Agar bahtera menghantarkan kita ke
surga
Ada empat point penting untuk
menggapai surga Allah dengan bahtera tauhid:
Pertama : Menetahui hakikat tauhid. Hakikat
tauhid terkandung di dalam kalimat yang agung yaitu kalimat لا إله
إلا الله . Maka kita harus mengetahui makna kalimat لا إله
إلا الله yang benar. Makna kalimat لا إله
إلا الله yang benar adalah tidak
ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. Namun,
sekarang ini telah menyebar beberapa keyakinan yang salah di dalam menafsirkan
makna kalimat لا إله إلا الله dengan
penafsiran yang salah. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:
- Menafsirkan kalimat لا إله إلا الله dengan makna bahwa tidak ada yang diibadahi kecuali Allah.
- Menafsirkan kalimat لا إله إلا الله dengan makna bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah.
- Menafsirkan kalimat لا إله إلا الله dengan makna bahwa tidak ada hak untuk menghukumi kecuali hanya bagi Allah.
Kedua : Meyakini makna kalimat لا إله
إلا الله dengan meyakini serta benar-benar memahami
kalimat لا إله إلا الله tanpa ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun.
Allah berfiman, “ Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya adalah
mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, mereka
itulah orang-orang yang benar.” (Q.S. Al Hujurat: 15)
Ayat ini memberi faedah
bahwa syarat orang yang ingin merealisasikan kalimat لا إله
إلا الله harus yakin dengan kalimat لا إله
إلا الله dan tidak ragu-ragu terhadapnya. Apabila
syarat tersebut tidak ada, maka yang disyaratkan ( perealisasian tauhid ) tidak
pernah akan terwujud.
Ketiga : Tunduk dan patuh.
Setelah kita mengetahui
hakikat tauhid, kemudian kita meyakininya, namun kita tidak tunduk kepada
tuntutan tauhid maka kita belum bisa dikatakan merealisasiakan tauhid. Tunduk
dan patuh terhadap tuntutan tauhid adalah tunduk dan patuh terhadap apa yang
ditunjukkan oleh kalimat لا إله إلا الله , beribadah hanya kepada Allah, mengamalkan
syariat-syariatNya, beriman kepadaNya dan berkeyakinan bahwa hal itu adalah
hak.
Allah berfirman, “ Dan
kembalilah kamu kepada Rabb-mu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum
datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi.” (Q.S. Az Zumar:
54 )
Di dalam ayat lain Allah
kembali menegaskan, “ Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang
dengan ikhlas berserah diri kepada Allah sedang dia pun mengerjakan
kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. “ ( Q.S. An Nisa: 125 )
4. Menjaganya dari perkara-perkara
yang bisa membatalkannya atau mengurangi kesempurnaannya. Perbedaan antara
keduanya adalah
a.
Perkara-perkara yang membatalkan
tauhid maksudnya adalah perkara yang apabila dikerjakan oleh seseorang, maka
dia akan keluar dari agama secara total, dia menjadi kafir dan murtad dari
agama islam. Perkara-perkara ini sangatlah banyak, namun terangkum dalam tiga
hal pokok yaitu: syirik besar, kekufuran besar dan kemunafikan besar.
b.
Adapun perkara-perkara yang bisa
mengurangi kesempurnaan tauhid adalah perkara-perkara yang apabila dikerjakan
oleh seseorang maka dia tidak keluar dari agama islam secara total, namun
mengurangi kesempurnaan tauhidnya dan imannya berkurang. Perkara-perkara ini
pada hakikatnya adalah perbuatan maksiat yang tidak membawa seseorang ke dalam
syirik besar, kekufuran besar ataupun kemunafikan besar. Perkara-perkara ini
juga sangat banyak, namun perkara tersebut terangkum di dalam empat hal pokok,
yaitu segala perbuatan yang bisa menyeret seseorang kedalam kubangan syririk
besar, melakukan syirik kecil, kekufuran kecil, kemunafikan kecil dan perbuatan
bid’ah.
Pembatal Tauhid
1.
