Wahai suami istri … Jangan pinjam cara pandang
orang lain!
Sebagian istri dan
sebagian suami berfikir dengan cara pandang orang lain, mereka ingin menjadi
seperti mereka, tujuan utama mereka taklid dan ikut-ikutan, istri tipe ini
apabila melihat tetangganya membeli sesuatu dia pasti ingin membelinya, bahkan
mungkin keadaan istri tipe ini semakin parah ketika mengikuti orang lain dalam
cara pakaian, berjalan, dan berbicara dan lainnya.
Tidak mengapa kita
meneladani sifat-sifat terpuji orang lain yang kita lihat, akan tetapi menjadi
pengekor orang lain,mengikuti gaya hidup mereka, berusaha mengikuti setiap
jengkal langkah mereka, dan mereka sedih dan gelisah ketika tidak bisa meraih
seperti yang orang lain raih.
Semua perkara ini termasuk
perkara-perkara bahaya yang bisa menjerumuskan seseorang dalam kecemasan dan
kebosanan, hendaklah sepasang suami istri memahami bahwa mereka berdua ibarat
satu bangunan yang Allah ciptakan dengan sifat-sifat dan karakter yang tidak
menyamai sifat dan karakter orang lain, maka tidak ada di muka bumi ini dua
orang yang memiliki kesamaan dalam segala hal. Oleh karena itu, janganlah
seseorang melebur kepribadiannya sendiri dan mengikuti sifat dan karakter orang
lain, akan tetapi dia harus memiliki kepercayaan diri, kepribadian yang
independen dalam berfikir dan memandang
urusan-urusan dunia, janganlah dia mengalir mengikuti arus orang lain yang
berbuat baik atau buruk, akan tetapi dia harus bisa memosisikan dirinya, dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa Rasulullah r
bersabda:
“Janganlah salah
seorang diantara kalian suka mengekor, yaitu yang berkata aku ikut orang lain,
jika mereka baik aku ikut jadi baik, jika mereka berbuat jelek, aku juga ikut
berbuat jelek, akan tetapi jadilah dirimu sendiri, jika mereka berbuat baik,
kamu terus berbuat baik, dan jika mereka berbuat jahat, jauhilah perbuatan
jelek mereka”
Di antara penyebab paling
besar terjatuhnya seseorang dalam kekufuran dan jauh dari Allah, yang akibatnya
mendapatkan kesengsaraan di dunia dan akhirat adalah mengekor orang lain tanpa
petunjuk dari Allah, seperti perbuatan orang-orang musyrikin yang melawan
seruan kebenaran seraya berkata:
إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا
عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ (٢٣)
"Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut
suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka"
(QS. Az Zukhruf: 23)
Wahai suami istri … Jangan jadikan hidupmu
hanya untuk dirimu sendiri!
Apakah kamu telah
mengetahui bahwa hidupmu bisa saja terasa membosankan dan menyesakkan dada jika
kamu jauh dari berbuat baik kepada orang lain dan jika kamu hanya jadikan
hidupmu hanya untuk dirimu sendiri?
Kebanyakan orang
memikirkan dirinya sendiri, rumahnya, dan anak-anaknya saja, tidak memikirkan
orang nasib orang lain, sikap dan perilakunya seakan-akan mengatakan : “Yang
penting diriku sendiri selamat, meskipun orang lain terseret air bah”
Apakah kamu tahu, bahwa
berbuat baik kepada orang lain bisa mendatangkan kenikmatan dan kebahagiaan?!
Seorang laki-laki mengeluhkan
kesepian dan kesedihan yang dia rasakan kepada Rasulullah r,
kira-kira apa nasihat Rasulullah r kepadanya?
Sungguh beliau r
berkata kepadanya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang-orang
miskin”
Jangan kamu kira, nasihat
yang Rasulullah r berikan
kepadanya adalah nasihat religius semata, tidak sekali-kali tidak, para ulama
dan ahli filsafat –muslim maupun non muslim- sepakat bahwa nasihat Rasulullah r di
atas sebuah solusi jitu menggapai kebahagiaan.
