Bangsa
jin adalah kehidupan di alam lain selain alam manusia dan malaikat. Terdapat
beberapa titik kesamaan antara jin dan manusia jika dilihat dari keberadaan
akal, kehendak, kekuasaan untuk memilih antara jalan yang baik dan buruk, dan
mendapatkan beban syariat untuk beribadah kepada Allah semata, Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا
لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku”
Namun,
jin berbeda dengan menusia jika ditilik dari asal penciptaan.
Hakikat
jin adalah makhluk Allah yang memiliki ruh, berakal, berkehendak, mendapatkan
beban syariat seperti manusia, tidak terbentuk dari materi, tertutup dari panca
indera kita, tidak bisa terlihat dengan bentuk asli mereka, memiliki kemampuan
untuk berubah bentuk, mereka makan, minum dan saling menikah antara satu dengan
lainnya, memiliki keturunan dan mereka akan dihisab amalannya kelak pada hari
kiamat.
Al
Imam As Syaukani berkata, “Mereka (bangsa jin) adalah kaum yang memiliki badan,
berakal, tersembunyi, dan sifat api yang mereka miliki lebih dominan”
Tidak
mungkin untuk melihat bentuk asli penciptaan jin, Allah berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ
الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا
لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ
حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لا
يُؤْمِنُونَ
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian ditipu oleh syetan,
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari surga, ia
menanggalkan pakaian dari dirinya untuk memperlihatkan kepada keduanya
'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syetan-syetan
itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman” ( QS. Al
A’raf:27)
Bangsa
jin lebih rendah kedudukan dan kemuliaannya daripada manusia.
Syeikh
Abu Bakar Al Jazairi berkata, “Sesungguhnya bangsa jin bahkan jin yang soleh
diantara mereka lebih rendah kedudukan dan kemuliaannya daripada manusia,
karena Allah sang pencipta telah menetapkan dan menegaskan kemuliaan manusia, sebagaimana firmanNya:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
“Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan” (QS. Al Isra’:70)
Tidak
ada di dalam satu kitab yang Allah turunkan keterangan yang menjelaskan
kemuliaan jin, dan tidak pernah pula dijelaskan oleh Rasulullah r,
ini semua membuktikan bahwa manusia lebih sempurna dan mulia daripada jin.
Bukti yang lain adalah jin merasa lemah dan serba kekurangan ketika berhadapan
dengan manusia, buktinya adalah ketika manusia memohon perlindungan kepada jin,
maka jin pun takabur dan merasa tinggi
karena permohonan perlindungan oleh manusia kepada jin mengandung pengagungan
dan penghormatan kepada mereka, Allah berfirman menceritakan keadaan jin:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإنْسِ
يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”
( QS Al Jin:6)
Bukti
lain bahwa jin itu merasa lemah jika berhadapan dengan manusia, adalah ketika
manusia bertawassul dengan mereka, atau dengan tokoh pembesar mereka, atau
bersumpah dengan sesepuh mereka, niscaya mereka bersegera memenuhi kebutuhan
manusia yang memohon kepadanya, itu semua sebagai bukti bahwa bangsa jin itu
merasa lemah apabila berhadapan dengan manusia yang beriman kepada Allah dan
RasulNya, manusia yang mentauhidkan Allah, baik di dalam rububiyahNya, asma’
dan sifatNya maupun di dalam memberikan peribadatan. Adapun manusia yang tidak
beriman, dan tidak mentauhidkan Allah maka jin beserta tokoh mereka lebih mulia
dan utama daripada manusia yang kafir dan melakukan kesyirikan”
Bahkan,
orang-orang kafir dan kaum musyrikin lebih hina daripada binatang, Allah
berfirman:
إِنْ هُمْ إِلا كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ
أَضَلُّ سَبِيلا
“Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)” (QS. Al
Furqan: 44)
Penamaan
Jin Dengan Jin
Bangsa
jin disebut jin (tersembunyi) karena mereka tersembunyi dari pandangan manusia,
jin bisa melihat manusia namun manusia tidak mampu melihat jin, Allah
berfirman, “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”( QS. Al A’raf: 27). Intinya,
bahwa jin adalah makhluk yang tidak mampu dilihat bentuk aslinya oleh manusia,
namun terkadang manusia melihat keberadaan jin dalam bentuk lain seperti
binatang.