Syirik Besar
Syirik secara bahasa adalah menyekutukan dan
membandingkan. Adapun secara istilah adalah menjadikan sekutu dan tandingan
bagi Allah di dalam rububiyah
Allah, uluhiyahNya dan Asma serta sifatNya.
Hukum
Syirik Besar
Syirik
merupakan bentuk kemaksiatan kepada Allah, dosa dan kedzaliman yang paling
besar. Hal ini dikarenakan bahwa hakikat syirik adalah memalingkan hak paten
untuk Allah kepada selainNya, atau menyematkan kepada makhlukNya sifat yang
menjadi kekhususan Allah.
Allah berfirman:
“ Sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang
besar” ( Q.S. Luqman:13)
Selain
besarnya dosa syirik, Allah telah menyiapkan balasan dan hukuman setimpal
kepada orang-orang yang melakukan kesyirikan. Di antara hukuman tersebut antara
lain:
- Allah tidak mengampuni dosa pelaku kesyirikan apabila meninggal dunia dan tidak bertaubat.
- Pelaku kesyirikan telah keluar dan murtad dari islam, dia boleh dibunuh dan dirampas hartanya
- Allah tidak akan menerima perbuatan pelaku kesyirikan, semuanya perbuatannya akan hilang bak debu yang berterbangan.
- Diharamkan bagi pelaku kesyirikan untuk menikah dengan seorang muslimah.
- Pelaku kesyirikan apabila meninggal tidak dimandikan, tidak dikafani, tidak disalatkan dan tidak dikuburkan di pekuburan kaum muslimin.
- Allah mengharamkan surga baginya.
Macam-macam
syirik besar
Secara
global, syirik besar ada tiga macam:
Pertama:
Syirik di dalam Rububiyah Allah, yaitu meyakini bahwa ada zat selain Allah yang
menguasai, mengatur, menciptakan atau memberi rizki.
Adapun
contoh-contoh syirik yang terrmasuk jenis ini adalah:
- Syiriknya orang-orang nasrani dengan trinitas mereka dan syiriknya orang-orang majusi dengan keyakinan mereka bahwa kebaikan datang dari cahaya (Tuhan yang terpuji) dan segala keburukan datang dari kegelapan.
- Syriknya orang-orang shufi dan rafidhah yang ekstrim dari kalangan penyembah kubur dengan keyakinan mereka bahwa arwah orang mati bisa memberikan kebutuhan ataupun menghilangkan kesusahan orang yang masih hidup.
- Meminta hujan dari bintang dengan meyakininya sebagai sumber hujan dan dialah yang menurunkannya tanpa kehendak Allah. Dan yang lebih parah dari itu, keyakinan mereka bahwa bintang mengatur alam semesta ini dalam pemberian rizki, penciptaan, kematian, kesembuhan dll. Allah berfirman:
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
“Kamu mengganti rezki (yang
Allah berikan) dengan mendustakan Allah.(Q.S Al Waqi’ah : 82)
Yaitu dengan menisbtakan rizki yang
telah diberikan kepada selain Allah.
Rasulullah saw bersabda:
أربع في أمتي من أمر
الجاهلية لا يتركونهن : الفخر باالأحساب والطعن في الأنساب والاستقاء بالنجوم
والناحية
Empat hal dari perkara
jahiliyah yang tidak ditinggalkan oleh umatku; berbangga-bangga dengan
kedudukan, mencela nasab, Al istiqo’ dengan bintang dan meratap. (H.R Muslim)
Kedua:
Syirik dalam asma’ dan sifat Allah, yaitu dengan menjadikan tandingan
bagiNya dalam hal asma’ dan sifat atau mensifati Allah dengan
sifat makhluknya.
Contoh
perbuatan syirik di dalam hal ini adalah mengaku mengetahui hal ghoib
atau meyakini bahwa ada dzat selain Allah yang mengetahui hal ghaib. Kedua hal ini termasuk syirik besar karena pelakunya telah
menjadikan bagi Allah sekutu di dalam sifat yang menjadi kekhususan bagiNya.
Termasuk dalam hal ini adalah keyakinan bahwa para nabi, wali dan orang-orang
soleh mengetahui perkara ghaib atau keyakinan bahwa dukun, tukang sihir
dan peramal mengetahui hal ghaib.