Salah satu ilmuwan
amerika, seorang atheis tidak mengakui adanya agama, yaitu Theodore Drizr berkata:
“Jika seseorang ingin merasakan kenikmatan hidup, hendaklah dia menumbuhkan
kebahagiaan pada diri orang lain, karena kebahagiaan seseorang itu bersandar kepada
kebahagiaan orang lain, dan kebahagiaan orang lain bersandar kepada
kebahagiaannya”
Bukti kebenaran pernyataan
di atas adalah ketika kamu sedang bahagia atau datang kepadamu kabar yang
menggembirakan, niscaya kamu sangat senang dan bersegera menyampaikan
kegembiraanmu tersebut kepada orang lain, terlebih khusus kepada orang-orang
yang kamu cintai, karena kamu ingin mengajak orang lain turut merasakan
kebahagiaan yang kamu rasakan. Ketahuilah, kebahagiaan seseorang tidak mungkin
sempurna kecuali dengan orang lain!!
Percayalah, niscaya kamu
akan mendapatkan kesenanganmu dalam kesenangan orang lain, kebahagiaanmu dalam
kebahagiaan orang lain, berbuat baiklah kamu kepada orang lain dengan ikhlas
semata karena Allah, hingga kamu menggapai ridho Allah, perbuatan baikmu tidak
mungkin kosong dari kebaikan di dunia dan akhirat, Rasulullah r
bersabda:
صَنَائِعُ الْمَعْرُوْفِ تَقِي مَصَارِعَ السُّوْءِ
وَأَهْلُ الْمَعْرُوْفِ فِي الدُّنْيَا هَمْ أَهْلُ الْمَعْرُوْفِ فِي الْآخِرَةِ
... وَأَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوْفِ
“Perbuatan baik melindungi seseorang dari perbuatan jahat,
orang yang berbuat baik di dunia adalah orang yang berbuat baik di akhirat …
orang yang pertama kali masuk surga adalah orang yang berbuat baik”
Wahai suami istri … jadikan
mimpimu kenyataan!
Di antara kemampuan yang
Allah anugerahkan kepada kita adalah kemampuan untuk mengkhayal
(bercita-cita.pent), yang jika digunakan sebaik-baiknya niscaya mendatangkan
kebahagiaan hakiki. Akan tetapi, sebagian orang, tanpa mereka sadari, telah
menjadikan kemampuan ini untuk mendatangkan kebosanan dan kepenatan, hal itu terjadi
ketika mereka meninggalkan kenyataan dan lari mencari khayalan –Mimpi ketika
bangun tidur-.
Apabila mereka sedang kesulitan, maka mimpi-mimpi mereka
menggambarkan hilangnya segala kesulitan, sehingga mereka hidup berbahagia
sesaat bersama mimpi-mimpi mereka, hingga tatkala mimpi berakhir, maka mereka
dikejutkan oleh kenyataan yang pedih!!
Wahai suami …, tidak
mengapa kamu bermimpi mengharap masa depan yang lebih baik bagimu sendiri dan
keluargamu. Wahai istri, tidak mengapa kamu bermimpi meraih apa segala apa yang
kamu inginkan. Akan tetapi, jangan sampai salah seorang di antara kalian, terus
tenggelam dalam mimpinya, mereka harus berusaha menjadikan mimpi-mimpinya
kenyataan, mereka berusaha untuk menggapai mimipi-mimpinya dengan cara benar, tanpa
tergesa-gesa untuk memetik buah sebelum matang. Berusahalah untuk mengembangkan
kemampuanmu sesuai bakatmu, galilah kepribadianmu dan kemampuan serta bakat terpendam
yang kamu miliki, karena sesungguhnya manusia terbodoh adalah orang yang tidak
mengenal dirinya sendiri, tidak mengetahui kemampuannya dan bakat-bakatnya,
jangan berlebih lebihan dalam menggali bakat agar tidak berbenturan dengan
kenyataan, ketahuilah, mimpi-mimpimu hari ini adalah kenyataan di esuk hari …
Waspadailah khayalan
palsu. Ketahuilah, khayalanmu terkadang menjadi sebab utama kesengsaraanmu
dalam hidupmu. Oleh karena itu, jangan kamu jadikan khayalanmu pembawa kesengsaraan.
