadi seperti mereka, tujuan utama mereka taklid dan ikut-ikutan, istri tipe ini apabila melihat tetangganya membeli sesuatu dia pasti ingin membelinya, bahkan mungkin keadaan istri tipe ini semakin parah ketika mengikuti orang lain dalam cara pakaian, berjalan, dan berbicara dan lainnya.

Tidak mengapa kita meneladani sifat-sifat terpuji orang lain yang kita lihat, akan tetapi menjadi pengekor orang lain,mengikuti gaya hidup mereka, berusaha mengikuti setiap jengkal langkah mereka, dan mereka sedih dan gelisah ketika tidak bisa meraih seperti yang orang lain raih.

Semua perkara ini termasuk perkara-perkara bahaya yang bisa menjerumuskan seseorang dalam kecemasan dan kebosanan, hendaklah sepasang suami istri memahami bahwa mereka berdua ibarat satu bangunan yang Allah ciptakan dengan sifat-sifat dan karakter yang tidak menyamai sifat dan karakter orang lain, maka tidak ada di muka bumi ini dua orang yang memiliki kesamaan dalam segala hal. Oleh karena itu, janganlah seseorang melebur kepribadiannya sendiri dan mengikuti sifat dan karakter orang lain, akan tetapi dia harus memiliki kepercayaan diri, kepribadian yang independen dalam berfikir dan memandang urusan-urusan dunia, janganlah dia mengalir mengikuti arus orang lain yang berbuat baik atau buruk, akan tetapi dia harus bisa memosisikan dirinya, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah r bersabda:

Janganlah salah seorang diantara kalian suka mengekor, yaitu yang berkata aku ikut orang lain, jika mereka baik aku ikut jadi baik, jika mereka berbuat jelek, aku juga ikut berbuat jelek, akan tetapi jadilah dirimu sendiri, jika mereka berbuat baik, kamu terus berbuat baik, dan jika mereka berbuat jahat, jauhilah perbuatan jelek mereka

Di antara penyebab paling besar terjatuhnya seseorang dalam kekufuran dan jauh dari Allah, yang akibatnya mendapatkan kesengsaraan di dunia dan akhirat adalah mengekor orang lain tanpa petunjuk dari Allah, seperti perbuatan orang-orang musyrikin yang melawan seruan kebenaran seraya berkata:

إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ (٢٣)
"Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka" (QS. Az Zukhruf: 23)

  

Wahai suami istri … Jangan jadikan hidupmu hanya untuk dirimu sendiri!

Apakah kamu telah mengetahui bahwa hidupmu bisa saja terasa membosankan dan menyesakkan dada jika kamu jauh dari berbuat baik kepada orang lain dan jika kamu hanya jadikan hidupmu hanya untuk dirimu sendiri?


Kebanyakan orang memikirkan dirinya sendiri, rumahnya, dan anak-anaknya saja, tidak memikirkan orang nasib orang lain, sikap dan perilakunya seakan-akan mengatakan : “Yang penting diriku sendiri selamat, meskipun orang lain terseret air bah”


Apakah kamu tahu, bahwa berbuat baik kepada orang lain bisa mendatangkan kenikmatan dan kebahagiaan?!


Seorang laki-laki mengeluhkan kesepian dan kesedihan yang dia rasakan kepada Rasulullah r, kira-kira apa nasihat Rasulullah r kepadanya?


Sungguh beliau r berkata kepadanya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang-orang miskin


Jangan kamu kira, nasihat yang Rasulullah r berikan kepadanya adalah nasihat religius semata, tidak sekali-kali tidak, para ulama dan ahli filsafat –muslim maupun non muslim- sepakat bahwa nasihat Rasulullah r di atas sebuah solusi jitu menggapai kebahagiaan. 


Salah satu ilmuwan amerika, seorang atheis tidak mengakui adanya agama, yaitu Theodore Drizr berkata: “Jika seseorang ingin merasakan kenikmatan hidup, hendaklah dia menumbuhkan kebahagiaan pada diri orang lain, karena kebahagiaan seseorang itu bersandar kepada kebahagiaan orang lain, dan kebahagiaan orang lain bersandar kepada kebahagiaannya”


Bukti kebenaran pernyataan di atas adalah ketika kamu sedang bahagia atau datang kepadamu kabar yang menggembirakan, niscaya kamu sangat senang dan bersegera menyampaikan kegembiraanmu tersebut kepada orang lain, terlebih khusus kepada orang-orang yang kamu cintai, karena kamu ingin mengajak orang lain turut merasakan kebahagiaan yang kamu rasakan. Ketahuilah, kebahagiaan seseorang tidak mungkin sempurna kecuali dengan orang lain!!