Kapan
Jin Diciptakan
Jin
diciptakan sebelum manusia diciptakan, sebagaimana telah dijelaskan oleh Al
Quran yang Allah turunkan, Allah berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ
صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ . وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ
نَارِ السَّمُومِ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering yang berasal dari
lumpur hitam yang diberi bentuk, dan Kami telah menciptakan jin sebelum Adam
dari api yang sangat panas”. (QS. Al Hijr:26-27)
Asal
Usul Penciptaan Jin
Allah
telah menciptakan jin dari api, sebagaimana telah dijelaskan dalam wahyu yang Allah
turunkan kepada Nabi Muhammad r,
dan senantiasa akan dibaca hingga tegaknya hari kiamat, Allah berfirman:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ
مِنْ نَارِ السَّمُومِ
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang
sangat panas” (QS. Al Hijr: 27)
Allah
berfirman di dalam ayat lain:
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ
نَارٍ
“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api” ( QS Ar Rahman:
15)
Nabi
r
bersabda:
خُلِقَتِ
الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ
آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
“Malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan bani adam diciptakan
dari apa yang telah disebutkan kepada kalian”
Golongan-Golongan
Jin
Dalam
hadits yang shahih, dari Nabi r
beliau r
bersabda:
الْجِنُّ ثَلاثَةُ أَصْنَافٍ : صِنْفُ
يَطِير فِي الْهَوَاءِ ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ وَكِلابٌ ، وَصِنْفٌ يَحِلُّونَ
وَيَظْعَنُونَ
“Jin
ada tiga golongan, pertama jin yang terbang di udara, kedua jin yang berbentuk
ular dan anjing di darat, ketiga terkadang singgah si sebuah tempat dan saat
lain ia pergi ke tempat lain”
Jika
yang dimaksud adalah laki-laki dari bangsa secara khusus, maka mereka disebut jin,
apabila termasuk yang tinggal
berdampingan dengan manusia disebut amir, apabila termasuk yang
mengganggu anak kecil disebut arwah, apabila termasuk golongan yang
jahat buruk dan kotor disebut syetan, dan apabila lebih dari itu disebut
marid, dan apabila termasuk golongan yang mampu memindah bebatuan
disebut ifrit.
Ibnu
Taimiyah berkata, “Jin mampu menampakkan dirinya dalam rupa manusia dan
binatang sehingga mereka menampakkan dirinya dalam bentuk ular, kalajengking,
dan lainnya. Mereka juga mampu menampakkan dirinya dalam bentuk unta, sapi,
kambing, kuda, bighal, himar, burung, dan bentuk manusia”
Beliau
juga berkata, “Jin seringkali menampakkan dirinya dalam bentuk anjing hitam
atau kucing hitam, karena warna hitam adalah warna yang seringkali menjadi wana
simbolis untuk kejahatan daripada warna lainnya”.
Apakah
Jin Terkena Beban Syariat Untuk Mengikuti Syariat Islam
Agama
yang lurus dan benar di sisi Allah adalah agama islam, syariat yang dibawa Nabi
Muhammad r
adalah syariat yang kekal, syariat penutup untuk syariat-syariat sebelumnya,
dan syariat untuk manusia dan jin. Oleh karena itu, jin juga mendapatkan beban
syariat layaknya manusia, sehingga bangsa jin ada yang mukmin dan ada yang
fasik, Allah berfirman:
]وَأَنَّا
مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا[
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh
dan di antara kami ada pula yang tidak demikian halnya, kami menempuh jalan
yang berbeda-beda”. (QS. Al Jin: 11)
Allah
berfirman di dalam ayat lain:
]هَذِهِ
جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ. يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ
حَمِيمٍ آنٍ[
“Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang
berdosa, mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang
memuncak panasnya”. ( QS Ar Rahman: 43-44)
Nabi
r
telah menyampaikan risalahnya kepada jin dan memberi peringatan kepada mereka
dari siksaan Allah yang pedih. Hal ini telah Allah kabarkan kepada kita di dalam Al Quran:
]وَإِذْ
صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا
حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ
مُنْذِرِينَ [
“Dan ingatlah, ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu
yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan Al Quran,
lalu mereka berkata, "Diamlah kamu untuk mendengarkannya", ketika
pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan”
(QS Al Ahqaf: 29)
Bahkan,
maksud dan tujuan dari penciptaan manusia dan jin adalah untuk merealisasikan
ibadah hanya kepada Allah semata, Allah berfirman:
]وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ[
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku” (
QS Adz Dzariyat: 56)
Dari
penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa jin yang mukmin akan masuk surga layaknya
seorang mukmin dari manusia, jin yang kafir juga akan masuk neraka layaknya
seorang manusia kafir.. Hal ini telah ditunjukkan oleh firman Allah sebutkan di
dalam surat Ar Rahman, Allah berfirman:
]وَلِمَنْ
خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ[
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada
dua syurga( untuk jin dan manusia)” (QS. Ar Rahman: 46)
Hal
ini juga telah terbukti dari kejadian yang kami alami pada seseorang yang kami
bacakan ruqyah kepadanya, kita mendapatkan jin kafir masuk islam dan ada pula jin
muslim yang fasik, kemudian kami nasihati maka merekapun menaatinya.