Sedangkan kamu, wahai
istri, jangan kamu memandang orang lain, hingga kamu pun terbang jauh dengan
khayalanmu mengharap sesuatu yang jauh dari kenyataan, akibatnya kamu akan
merasakan kesempitan dan kepenatan, dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa
Nabi r
bersabda:
“Lihatlah orang yang
lebih rendah darimu dalam perkara dunia, karena hal itu lebih membantu kalian
untuk tidak mengingkari kenikmatan Allah atasmu”
Melihat kepada yang lebih
rendah dalam perkara dunia, bukan berarti kamu tidak boleh mencapai hal-hal
yang lebih baik, akan tetapi janganlah kamu menyiksa dirimu sendiri dengan
melihat kepada orang-orang yang di atasmu … perbedaan antara yang pertama dan
kedua sangatlah jelas.
Wahai suami istri … merubah
kebiasan itu perlu!
Terkadang rasa bosan
menginggapi rumah tangga karena kebiasaan sehari-hari yang monoton yang tidak pernah berubah hingga melahirkan
kebosanan. Ya, memang benar, hidup tanpa ada perubahan terkadang membosankan,
akan tetapi apa yang menyebabkanmu tidak berkembang dan tidak berubah?!
Berusahalah kamu dengan
istrimu untuk tamasya terbuka di tempat-tempat terbuka, berusahalah kalian
untuk merubah kebiasaan keseharianmu, jenis makanan dan minuman, kunjungilah
teman-temanmu, atau keluarga yang memiliki hubungan erat denganmu, sambunglah
tali silaturahmi dengan karib kerabat dan saudaramu, jenguklah orang sakit,
hadirilah pesta-pesta atau momentum-momentum kebahagiaan bersama anak-anak dan
keluargamu, selain kegiatan-kegiatan di atas mampu merubah rutinitas keseharian
kalian yang monoton, kegiatan di atas juga memberikan kepada anak-anakmu sebuah
pemahaman baru tentang masyarakat dan bagaimana cara hidup bermasyarakat,
kumpulkan anak-anakmu untuk membaca Al Quran, membaca sirah perjalanan Nabi
Muhammad r dan
perjalanan hidup para sahabat, kegiatan di atas juga tidak termasuk perbuatan
sia-sia yang membuang waktu, tidak sekali-kali tidak, Rasulullah r
bersabda:
كُلُّ شَيْءٍ يَلْهُوْ بِهِ ابْنُ آدَمَ بَاطِلٌ إِلَّا ثَلَاثًا: رَمْيُهُ
بِقَوْسٍ وَتَأْدِيْبُهُ فَرَسَهُ وَمُلَاعَبَتُهُ أَهْلَهُ فَإِنَّهُنَّ مِنَ الْحَقِّ
“Segala kegiatan yang
dilakukan anak adam itu perbuatan batil (sia-sia dan tidak berpahala.pent) kecuali tiga hal, yaitu belajar memanah,
melatih kuda, dan bersenda gurau bersama keluarga, ketiga hal di atas adalah haq
(berpahala.pent)” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Hendaklah kita menyisihkan
dari waktu kita untuk bermain permainan mubah dan menghibur diri, perhatikanlah
Rasulullah r
dengan seabrek kegiatan dakwah beliau menyeru kepada Allah, akan tetapi beliau r
menyisihkan dari waktu kesibukan beliau dalam dakwah dan jihad sebagian
waktunya untuk menghibur dan bersenda gurau. Dalam salah satu peperangan
beliau, ketika beliau r jauh
dari pandangan para sahabat, dan saat beristirahat, beliau menyempatkan dirinya
untuk berlomba lari dengan ‘Aisyah, hingga beliau r
memenangkan perlombaan tersebut setelah dikalahkan oleh istrinya tempo dulu,
lalu Rasulullah r
tertawa dan berkata, “Kemenangan ini sebagai ganti kekalahanku dulu”.