Percayalah, niscaya kamu akan mendapatkan kesenanganmu dalam kesenangan orang lain, kebahagiaanmu dalam kebahagiaan orang lain, berbuat baiklah kamu kepada orang lain dengan ikhlas semata karena Allah, hingga kamu menggapai ridho Allah, perbuatan baikmu tidak mungkin kosong dari kebaikan di dunia dan akhirat, Rasulullah r bersabda:


صَنَائِعُ الْمَعْرُوْفِ تَقِي مَصَارِعَ السُّوْءِ وَأَهْلُ الْمَعْرُوْفِ فِي الدُّنْيَا هَمْ أَهْلُ الْمَعْرُوْفِ فِي الْآخِرَةِ ... وَأَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوْفِ
Perbuatan baik melindungi seseorang dari perbuatan jahat, orang yang berbuat baik di dunia adalah orang yang berbuat baik di akhirat … orang yang pertama kali masuk surga adalah orang yang berbuat baik


Wahai suami istri … jadikan mimpimu kenyataan!


Di antara kemampuan yang Allah anugerahkan kepada kita adalah kemampuan untuk mengkhayal (bercita-cita.pent), yang jika digunakan sebaik-baiknya niscaya mendatangkan kebahagiaan hakiki. Akan tetapi, sebagian orang, tanpa mereka sadari, telah menjadikan kemampuan ini untuk mendatangkan kebosanan dan kepenatan, hal itu terjadi ketika mereka meninggalkan kenyataan dan lari mencari khayalan –Mimpi ketika bangun tidur-. 

Apabila mereka sedang kesulitan, maka mimpi-mimpi mereka menggambarkan hilangnya segala kesulitan, sehingga mereka hidup berbahagia sesaat bersama mimpi-mimpi mereka, hingga tatkala mimpi berakhir, maka mereka dikejutkan oleh kenyataan yang pedih!!


Wahai suami …, tidak mengapa kamu bermimpi mengharap masa depan yang lebih baik bagimu sendiri dan keluargamu. Wahai istri, tidak mengapa kamu bermimpi meraih apa segala apa yang kamu inginkan. Akan tetapi, jangan sampai salah seorang di antara kalian, terus tenggelam dalam mimpinya, mereka harus berusaha menjadikan mimpi-mimpinya kenyataan, mereka berusaha untuk menggapai mimipi-mimpinya dengan cara benar, tanpa tergesa-gesa untuk memetik buah sebelum matang. Berusahalah untuk mengembangkan kemampuanmu sesuai bakatmu, galilah kepribadianmu dan kemampuan serta bakat terpendam yang kamu miliki, karena sesungguhnya manusia terbodoh adalah orang yang tidak mengenal dirinya sendiri, tidak mengetahui kemampuannya dan bakat-bakatnya, jangan berlebih lebihan dalam menggali bakat agar tidak berbenturan dengan kenyataan, ketahuilah, mimpi-mimpimu hari ini adalah kenyataan di esuk hari …


Waspadailah khayalan palsu. Ketahuilah, khayalanmu terkadang menjadi sebab utama kesengsaraanmu dalam hidupmu. Oleh karena itu, jangan kamu jadikan khayalanmu pembawa kesengsaraan.


Sedangkan kamu, wahai istri, jangan kamu memandang orang lain, hingga kamu pun terbang jauh dengan khayalanmu mengharap sesuatu yang jauh dari kenyataan, akibatnya kamu akan merasakan kesempitan dan kepenatan, dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa 

Nabi r bersabda:

Lihatlah orang yang lebih rendah darimu dalam perkara dunia, karena hal itu lebih membantu kalian untuk tidak mengingkari kenikmatan Allah atasmu


Melihat kepada yang lebih rendah dalam perkara dunia, bukan berarti kamu tidak boleh mencapai hal-hal yang lebih baik, akan tetapi janganlah kamu menyiksa dirimu sendiri dengan melihat kepada orang-orang yang di atasmu … perbedaan antara yang pertama dan kedua sangatlah jelas.


Wahai suami istri … merubah kebiasan itu perlu!


Terkadang rasa bosan menginggapi rumah tangga karena kebiasaan sehari-hari yang monoton  yang tidak pernah berubah hingga melahirkan kebosanan. Ya, memang benar, hidup tanpa ada perubahan terkadang membosankan, akan tetapi apa yang menyebabkanmu tidak berkembang dan tidak berubah?!