Allah
menegaskan, bahwa perkara ghaib itu hanya milik Allah, Allah berfirman,
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri” ( Q.S. Al An’am 59 )
Ketiga:
Syirik di dalam Uluhiyah Allah, yaitu meyakini bahwa selain Allah
berhak untuk diibadahi atau memalingkan ibadah kepada selain Allah. Jenis
syirik ini terwujud dalam tiga bentuk kesyirikan:
- Meyakini bahwa Allah memiliki sekutu yang berhak disembah atau meyakini bahwa ada Dzat selain Allah yang berhak untuk diibadahi.
- Memalingkan ibadah kepada selain Allah.
Memalingkan
ibadah kepada selain Allah terwujud dengan dua hal, pertama; dengan memalingkan
doa kepada selain Allah seperti memohon pertolongan, memohon perlindungan dan
meminta keselamatan, Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Q.S. Ghofir: 60)
Kedua;
dengan memalingkan segala jenis ibadah kepada selain Allah seperti cinta, takut
dan berpengharapan kepada selain Allah. Mempersembahkan salat, zakat, puasa,
menyembelih, membaca Al Quran, Dzikir, nadzar kepada selain Allah.
- Berhukum dan memberikan ketaatan kepada selain Allah.
Berhukum
dengan hukum yang tidak Allah turunkan dan meyakini bahwa hukum selain Allah
lebih utama termasuk syirik besar karena hal itu adalah bentuk pendustaan
terhadap firman Allah:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ
اللَّهِ حُكْمًا
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah” (Q.S. Al
Maidah: 50)
Demikian
juga memberikan ketaatan mutlak kepada selain Allah termasuk syirik besar.
Diriwayatkan dari Adi bin Hatim ia berkata, aku mendengar Nabi saw membaca
firman Allah:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ
“Mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah” (Q.S. At Taubah:31)
Kemudian
aku berkata,”Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka”, kemudian Nabi saw
bersabda. “Tidakkah mereka mengharamkan hal-hal yang Allah halalkan,
kemudian kalian mengharamkannya, tidakkah mereka menghalalkan apa yang Allah
haramkan kemudian kalian menghalallkannya?”, aku berkata, “Benar, wahai
Rasulullah”, kemudian beliau saw berkata, “Itulah bentuk ibadah kalian
kepada mereka”.
2.
Kufur Besar
Hakikat Kekufuran Besar
Kufur atau
kekufuran secara bahasa adalah menutupi atau menghapus. Adapun secara istilah, kekufuran
besar adalah seluruh keyakinan, perkataan, melakukan sebuah perbuatan atau
meninggalkannya yang menyelisihi dan menafikan keimanan, dengan kata lain kekufuran
besar adalah lawan dari Iman, karena orang yang melakukan perbuatan
kekufuran berarti tidak beriman kepada Allah dan para rasulNya.
Hukum Kekufuran Besar dan Bahayanya
Seseorang
yang terjerembab ke dalam kekufuran besar, dihukumi kafir atau murtad (keluar
dari Islam) dan dia diperlakukan sebagaimana orang-orang murtad, seperti wajib
dibunuh jika tidak taubat dan tidak kembali ke agama Islam, Rasulullah saw
bersabda :
مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ
“Siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah dia” (HR. Al-Bukhari),
dan sabda
Beliau saw, ”Tidak halal darah seorang muslim untuk ditumpahkan, kecuali dengan
tiga perkara, yaitu : orang yang sudah menikah berzina, membunuh jiwa, dan
meninggalkan agamanya atau menyelisihi jama’ah kaum muslimin”. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Di antara bahaya kekufuran besar
adalah:
1.
Mengeluarkan pelakunya dari agama dan
semua amalannya sia-sia. (Ali Imran :117)
2.
Menjadikan pelakunya kekal di neraka.
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke
lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang
berbuat kejahatan. (QS. Al A’raf : 40)
3.
Menghalalkan darah dan harta pelakunya.
4.