Suatu saat Rasulullah r
merendahkan bahunya hingga Aisyah melihat orang-orang habasyah yang sedang
bermain tombak di masjid, ‘Aisyah berkata:
“Aku melihat Rasulullah
r
berdiri di depan pintu kamarku, sedangkan orang-orang habasyah bermain tombak
di masjid Rasulullah r, Rasulullah
r berdiri
menutupiku dengan selendangnya, sedangkan aku melihat permainan mereka dari
sela-sela telinga dan pundak beliau, kemudian Rasululah berdiri untukku hingga
aku yang pergi. Perhatikanlah anak-anak perempuan yang masih muda, yang
menyenangi hiburan”
Rasa bosan terkadang
meresap ke rumah tangga sebagai akibat dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang
biasa dilakukan oleh suami atau biasa dilakukan oleh istri. Akan tetapi mereka berdua
tidak berusaha merubah kebiasaan buruk tersebut dengan dalih bahwa kebiasaan
tersebut tidak mungkin bisa berubah. Sebenarnya, semua kebiasaan itu bisa
berubah. Ya,barangkali sulit, akan tetapi kebiasaan buruk tersebut tetap
berpotensi untuk berubah.
Wahai para suami, coba
perhatikan masyarakat jahiliyah pada jaman Rasulullah r,
yaitu masyarakat yang dipenuhi dengan kebiasaan-kebiasaan tercela, lihatlah
bagaimana kebiasaan-kebiasaan tersebut berubah? Bagaimana orang-orang jahiliyah
berubah dalam waktu singkat? Bagaimana kebiasaan-kebiasaan mereka berubah!!!
Mohonlah pertolongan
kepada Allah dengan keimananmu kepada Allah dalam menghadapi
kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut, kamu tidak akan gagal jika bermodalkan niat
jujur dan tekad kuat.
Ketahuilah, karakter
seseorang itu tidak mungkin diwariskan, mayoritas para pakar ilmu jiwa, berkeyakinan
bahwa kepribadian seseorang yang emosionalnya matang, akan mampu meluruskan
perangainya dan mendidiknya dengan mudah sebagaimana dia mendapatkan kemudahan
dalam menaklukan mesin-mesin rumit.
Wahai suami istri … Jangan biarkan orang lain
mempengaruhi pemikiranmu!
Di antara faktor penghambat
kebahagiaan dalam berumah tangga adalah memberi kesempatan kepada orang lain
dan cara pandang mereka untuk ikut campur dalam mengomandoi dan mewarnai kehidupan kita. Terkadang seseorang
di antara kita melelahkan dirinya sendiri atau merasa bosan dan cemas ketika
memikirkan perkatan fulan dan fulan. Dia khawatir jikalau orang lain akan
mengkritik dan memprotes tindak tanduknya. Yang pada hakikatnya, dia terlalu
ambil pusing, menyibukan diri, dan terlalu mempertimbangkan kata-kata orang
lain, yang terkadang mungkin hanya kata-kata sepele, timbul karena kedzaliman
mereka, atau karena dorongan jahat lainnya, yang tidak berhak mendapatkan
perhatian sedemikian rupa.
Terlalu sensitif dengan kata-kata
orang lain adalah sikap yang harus dijauhi agar kita hidup bahagia. Demikian
pula sepasang suami istri, hendaknya tidak terlalu memikirkan kata-kata orang
lain mengenai diri mereka berdua, tentang rumah tangganya, atau tentang
perabotan rumah mereka dan lain sebagainya.
Di bawah ini cerita tentang seorang
suami dan istrinya yang memberikan kesempatan kepada perkataan orang lain untuk
memperkeruh kehidupan rumah tangga mereka berdua, hingga akhirnya, mereka
berdua membiarkan kehidupan rumah tangga mereka dipenuhi kesedihan dan
kesusahan.