Berusahalah kamu dengan istrimu untuk tamasya terbuka di tempat-tempat terbuka, berusahalah kalian untuk merubah kebiasaan keseharianmu, jenis makanan dan minuman, kunjungilah teman-temanmu, atau keluarga yang memiliki hubungan erat denganmu, sambunglah tali silaturahmi dengan karib kerabat dan saudaramu, jenguklah orang sakit, hadirilah pesta-pesta atau momentum-momentum kebahagiaan bersama anak-anak dan keluargamu, selain kegiatan-kegiatan di atas mampu merubah rutinitas keseharian kalian yang monoton, kegiatan di atas juga memberikan kepada anak-anakmu sebuah pemahaman baru tentang masyarakat dan bagaimana cara hidup bermasyarakat, kumpulkan anak-anakmu untuk membaca Al Quran, membaca sirah perjalanan Nabi Muhammad r dan perjalanan hidup para sahabat, kegiatan di atas juga tidak termasuk perbuatan sia-sia yang membuang waktu, tidak sekali-kali tidak, Rasulullah r bersabda:


كُلُّ شَيْءٍ يَلْهُوْ بِهِ ابْنُ آدَمَ بَاطِلٌ إِلَّا ثَلَاثًا: رَمْيُهُ بِقَوْسٍ وَتَأْدِيْبُهُ فَرَسَهُ وَمُلَاعَبَتُهُ أَهْلَهُ فَإِنَّهُنَّ مِنَ الْحَقِّ
Segala kegiatan yang dilakukan anak adam itu perbuatan batil (sia-sia dan tidak berpahala.pent)  kecuali tiga hal, yaitu belajar memanah, melatih kuda, dan bersenda gurau bersama keluarga, ketiga hal di atas adalah haq (berpahala.pent)” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)


Hendaklah kita menyisihkan dari waktu kita untuk bermain permainan mubah dan menghibur diri, perhatikanlah Rasulullah r dengan seabrek kegiatan dakwah beliau menyeru kepada Allah, akan tetapi beliau r menyisihkan dari waktu kesibukan beliau dalam dakwah dan jihad sebagian waktunya untuk menghibur dan bersenda gurau. Dalam salah satu peperangan beliau, ketika beliau r jauh dari pandangan para sahabat, dan saat beristirahat, beliau menyempatkan dirinya untuk berlomba lari dengan ‘Aisyah, hingga beliau r memenangkan perlombaan tersebut setelah dikalahkan oleh istrinya tempo dulu, lalu Rasulullah r tertawa dan berkata, “Kemenangan ini sebagai ganti kekalahanku dulu”.


Suatu saat Rasulullah r merendahkan bahunya hingga Aisyah melihat orang-orang habasyah yang sedang bermain tombak di masjid, ‘Aisyah berkata:


Aku melihat Rasulullah r berdiri di depan pintu kamarku, sedangkan orang-orang habasyah bermain tombak di masjid Rasulullah r, Rasulullah r berdiri menutupiku dengan selendangnya, sedangkan aku melihat permainan mereka dari sela-sela telinga dan pundak beliau, kemudian Rasululah berdiri untukku hingga aku yang pergi. Perhatikanlah anak-anak perempuan yang masih muda, yang menyenangi hiburan


Rasa bosan terkadang meresap ke rumah tangga sebagai akibat dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang biasa dilakukan oleh suami atau biasa dilakukan oleh istri. Akan tetapi mereka berdua tidak berusaha merubah kebiasaan buruk tersebut dengan dalih bahwa kebiasaan tersebut tidak mungkin bisa berubah. Sebenarnya, semua kebiasaan itu bisa berubah. Ya,barangkali sulit, akan tetapi kebiasaan buruk tersebut tetap berpotensi untuk berubah. 


Wahai para suami, coba perhatikan masyarakat jahiliyah pada jaman Rasulullah r, yaitu masyarakat yang dipenuhi dengan kebiasaan-kebiasaan tercela, lihatlah bagaimana kebiasaan-kebiasaan tersebut berubah? Bagaimana orang-orang jahiliyah berubah dalam waktu singkat? Bagaimana kebiasaan-kebiasaan mereka berubah!!!


Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan keimananmu kepada Allah dalam menghadapi kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut, kamu tidak akan gagal jika bermodalkan niat jujur dan tekad kuat.


Ketahuilah, karakter seseorang itu tidak mungkin diwariskan, mayoritas para pakar ilmu jiwa, berkeyakinan bahwa kepribadian seseorang yang emosionalnya matang, akan mampu meluruskan perangainya dan mendidiknya dengan mudah sebagaimana dia mendapatkan kemudahan dalam menaklukan mesin-mesin rumit.



Wahai suami istri … Jangan biarkan orang lain mempengaruhi pemikiranmu!


Di antara faktor penghambat kebahagiaan dalam berumah tangga adalah memberi kesempatan kepada orang lain dan cara pandang mereka untuk ikut campur dalam mengomandoi  dan mewarnai kehidupan kita. Terkadang seseorang di antara kita melelahkan dirinya sendiri atau merasa bosan dan cemas ketika memikirkan perkatan fulan dan fulan. Dia khawatir jikalau orang lain akan mengkritik dan memprotes tindak tanduknya. Yang pada hakikatnya, dia terlalu ambil pusing, menyibukan diri, dan terlalu mempertimbangkan kata-kata orang lain, yang terkadang mungkin hanya kata-kata sepele, timbul karena kedzaliman mereka, atau karena dorongan jahat lainnya, yang tidak berhak mendapatkan perhatian sedemikian rupa. 