Apakah
Manusia Menikah Dengan Jin
Ini
merupakan permasalahan yang amat pelik, para ulama pun saling berselisih
pendapat, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa pernikahan manusia dengan jin
mungkin terjadi, dan sebagian lain berpendapat bahwa pernikahan manusia dengan jin
termasuk perkara mustahil.
Adapun
pendapat yang kami pegang adalah pendapat yang menyatakan pernikahan manusia
dengan jin merupakan perkara yang sangat jarang terjadi meskipun tidak mustahil
akan terjadi. Perkara ini meskipun terjadi, maka hal tersebut terjadi tanpa ada
unsur kesengajaan tidak boleh dijadikan alternative. Jika perkara ini tidak
kita cegah sejak dini, niscaya akan mengakibatkan kerusakan yang tidak
diketahui ujungnya kecuali Allah, maka menutup pintu kerusakan ini termasuk tindakan
preventif, dan mengunci pintu kejelekan dan fitnah. Hanya kepada Allah kita
memohon pertolongan.
Syeikh
Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Terkadang manusia bisa menikahi jin dan
melahirkan anak dari hubungan tersebut, hal ini merupakan perkara yang sering
diungkapkan, para ulama pun sering sekali membahas permasalahan ini, dan para
ulama membenci pernikahan manusia dengan jin…”
Menetapkan
Eksistensi Jin
Telah
kami sebutkan di atas, bahwa beriman kepada perkara ghaib yang telah ditetapkan
dalam Al Quran dan As Sunnah termasuk dari dasar-dasar aqidah dan landasan
pokok pembangun aqidah. Diantara perkara ghaib adalah alam jin yang telah
dijelaskan di teks-teks Al Quran dan As Sunnah, diantara dalil-dalil tersebut
antara lain:
Pertama
: Dalil dari Al Quran
1. Allah yang Mahatinggi berfirman:
]يَا
مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ
آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا
وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا
كَافِرِينَ
[
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepada
kalian Rasul-rasul dari golongan kalian sendiri, yang menyampaikan kepada
kalian ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepada kalian terhadap pertemuan
kalian dengan hari ini?, mereka berkata, "Kami menjadi saksi atas diri
kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi
saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir”.
(QS. Al An’am:130)
2. Allah yang Mahatinggi berfirman:
]وَلَوْ
شِئْنَا لآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلَكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لأمْلأنَّ
جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
[
“Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan
petunjuk kepada tiap- tiap jiwa, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari Ku,
"Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia
bersama-sama”. (QS. As Sajdah: 13)
3. Allah yang Mahatinggi berfirman:
]وَالْجَانَّ
خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ [
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang
sangat panas”. (QS. Al Hijr:27)
4. Allah yang Mahatinggi berfirman:
]وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
[
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku” (
QS Adz Dzariyat: 56)
5. Allah yang Mahatinggi berfirman:
]يَا
مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ
[
“Hai jama'ah jin
dan manusia, jika kalian mampu menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.
(QS. Ar Rahman:33)
6. Allah yang Mahatinggi berfirman:
]قُلْ
أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا
قُرْآنًا عَجَبًا
[
“Katakanlah wahai Muhammad, "Telah diwahyukan kepadamu
bahwasanya, sekumpulan jin telah mendengarkan Al Quran, lalu mereka berkata,
“Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan”. (QS. Al
Jin:1)
Kedua
: Dalil dari As Sunnah
1. Di dalam shahih Muslim dari Ibnu Mas’ud t
berkata, “Dulu kami bersama Rasulullah r
pada suatu malam dan kami kehilangan Rasulullah r,
lalu kami mencari beliau di lembah-lembah gunung, kemudian kami berkata,
“Beliau telah diterbangkan atau telah dibunuh oleh seseorang, maka kami pun
bermalam pada malam itu seakan bermalam pada malam terburuk yang dialami oleh
sebuah kaum. Setelah pagi datang menyingsing, beliau datang dari arah Hara’
lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah r,
kami kehilangan dirimu, lalu kami berusaha mencarimu namun kami gagal
menemukanmu, akhirnya kami bermalam pada malam terburuk yang dialami sebuah
kaum, lalu Rasulullah r
bersabda, “Telah datang kepadaku seorang utusan dari bangsa jin, lalu aku pergi bersama mereka dan
aku bacakan Al Quran kepada mereka”. Ibnu Masu’d t
berkata, “Lalu Rasulullah r
pergi bersama kami seraya memperlihatkan kepada kami bekas jejak mereka dan
bekas api unggun mereka, mereka bertanya mengenai perbekalan mereka, lalu Rasulullah
r
bersabda, “Tulang yang dibacakan bismillah atasnya adalah halal bagi kalian
apabila sampai ke tangan kalian sekaligus makanan yang bagus bagi kalian, dan
kotoran hewan kami adalah makanan untuk hewan kalian”. Kemudian Rasulullah r
berkata kepada kami, “Janganlah kalian beristinja’ dengan keduanya,
sesungguhnya itu adalah makanan untuk saudara kalian”
2. Imam Muslim dan Imam Ahmad p
meriwayatkan hadits dari ‘Aisyah i
berkata, “Rasulullah r
telah bersabda:
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ
مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم
“Malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan adam diciptakan dari
apa yang telah disebutkan kepada kalian”
Ketiga : Dalil dari Akal
Akal
tidak menafikan keberadaan perkara ghaib yang tidak tersentuh dengan panca
indra, hal ini disebabkan adanya perkara-perkara yang tidak terlihat oleh
manusia dunia, namun bisa dirasakan keberadaannya. Ketidakmampuan manusia untuk
melihat sesuatu yang ghaib bukan berarti menafikan sesuatu tersebut, di dalam
sebuah kaedah disebutkan, “Ketidaktahuan akan keberadaan sesuatu bukan berarti
menafikan keberadaannya”.
Muhammad
Rasyid Ridho berkata, “Jika seandainya berargumentasi dengan kaedah “Bahwa
ketidakmampuan untuk melihat sesuatu menunjukkan ketiadaan sesuatu tersebut”
dibenarkan, dan kaedah tersebut dijadikan sebagai landasan pokok dan sandaran
bagi para ilmuwan, niscaya tidak ada seorang ilmuwanpun yang akan mengadakan
penelitian tentang materi-materi yang tidak diketahui, dan tidak ada seorangpun
yang meneliti tentang mikrobat yang menjadikan ilmu kedokteran dan tata cara
operasi berkembang pesat”
Sayyid
Qutub berkata, “Adapun orang-orang yang menjadikan hasil uji coba sebagai
temeng untuk mengingkari apa yang Allah tetapkan berkenaan dengan alam ghaib,
apakah kalian mengetahui tentang pondasi pembangun alam ghaib?. Ilmu
pengetahuan yang dimiliki manusia tidak mampu meliputi dan mengetahui seluruh
jenis kehidupan di bumi ini, sebagaimana ilmu mereka juga tidak mampu untuk mengetahu
keilmuan di planet lain”
Puncak
dari usaha yang dikerahkan oleh akal manusia adalah kelemahan untuk mengetahui
rahasia di alam semesta ini, dan sesungguhnya puncak kebodohan adalah
mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini dengan argumentasi
bahwa perkara-perkara tersebut di luar akal dan imajinasi manusia. Segala
sesuatu yang berkaitan dengan alam yang tidak terlihat, seperti jin, malaikat, dan
ruh, maka akal kita harus tunduk untuk mengimaninya apa yang diberitakan oleh
wahyu, karena hanya dengan mengandalkan akal maka kita akan tersesat di dalam
memahami perkara-perkara spiritual dan perkara ghaib.
Sungguh
merupakan kesalahan fatal bagi peradaban yang mengandalkan materi seperti
peradaban barat dan lainnya yang hanya beriman kepada akal dan tidak beriman
bahkan mengingkari selain akal.
Betapa
banyak kaum muslimin yang menyimpang setelah berusaha membelotkan pundak nash
kepada akal hanya karena dorongan prasangka belaka, sehingga mereka pun
terpeleset dalam bahaya yang hampir menggelincirkan mereka dari agama islam.