Cerita ini adalah cerita nyata
tentang sastrawan Rusia yang terkenal bernama Tolstuway
, dia adalah seorang filusufis agung. Secara umum, kondisi kehidupannya bisa
diacungi jempol, bahkan orang-orang yang mengaguminya tidak pernah berhenti
dari mengunjunginya, hanya sekedar untuk mendengarkan perkataan-perkataanya dan
hikmah-hikmahnya, bahkan semua kata-kata yang keluar dari mulutnya ditulis dan
disebarkan di majalah, agar semua orang bisa membacanya.
Filusufis ini menikah dengan seorang
wanita yang dia cintai dan demikian pula wanita tersebut mencintainya, mereka
berdua hidup bahagia di awal pernikahan. Akan tetapi,sang istri sangat pencemburu,
bahkan dia cemburu kepada suaminya karena anak-anak perempuannya sendiri.
Cemburu ini memperkeruh kehidupan suaminya.
Lalu apa yang dilakukannya?
Sungguh di luar perkiraan, ternyata dia
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menulis diare yang berisi celaan
kepada istrinya, celaan-celaan yang keluar karena perselisihan antara mereka
berdua. Dia ingin agar generasi yang akan datang bersikap adil kepada dirinya
dan mencurahkan celaan hanya kepada istrinya.
Apa reaksi istrinya, apa yang
dilakukannya?
Sungguh sang istri merobek sebagian
besar diare yang dibuat suaminya dan membakarnya, kemudian dia mulai menulis
diare membantah suaminya dan membalas dua kali lipat dari perbuatan suaminya,
bahkan dia menulis di dalam diare tersebut dengan judul “Salah siapa?”
Apa penyebab ini semua?
Mengapa kedua sepasang suami istri
merubah rumah tangga mereka seperti rumah sakit jiwa?
Ada satu sebab utama musibah ini,
yaitu keinginan masing masing suami istri untuk mempengaruhi kita yaitu
generasi setelah mereka, mereka ingin agar kita bersikap adil dalam menilai
salah satu pihak dan membenci pihak lain, apakah kamu kira ada salah seorang
dari kita yang memikirkan siapa di antara mereka berdua yang benar dan mana
yang salah? Tidak, sekali-kali tidak akan ada, aku dan kamu sibuk dengan urusan
masing masing, kita tidak memiliki waktu meskipun satu menit untuk disia-siakan
memikirkan keluarga tultuwi kiram s?
Ini adalah kenyataan, manusia tidak
memikirkan kecuali diri mereka sendiri dan maslahat mereka, maka kita tidak boleh
ambil pusing gunjingan mereka dan kita tidak memberikan perhatian kepada
kata-kata mereka, kita tidak menjadikan kata-kata mereka sebab utama kesedihan
kita, Allah ta’ala berfirman:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ
(١١٦)
“Dan jika kamu
menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah, mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”.
(QS. Al An’am: 116)
Aku mendapatkan sebagian orang memperkeruh kehidupan mereka dengan
kata-kata orang lain. Misalnya, si fulan mengalami kerugian dalam
perniagaannya, akan tetapi dia tidak mau pindah karena takut dari gunjingan
orang lain. Istri fulan bersedih hati karena si fulanah berkata sesuatu
mengenai perabot rumahnya yang tidak dia sukai!!
Dale Carniege berkata, “Aku sangat yakin bahwa seseorang itu tidak
sempat menyibukkan dirinya untuk memikiran fulan dan fulan lebih dari beberapa
saat, karena mereka sibuk memikirkan diri mereka sendiri sejak membukan matanya
menemui hari baru hingga mereka menuju ke kasur mereka, sedikit pusing
yang mereka rasakan sudah cukup untuk melupakan
mereka dari kabar kematianku dan kematianmu”
Ini semua bukan berarti kita tidak menerima nasihat ornag yang kita
percaya dalam hal-hal yang bermanfaat untuk kita di dunia dan akhirat, karena
agama adalah nasihat sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits mulia.
(diterjemahkan dari Miftahus Sa'adah Az Zaujiyah )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar