Cari Blog Ini

Jumat, 27 Juli 2012

Generasi Salaf saat Ramadhan Tiba (2)

Kedermawanan salaf di bulan ramadhan


Ramadhan adalah bulan untuk memperbanyak sedekah dan meningkatkan kedermawanan. Dari Ibnu Abbas –radiyallahu anhu- berkata, “Nabi –salallahu alaihi wa sallam- adalah manusia yang paling dermawan, dan akan semakin dermawan ketika bulan ramadhan dan ketika malaikat Jibaril datang menemuinya” (diriwayatkan oleh Bukhari no 1803)

Ini adalah nabi kita dan suri tauladan kita. Beliau –salallahu alaihi wa sallam- telah memberikan contoh bagaimana menjadi dermawan di bulan ramadhan dan selain ramadhan.


Adapun sahabat, maka cukup kita melihat perbuatan Ibnu Umar radiyallahu anhu, dimana beliau ketika puasa di bulan ramadhan, maka beliau tidaklah berbuka puasa melainkan mengajar orang-orang miskin untuk makan bersamanya. Jika keluarganya mencegah, maka beliau pun tidak makan. Beliau ketika didatangi oleh seseorang yang minta makanan dan beliau sedang makan, maka beliau akan langsung mengambil bagiannya lalu diberikan kepada orang miskin tersebut.

Yunus bin Yazid berkata, “Ibnu Syihab ketika ramadhan tiba, maka beliau menghabiskan waktunya untuk membaca al qur’an dan memberi makan fakir miskin”.

Salaf dan salat malam

Shalat malam adalah adat kebiasaan orang-orang solih dan amalan orang-orang yang beruntung. Jika kita melihat keadaan para salaf, niscaya kita dapatkan perkara-perkara yang menakjubkan yang menunjukkan bagaimana salaf telah merasakan lezatnya dan nikmatnya bermunajat kepada Allah dengan shalat.

Pertama : Sebagian salaf memperpanjang salatnya dengan tanpa paksaan, tidak riya’ dan tidak sum’ah. Mereka melakukan itu semua karena mereka telah mendapatkan lezatnya salat. Jika tidak, niscaya mereka berlomba-lomba untuk mengucap salam penutup salat.

Misalnya adalah Ibnu Zubair, beliau suatu malam salat dengan membaca surat al baqarah, ali imran, kemudian an nisa’, namun beliau belum mengangkat kepalanya untuk shalat sedikitpun.

Nafi’ berkata, “Ibnu Umar suatu malam berdiri menjalankan salat malam di bulan ramadhan dirumahnya. Setelah orang-orang pergi dari masjid, maka Ibnu Umar mengambil air wudhu lalu menuju masjid rasulullah dan salat di dalamnya, beliau tidak keluar hingga salat subuh terlebih dahulu”

Kedua   : Selain itu, para salaf jika telah takbir masuk salat, maka khusyu’lah qolbu mereka, dan menjadi tenang anggota badannya, hingga terkadang sebagian orang menyangkanya seperti batu, bahkanmungkin burung terkadang menganggapnya tembok yang tidak bergerak.

Mari kita lihat teladan para salaf dalam hal ini. Misalnya adalah perkataan tsabit al banani, “aku diutus mendatangi Abdullah bin Az zubair, maka aku mendapatkan beliau sedang salat seperti kayu yang tertancap tegak tidak bergerak sama sekali.

Yahya bin tsabit berkata, “Ibnu Zubair ketika sujud, maka hinggaplah burung-burung di atas punggungnya, burung tersebut naik turun tidak mengindahkan keberadaan punggung abdullah bin zubeir.”

Ketiga   : mereka mendapatkan kelezatan shalat hingga melalaikan mereka dari apa yang terjadi di sekitar mereka.

Maimun bin Mahran berkata, “Aku tidak pernah melihat Muslim bin Yasar menoleh dalam salatnya, saat salah satu bangunan masjid runtuh hingga cemas seluruh orang yang di pasar, namun beliau masih saja khusyu’ dalam salat tidak menoleh sama sekali. Setelah diberi ucapan oleh orang-orang akan keselamatannya, dia heran dan tidak merasakan apa yang terjadi.”
               

Jumat, 20 Juli 2012

Generasi Salaf saat Ramadhan Tiba (1)

Dengan menyebut nama Allah, shalawat serta salam semoga tercurah atas Nabi r

Allah telah mengkhususkan bulan ramadhan dengan banyak sekali kekhususan dan keutamaan. Ramadhan adalah bulan di mana di dalamnya Al qur’an diturunkan, bulan penuh taubat, bulan ampunan, dihapuskannya dosa dan keburuka, dibukan pintu-pintu surga, dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu para syetan dan seabrek keutamaan lainnya.

Karenanya, para salaf, yaitu tiga generasi awal umat ini betul-betul memahami berharganya bulan ramadhan. Para salaf menyingsingkan lengan untuk beribadah kepada Allah di bulan ini. Bahlan mereka jauh-jauh hari sebelumnya, bahkan 6 bulan sebelum datangnya ramadhan mereka senantiasa berdoa memohon kepada Allah untuk bertemu dengan bulan ramadhan. Setelah ramadhan meninggalkan mereka, merekapun berdoa kepada Allah selama 6 bulan setelahnya agar Allah menerima amalan-amalan mereka  di bulan Ramadhan.

Bagaimana salaf dalam memanfaatkan ramadhan?

Berikut ini sekilas keadaan salaf dalam mengoptimalkan bulan ramadhan.

Pertama               : keadaan salaf dalam menjaga lisan.
Kita tahu, bahwa puasa yang benar adalah menahan diri dari segala pembatal puasa semenjak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari dengan niat ibadah kepada Allah dan juga menjaga dari berkata dusta maupun berbuat dusta. Rasulullah r menegaskan, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum saja”. (diriwayatkan oleh Bukhari, no: 1804)

Dalam riwayat yang lain, rasulullah r menegaskan, “Jika salah seorang di antara kalian berpuasa di pagi hari, janganlah ia berkata keji dan janganlah berbuat perbuatan orang-orang bodoh, jika ia dicelah hendaklah ia berkata, “Aku sedang berpuasa”. (diriwayatkan oleh Muslim no: 1151)

Al Maazi menjelaskan arti “aku sedang berpuasa” : maksudnya adalah hendaknya seseorang mengingatkan dirinya untuk tidak membalas mencela.

Lalu, bagaimana salaf dalam menjaga lisan mereka saat berpuasa?

Umar bin Khottob berkata, “Puasa itu bukanlah hanya menahan dari makan dan minum saja, melainkan harus menjadi dari dusta, berkata batil, dan berkata sia-sia. Hal yang senada juga diucapkan oleh Ali bin Abi Tholib.

Dari Thalq bin Qais berkata, berkata Abu Dzar, “Jika kamu berpuasa, maka jagalah dirimu dari dosa semaksimal mungkin”.

Bahkan Thalq bin Qais ketika berpuasa, maka beliau berdiam diri di rumah, tidak keluar dari rumah kecuali untuk shalat.

Jabir Bin Abdillah berkata, “Jika kamu berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, matamu, dan lisanmu dari kedustaan dan dosa, tinggalkanlah perbuatan menyakiti tetangga, hendaklah kamu lebih tenang pada saat berpuasa, janganlah kamu jadikan hari puasa dan bukan hari puasa sama saja.

Abu Mutawakkil menceritakan bahwa Abu Hurairah dan para sahabatnya jika berpuasa maka mereka duduk di masjid.

Abul Aliyah berkata, “Seseorang yang bepuasa senantiasa beribadah kepada Allah selama tidak ghibah (menggunjing orang lain).

ditulis oleh Abu rufaid agus suseno, Lc
Bersambung ....

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...