Tempat
Tinggal Dan Tempat Yang Sering Dikunjungi Jin
Jin
memiliki tempat-tempat yang sering dihuni oleh mereka, namun mereka sering
ditemukan di tempat-tempat sebagai berikut:
1. Hutan belantara, padang pasir, lembah,
maupun tebing. Telah kita sebutkan hadits Ibnu Mas’ud di atas, bagaimana Nabi r
bertemu dengan mereka di tempat seperti ini kemudian beliau menyeru mereka
untuk mengikuti islam.
2. Tempat pembuangan sampah dan kotoran
serta tempat-tempat yang dihadirkannya makanan.
3. Toilet dan yang semisalnya
Dari
Zaid bin Arqam t,
bahwasannya Rasulullah r
bersabda:
إِنَّ
هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
“Sesungguhnya
kebun ini berpenghuni, maka apabila seseorang di antara kalian memasuki tempat
sunyi (tempat sunyi untuk buang hajat) maka ucapkanlah, أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ (Aku berlindung kepada Allah dari syetan
laki-laki dan perempuan)”
4. Lubang-lubang sempit dan terowongan
An
Nasa’i telah meriwayatkan dengan sanadnya sendiri dari Qatadah dari Abdullah
bin Barjas bahwasannya Nabi r
bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian buang air kecil di lubang”,
kemudian mereka bertanya kepada Qatadah, “Mengapa buang air kecil di lubang
dibenci?”, Beliau menjawab, “ Dikatakan bahwa tempat tersebut adalah tempat
hunian jin”.
5. Tinggal berdampingan dengan manusia di
rumah mereka, jin jenis ini disebut Al Awamir. Dalil akan hal ini adalah
hadits yang diriwayatkan dalam shahih Muslim yang menceritakan tentang kisah
seorang pemuda dari anshar yang mendapatkan jin dalam bentuk ular di rumahnya,
maka Rasulullah r
bersabda:
إِنَّ
بِالْمَدِينَةِ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ قَدْ أَسْلَمُوا فَمَنْ رَأَى شَيْئًا مِنْ هَذِهِ
الْعَوَامِرِ فَلْيُؤْذِنْهُ ثَلاَثًا فَإِنْ بَدَا لَهُ بَعْدُ فَلْيَقْتُلْهُ فَإِنَّهُ
شَيْطَانٌ
“Sesungguhnya
di Madinah terdapat sekelompok jin yang telah masuk islam, barangsiapa di
antara kalian menemukan jin dari jenis ini maka hendaklah ia memberinya izin
untuk pergi tiga kali, jika kalian
menemukannya di lain waktu hendaklah ia membunuhnya karena mereka adalah syetan”
6. Kandang Onta
At
Turmudzi meriwayatkan dari Abu Hurairah t
bahwasannya Rasulullah r
bersabda:
صَلُّوا فِى مَرَابِضِ الْغَنَمِ وَلاَ تُصَلُّوا فِى
أَعْطَانِ الإِبِل
“Shalatlah
di kandang kambing dan janganlah mengerjakan shalat di kandang onta”
Imam
Ahmad meriwayatkan hadits Abdullah bin Mughaffal bahwasanya beliau berkata:
telah bersabda Rasulullah r
:
صَلُّوا
فِى مَرَابِضِ الْغَنَمِ وَلاَ تُصَلُّوا فِى أَعْطَانِ الإِبِلِ فَإِنَّهَا خُلِقَتْ
مِنَ الشَّيَاطِينِ
7. Tempat-tempat yang terisolisir
8. Kuburan
Ibnu
Taimiyah berkata, “Oleh karena itu, jin banyak ditemukan di tempat-tempat
reruntuhan, hutan belantara, tempat-tempat yang bernajis seperti toilet, kebun
tak berpenghuni, tempat sampah, tempat rongsokan, dan kuburan. Orang-orang yang
mengadakan hubungan dengan jin sehingga sifat mereka seperti syetan tidak
memiliki kasih sayang sama sekali sering sekali bepergian ke tampat-tempat yang
dihuni oleh para syetan”.
9. Pasar
Jin
banyak ditemukan di pasar karena banyaknya penyelisihan dan pelanggaran
terhadap syariat seperti wanita yang bersolek ria, para penjual yang berdusta,
dan perkara-perkara yang diharamkan lainnya. Oleh karena itu, Nabi r
berwasiat kepada para sahabat agar tidak menjadi orang pertama kali yang
memasuki pasar dan orang terakhir yang keluar dari pasar.
Dari
Salman t
berkata, “Janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali memasuki pasar dan
orang terakhir kali keluar dari pasar karena terjadinya peperangan dengan syetan
dan bendera perang syetan dikibarkan di pasar”.