Terlalu sensitif dengan kata-kata orang lain adalah sikap yang harus dijauhi agar kita hidup bahagia. Demikian pula sepasang suami istri, hendaknya tidak terlalu memikirkan kata-kata orang lain mengenai diri mereka berdua, tentang rumah tangganya, atau tentang perabotan rumah mereka dan lain sebagainya.


Di bawah ini cerita tentang seorang suami dan istrinya yang memberikan kesempatan kepada perkataan orang lain untuk memperkeruh kehidupan rumah tangga mereka berdua, hingga akhirnya, mereka berdua membiarkan kehidupan rumah tangga mereka dipenuhi kesedihan dan kesusahan.
Cerita ini adalah cerita nyata tentang sastrawan Rusia yang terkenal bernama Tolstuway , dia adalah seorang filusufis agung. Secara umum, kondisi kehidupannya bisa diacungi jempol, bahkan orang-orang yang mengaguminya tidak pernah berhenti dari mengunjunginya, hanya sekedar untuk mendengarkan perkataan-perkataanya dan hikmah-hikmahnya, bahkan semua kata-kata yang keluar dari mulutnya ditulis dan disebarkan di majalah, agar semua orang bisa membacanya. 


Filusufis ini menikah dengan seorang wanita yang dia cintai dan demikian pula wanita tersebut mencintainya, mereka berdua hidup bahagia di awal pernikahan. Akan tetapi,sang istri sangat pencemburu, bahkan dia cemburu kepada suaminya karena anak-anak perempuannya sendiri. Cemburu ini memperkeruh kehidupan suaminya. 


Lalu apa yang dilakukannya?


Sungguh di luar perkiraan, ternyata dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menulis diare yang berisi celaan kepada istrinya, celaan-celaan yang keluar karena perselisihan antara mereka berdua. Dia ingin agar generasi yang akan datang bersikap adil kepada dirinya dan mencurahkan celaan hanya kepada istrinya.
Apa reaksi istrinya, apa yang dilakukannya?


Sungguh sang istri merobek sebagian besar diare yang dibuat suaminya dan membakarnya, kemudian dia mulai menulis diare membantah suaminya dan membalas dua kali lipat dari perbuatan suaminya, bahkan dia menulis di dalam diare tersebut dengan judul “Salah siapa?”


Apa penyebab ini semua?
Mengapa kedua sepasang suami istri merubah rumah tangga mereka seperti rumah sakit jiwa?


Ada satu sebab utama musibah ini, yaitu keinginan masing masing suami istri untuk mempengaruhi kita yaitu generasi setelah mereka, mereka ingin agar kita bersikap adil dalam menilai salah satu pihak dan membenci pihak lain, apakah kamu kira ada salah seorang dari kita yang memikirkan siapa di antara mereka berdua yang benar dan mana yang salah? Tidak, sekali-kali tidak akan ada, aku dan kamu sibuk dengan urusan masing masing, kita tidak memiliki waktu meskipun satu menit untuk disia-siakan memikirkan keluarga tultuwi kiram s?


Ini adalah kenyataan, manusia tidak memikirkan kecuali diri mereka sendiri dan maslahat mereka, maka kita tidak boleh ambil pusing gunjingan mereka dan kita tidak memberikan perhatian kepada kata-kata mereka, kita tidak menjadikan kata-kata mereka sebab utama kesedihan kita, Allah ta’ala berfirman:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ (١١٦)
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah, mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS. Al An’am: 116)
Aku mendapatkan sebagian orang memperkeruh kehidupan mereka dengan kata-kata orang lain. Misalnya, si fulan mengalami kerugian dalam perniagaannya, akan tetapi dia tidak mau pindah karena takut dari gunjingan orang lain. Istri fulan bersedih hati karena si fulanah berkata sesuatu mengenai perabot rumahnya yang tidak dia sukai!!


Dale Carniege berkata, “Aku sangat yakin bahwa seseorang itu tidak sempat menyibukkan dirinya untuk memikiran fulan dan fulan lebih dari beberapa saat, karena mereka sibuk memikirkan diri mereka sendiri sejak membukan matanya menemui hari baru hingga mereka menuju ke kasur mereka, sedikit pusing yang  mereka rasakan sudah cukup untuk melupakan mereka dari kabar kematianku dan kematianmu”


Ini semua bukan berarti kita tidak menerima nasihat ornag yang kita percaya dalam hal-hal yang bermanfaat untuk kita di dunia dan akhirat, karena agama adalah nasihat sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits mulia.

(diterjemahkan dari Miftahus Sa'adah Az Zaujiyah )


Surat Terbuka untuk Suami Istri (2)

Wahai suami istri … Jangan tampakkan perselisihan di hadapan anak-anak!


Tidak sepantasnya suami istri bertengkar di hadapan anak-anak mereka –anak kecil pada khususnya-, tidak pantas pula mereka mengangkat suara di hadapan anak-anak mereka, karena tindakan ini melahirkan perasaan takut dan khawatir pada diri anak.

Bahkan, anak-anak terkadang mengira bahwa perselisihan kedua orang tuanya pasti berakibat pada perceraian dan perpisahan, sehingga anak-anak mereka tercekam rasa takut dan selalu cemas dengan perselisihan kedua orang tua, dan akan berdampak negatif pada kejiwaan anak.

Bahkan para pakar psikolog menegaskan bahwa perselisihan kedua orang tua yang terus menerus di hadapan anak-anak mereka berdampak negatif pada kesehatan kejiwaan anak, dampak ini akan selalu dirasakan hingga mereka dewasa, terkadang lahir kebencian dan ketakutan dari pernikahan pada sebagian anak, mereka takut jikalau perseteruan akan berulang pada keluarganya kelak, karena anak telah berasumsi bahwa suami istri harus hidup sengsara penuh dengan perselisihan, problematika, dan rintangan.

Hal-hal di atas terjadi –secara khusus- ketika perselisihan suami istri dikuasai oleh emosi yang tak terkendali, angkat suara, ancaman perceraian dan seterusnya.

Akan tetapi, apa yang harus dilakukan kedua orang tua terhadap problematika keluarga yang pasti datang menghampirinya? 

Bagaimana sikap mereka terhadap problematika keluarga yang tidak ada satu rumah tangga kecuali ada problematika?

Perselisihan keluarga agar tidak berdampak pada kesehatan kejiwaan anak, maka harus dikendalikan, dan suami istri harus berusaha agar perselisihan tersebut penuh dengan kesopanan dan saling menghargai, dan harus dihindarkan dari peremehan, celaan dan lainnya.

Perselisihan di atas juga harus jauh dari anak-anak, sehingga tidak berdampak negatif pada kesehatan kejiwaan anak dan tidak melukai perasaan mereka.

Disamping itu, anak-anak harus dididik bahwa perselisihan itu pasti terjadi, tetapi perselisihan tersebut harus penuh dengan kasih sayang, cinta, menghormati orang lain, dan tidak sampai pada tingkat yang tidak pantas.

Seorang ibu harus berhati-hati pada satu poin penting, yaitu seorang ibu yang menghasut anaknya bahwa ayahnya telah mendzolimi dirinya atau ayahnya tidak memberikan hak-hak dirinya atau lainnya dengan tujuan agar anaknya membelanya.

Tindakan ini tidak benar, bagaimanapun keadaan sang ayah, maka dia tetap ayahnya, ayah yang memiliki hak untuk ditaati anak-anaknya, dicintai, disayangi, dan dihormati. Maka tidak boleh ditanamkan pada anaknya untuk membenci ayahnya.

Ini tindakan buruk dan tidak mendidik, terlebih lagi perbuatan tersebut haram, karena tindakan ibu manghasut anak bisa mendorong anak untuk durhaka kepada ayah, dan mencampakkan sang anak untuk mendapatkan siksaan Allah di dunia dan akhirat.

Sang ayah juga tidak boleh menghasut anak, dia tidak boleh memenuhi jiwa anak dengan kebencian kepada ibunya, bagaimanapun kondisi perselisihan mereka berdua. Karena ibu tetap ibu sang anak, bagaimanapun keadaan ibu, yaitu ibu yang memilik hak untuk ditaati oleh anaknya. Akan tetapi sang ayah yang bodoh dan ibu yang bodoh sering menghasut anak-anaknya. 

Yang memberikan peringatan akan hal ini bukan hanya para ulama, melainkan para dokter spesialis anak.

DR. Benyamin –dokter spesialis anak-anak- berkata dalam bukunya “sepatah kata untuk para ibu” :
“Saya ulangi sekali lagi, kedua orang tua tidak boleh memerankan peran sebagai syahid atau yang terdzalimi … perbuatan seperti ini tidak boleh terjadi dari kedua orang tua, karena perbuatan tersebut menyebabkan anak tertekan oleh salah satu dari kedua orang tuanya, orang tua yang dia anggap sebagai barang miliknya yang paling berharga, kedua orang tua adalah sumber kehidupan anak dan kebaikannya”

Wahai suami istri … usirlah rasa bosan dengan salat!

Aku kira, tidak ada seseorang jika dia memulai harinya dengan salat, bermunajat dengan Allah Rabb semesta alam, meminta perlindungan kepadaNya, memohon bantuan, kekuatan dariNya, kemudian dia merasa bosan setelah itu. 

Rasulullah r bersabda:
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِيْ ذِمِّةِ اللَّهِ
Baransiapa salat subuh maka dia menjadi tanggungan Allah”, 

Yaitu, Allah akan menjaganya, hadits di atas adalah peringatan untuk setiap orang yang ingin disakiti oleh setan dan manusia … ya, salat akan memberikan kepada manusia ketenangan jiwa dan kekuatan batin yang dengannya seseorang bisa mengatasi segala perkara yang memperkeruh hidupnya, perhatikanlah Rasulullah r apabila bersedih beliau bersegera salat.

Wahai para suami, wahai para istri, sudahkan kalian mengingat Allah dengan salat saat merasa bosan?

Salah satu dokter ternama di barat, penulis buku Manusia itu bodoh berkata, “Salat adalah potensi terbesar yang melahirkan vitalitas yang sudah diketahui hingga hari ini, aku melihat banyak dokter yang menangani para penderita dengan resep-resep mereka, namun resep-resep tersebut tidak mampu menyembuhkan penyakit, setelah dokter angkat tangan karena tidak mampu, maka salat mengambil alih peran dan menyembuhkan si penderita. Karena ketika kita salat, kita mengikatkan diri kita dengan kekuatan agung, yang mengatur alam semesta, kita memohon kepada kekuatan tersebut dengan merendahkan diri, agar kita diberi sepercik kekuatan tersebut untuk menghadapi problematika kehidupan. Bahkan dengan merendahkan diri kepada Allah, berdoa kepadaNya, sudah cukup untuk meningkatkan kekuatan kita dan aktivitas kita, kamu tidak menemukan seorang pun yang merendahkan diri kepada Allah kecuali perendahan dirinya di hadapan Allah akan memberikan kepadanya akibat-akibat yang agung.”

Oleh karena itu, Islam mensyariatkan salat lima waktu sehari semalam di waktu-waktu yang berbeda dan saling berurutan sejak bangun tidur, dengan tujuan umat islam bisa mandi di waktu-waktu tersebut membersihkan diri dari kotoran-kotoran kehidupan dan kesedihannya. Islam juga telah mensyariatkan salat yang disebut salat hajah, salat yang dilaksanakan seorang muslim, sebagaimana Rasulullah r segera melaksanakan salat hajah ketika perkara dunia dari perkara-perakara dunia menghimpitnya, mengharap di dalamnya bantuan dan pertolongan dari Allah, salat hajah itu salat dua rakaat seperti salat sunnah lainnya, seorang hamba bisa berdoa kepada Allah sekehendak hatinya.

Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (١٨٦)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al Baqarah: 186)

Wahai para suami, apabila kalian merasa bosan atau mendapatkan buruknya perangai istrimu, maka tunaikanlah salat, berdoalah kepada Allah agar memperbaiki keadaannya, perhatikanlah firman Allah (Maka kami perbaiki istrinya), ayat ini menceritakan Zakariya u, karena beliau termasuk orang-orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan, selalu berdoa kepada Allah dengan penuh pengharapan dan rasa takut, dan beliau termasuk ahli ibadah.

Perhatikanlah, hadits qudsi di bawah ini, ketika Allah mengajak bicara seluruh hambaNya, Allah berkata:

Wahai hambaKu, kamu semua tersesat, kecuali orang yang Aku tunjuki, maka mintalah petunjuk dariKu, niscaya aku tunjuki kamu. Wahai hambaKu, kamu semua lapar, kecuali yang aku beri makan, maka mohonlah makanan dariKu, niscaya aku beri makan. Wahai hambaKu, kamu semua telanjang kecuali yang aku beri pakaian, maka mohonlah pakaian dariKu, niscaya aku beri pakaian ..”

Jika demikian keadaan orang yang berdoa, bagaimana halnya dengan orang yang berdoa kepada Allah dengan penuh keikhlasan? Orang yang tidak pernah meninggalkan doa dan terus bermunajat kepada Allah?

Suatu kali, Rasulullah r memasuki masjid dan mendapatkan Abu Umamah di dalam masjid di selain waktu salat, lalu Rasulullah r bertanya tentang sebab keberadaan dia di masjid, maka Abu Umamah menjawab, “Kesedihan dan hutang menghimpitku wahai Rasulullah”, lalu Rasulullah r berkata, “Maukah kamu aku beri tahu sebuah ucapan jika kamu ucapkan niscaya Allah menghilangkan kesedihanmu dan melunasi hutangmu?”, Abu Umamah menjawab, “Mau wahai Rasulullah”, lalu Rasulullah r berkata, “Apabila kamu memasuki pagi atau sore, maka ucapkanlah:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعَوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kesempitan dan kesedihan, aku berlindung kepadaMu dari lemah dan malas, aku berlindung kepadaMu dari takut dan bakhil, aku berlindung kepadaMu dari himpitan hutang dan aniaya orang lain

Abu Umamah berkata, “Akupun melaksanakan wasiat Rasulullah r, hingga Allah menghilangkan kesedihanku dan melunasi hutangku”

Doa ini adalah doa untuk orang yang terhimpit kesedihan, kesempitan, atau merasa bosan. 

Namun, yang penting dalam doa adalah menghadirkan keagungan Allah dan benar-benar mengharap kepada Allah yang menciptakan semua makhluk, yang mentakdirkan segala sebab, dan  yakin dengan apa yang di sisi Allah, bukan hanya sekedar mengucapkan doa di atas dengan lisan saja.

(disarikan dan disusun ulang oleh Agus Abu Rufaid Agus Suseno dari Miftah Assa'adah Azzaujiyah)

Senin, 28 Mei 2012

Surat Terbuka Untuk Suami Istri (1)

Kebahagiaan rumah tangga memiliki kunci-kunci untuk membukanya …
Sebagian kunci di tangan suami ….
Dan sebagian lain di tangan istri …
Wahai suami …
Wahai istri …
Agar kalian berdua menggapai kebahagiaan, kalian hanya diuntut untuk mencermati dengan seksama dan lebih mendalam lagi hakikat diri kalian masing-masing …
Kalian berdua hanya dituntut untuk memperhatikan hari-harimu yang kalian lalui, niscaya kalian berdua akan menemukan kunci-kunci tersebut … yaitu kunci-kunci yang akan mewujudkan kebahagiaan berumah tangga yang selama ini hilang !!

Wahai suami istri …  Luruskan cara pandang kalian tentang pernikahan

Wahai sang suami …
Wahai sang istri …

Adakah salah seorang di antara kalian pernah berbisik kepada dirinya sendiri:
Aku lebih bahagia saat aku masih bujang daripada keadaanku sekarang!”

Apa pendapatmu? 

Kira-kira motif apa yang mendorong mereka menyatakan pernyataan di atas?
Apa itu arti pernikahan menurutmu?
Apa yang kamu inginkan dari istrimu wahai suami?
Dan apa pula yang kamu inginkan dari suamimu wahai istri?

Kebanyakan para suami maupun istri, mereka semuanya ketika menapaki kehidupan berumah tangga, mereka mengharapkan kehidupan berumah tangga yang ideal dan harmonis.

Sang suami selalu menginginkan istrinya cantik, jika dia pulang ke rumah dia ingin segala sesuatu sesuai keinginannya, dia ingin rumah bersih, makanan telah siap tersaji, anak-anak tenang …, apabila dia sakit atau tertimpa musibah dia menginginkan istrinya seperti ibunya, dia ingin istrinya merawatnya, melayaninya dengan penuh kelemahlembutan dan keramahtamahan. 

Aku tidak berlebihan apabila aku katakan, bahwa kebanyakan suami mengharapkan istri mereka seperti ibu mereka dalam memberikan curahan perhatian, dalam memberikan pelayanan dengan penuh kelemahlembutan, dan bersabar atas segala perbuatan yang dia lakukan.

Seorang isri tidak mungkin –sebaik apapun- seperti ibu yang sayang anaknya. Penyebabnya adalah perkara sepele, yaitu seorang ibu ketika memberikan curahan perhatian, dia berikan perhatian karena dorongan fitrah sebagai seorang ibu. Adapun seorang istri, maka dia menginginkan apa yang dinginkan oleh suaminya, seorang istri saat memberikan perhatian kepada suaminya, pada hakikatnya dia mengungkapkan sebuah permintaan dari suami dan mengharapkan balasan darinya.

Kesimpulannya, tipe suami seperti ini, selalu menginginkan istrinya “seperti dia inginkan”, padahal dia tidak mungkin mendapatkan istri seperti itu. Karena seorang istri memiliki hak-hak yang harus dipenuhi dan memiliki kewajiban yang harus dia laksanakan, istri memiliki kelebihan yang kamu kagumi dan memiliki kekurangan yang kamu benci, dan kamu wahai suami yang menginginkan istrinya “seperti yang dia inginkan” tidak mungkin bisa menerima kenyataan ini.

Oleh karena itu, Rasulullah r menasihati para suami melalui sabdanya:
لاَ يَفْرِكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا خُلُقًا أَخَرَ
Janganlah seorang (suami) mukmin membenci (istrinya) mukminah, jika dia membenci salah satu perangai istrinya, pasti dia suka terhadap perangai yang lain”. (HR. Muslim)

Di pihak lain, kebanyakan para istri juga mengharapkan suaminya menjadi “seperti yang dia inginkan”. Tipe istri seperti ini mengharapkan suaminya seperti yang dia gambarkan dalam khayalannya, istri tipe seperti ini minimalnya menginginkan suaminya memiliki sifat-sifat mulia yang dimiliki ayahnya. Jika dia merasa suaminya memiliki kekurangan, maka seakan-akan dia telah gagal memilih pasangan. Dia menginginkan suami ideal, padahal pada saat yang bersamaan, kondisi mereka berdua tidak bersahabat.

Uraian di atas bukan berarti seruan kepada para suami atau istri untuk meninggalkan kewajiban mereka … sama sekali bukan itu yang aku maksudkan. Akan tetapi, masing-masing pihak harus berusaha semampunya untuk melaksanakan kewajiban masing-masing sebagaimana mestinya. 

Apabila suami memiliki kekurangan dalam melaksanakan kewajiban, maka sang istri tidak boleh mencelanya, dia harus bisa memahami bahwa kewajiban-kewajiban suaminya begitu banyak, dia juga harus bisa memahami bahwa suaminya sekarang ini tidak mungkin bisa menjadi suami yang sempurna sebagaimana yang dia idam-idamkan dalam khayalannya.

Hendaklah masing-masing dari kita intropeksi diri dan meluruskan cara pandang pernikahan yang salah yang telah terpatri di kepala.  Hendaklah setiap diri kita lebih objektif dalam bersikap dan meninggalkan khayalan. Hendaklah masing-masing pihak, baik suami maupun istri mengetahui, bahwa kebahagiaan dalam berumah tangga itu lebih dipengaruhi oleh dirinya sendiri daripada pasangannya.

Wahai sang istri … ingatlah kebaikan-kebaikan suamimu apabila dia suatu kali berbuat buruk kepadamu.  Jangan biarkan kesalahan-kesalahan suami menghapuskan semua kebaikan yang selama ini dicurahkan kepadamu. Ketahuilah, sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan-kebaikan itu untuk menghapus kesalahan-kesalahan dan tidak sebaliknya.

Penyakit yang sering menginggapi kebanyakan para istri adalah gampang melupakan kebaikan-kebaikan suami ketika ada sesuatu hal dari suami yang tidak dia senangi. Oleh karena itu, Rasulullah r telah memperingatkan para istri dari hal ini, beliau r bersabda:

اطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَإِذاَ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءُ ... يَكْفُرْنَ اْلعَشِيْرَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئاً قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطٌ

Aku melihat neraka, ternyata kebanyakan penduduknya adalah wanita, mereka mudah sekali mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya, jikalau kamu -wahai suami- berbuat baik kepadanya sepangjang tahun, kemudian dia melihatmu berbuat salah, niscaya dia akan berkata: Aku tidak pernah mendapatkan kebaikan darimu sama sekali

Jadi, langkah pertama untuk menggapai kebahagiaan adalah menghilangkan terlebih dahulu pola pikir mencari kesempurnaan pasangan dari sebuah pernikahan, kemudian kita menimbang kebaikan dan kesalahan-kesalahan, jangan biarkan kesalahan-kesalahan melupakan diri kita dari kebaikan-kebaikan lainnya.

Hakikat kekurangan dalam berumah tangga

Hakikat pernikahan adalah sebuah ikatan kerja sama, menerima dan memberi, ada hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Orang yang menapaki pernikahan dengan tujuan mencari ganti kekurangan yang dia rasakan pada dirinya, maka dia tidak akan mendapatkannya, bahkan terkadang dia merasa lelah dan bosan dalam menjalani kehidupan berumah tangga nantinya.

Misalnya, seseorang yang menikah karena ingin bisa memerintah, melarang, dan menjadi pemimpin yang memiliki wewenang penuh, sesungguhnya hal ini didorong oleh keinginan dia untuk mencari solusi, karena ketika sebelum menikah, dia tidak memiliki kepercayaan diri, sehingga dia ingin menunjukkan kepercayaan dirinya kepada istrinya yang lemah dan patut dikasihani. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kamu dapatkan dia mudah marah dan emosi hanya karena perkara sepele, dia ingin memegang segala wewenang di rumah tangga meskipun hanya perkara sepele.

Pernikahan itu membutuhkan dua pasangan yang ada kecocokan, dua pasangan yang telah matang pemikirannya, bukan pasangan yang bermental anak kecil, karena pernikahan itu adalah membina keluarga dan sebuah tanggung jawab yang tidak ringan.

Betapa banyak pernikahan yang berakhir dengan kegagalan karena kedua pasangan tidak memiliki tanggung jawab, masing-masing pasangan hanya ingin mencari ganti atas kekurangan yang selama ini dia rasakan sebelum menikah, mereka bermental anak kecil, tidak menghargai beratnya tanggung jawab yang dipikul oleh pundak mereka.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

Ketahuilah, setiap diri dari kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dia pimpin, seorang lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia bertanggung jawab atas keluarganya, seorang istri bertanggung jawab atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas mereka.”

(diterjemahkan oleh Abu Rufaid Agus Suseno, Lc dari buku Miftah Sa'adah Azzaujiyah dengan sedikit perubahan dan disusun ulang)

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...