Menjadikan pelakunya wajib dimusuhi sehingga tidak boleh bagi seorang mu’min
untuk mencintai dan loyal kepadanya walaupun dia orang yang paling dekat
disisinya. Allah berfirman ,”Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik
bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka
berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu
dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. Al Mumtahanah: 4)
Macam-macam Kekufuran Besar
Bentuk-bentuk
kekufuran besar yang sangat banyak diantaranya adalah:
1.
Kufur Inkar wa Takdzib (kekufuran
karena pengingkaran dan pendustaan)
yaitu jika seorang mukallaf mengingkari sesuatu dari dasar-dasar
pokok agama, mengingkari hukum-hukumnya dan berita-beritanya yang telah tetap
secara pasti. Hal ini menyebabkan pelakunya kafir, karena orang yang
,melakukannya berarti mendustakan firman Allah dan sabda rasulNya serta menolak
keduanya.
Contoh kekufuran jenis ini adalah mengingkari salah satu rukun iman yang
enam atau rukun Islam yang lima dengan hati, lisan, atau dengan melakukan
perbuatan yang menunjukkan pengingkaran, seperti melaksanakan shalat dengan
menghadap selain kiblat, shalat tanpa bersuci, atau shalat dzuhur lima rakaat,
sedangkan dia mengetahui bahwa hal itu adalah perbuatan yang menyelisihi agama
dan dia melakukannya dengan sengaja. Allah swt berfirman, “Dan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS. Al A’raf: 36)
2. Kufur
Syak wa Dzon (kekufuran karena keraguan)
yaitu ragu dalam beriman kepada dasar-dasar
pokok agama atau meragukan kebenaran berita dan hukum yang telah tetap secara
pasti. Kekufuran jenis ini bisa menjadikan seseorang kafir karena pelakunya
berarti telah menafikan keimanan di dalam hatinya, karena keimanan adalah
pembenaran hati yang kuat tanpa keraguan.
Contoh
kekufuran jenis ini adalah meragukan kewajiban beriman kepada rukun-rukun iman,
meragukan keabsahan Al-Qur’an, haramnya minuman keras, wajibnya shalat, dan
zakat, atau meragukan kafirnya Yahudi dan Nasrani. Allah swt berfirman kepada
orang yang meragukan datangnya hari kiamat, “Apakah kamu kafir kepada
Tuhan yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu
Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (QS. Al Kahfi : 37)
3. Kufur Ibaa’ wal Istikbar (kekufuran karena
keengganan dan kesombongan)
Yaitu tidak
tunduk dan tidak patuh karena sombong dan enggan terhadap dasar-dasar pokok
agama islam dan hukum-hukumnya yang telah dia akui dengan hati dan lisannya.
Kekufuran jenis ini menjadikan pelakunya kafir karena dia telah mengingkari
hikmah dan tujuan di balik hukum-hukum Allah.
Contoh
kekufuran jenis ini adalah keengganan iblis untuk memenuhi perintah Allah yaitu
memberikan sujud penghormatan kepada Adam As karena sombong dan takabur. Allah
berfirman menegaskan kekufuran iblis yang enggan untuk melakukan perintahNya
karena sombong dan takabur, “Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan
dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir”. ( QS.
....)
4. Kufur
Bughdh (kekufuran karena kebencian)
Yaitu
membenci agama islam, hal ini menjadikan pelakunya kafir karena dia tidak
mengagungkan agama Allah, bahkan di dalam lubuk hatinya tertanam permusuhan
terhadapnya.
Allah
berfirman, “Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al
Quran), lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka” (QS.
Muhammad: 9)
5. Kufur
I’roodh (kekufuran karena penolakan)
yaitu
meninggalkan agama Allah dengan hati, lisan dan anggota tubuhnya atau tidak
mengamalkannya meskipun ia telah mengakui kebenarannya. Hal ini menjadikan
pelakunya kafir karena hatinya telah kosong dari keimanan dan pembenaran
terhadap agama Allah.
Contoh
kekufuran jenis ini adalah tidak mengindahkan perintah-perintah Allah, atau
tidak mengamalkan perintah-perintah Allah setelah mengetahui kebenarannya.
Allah berfirman, “Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya, jika kalian berpaling,
maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir" (QS. Ali
Imran: 32)
Dan firman Allah, ”Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang
telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya kemudian ia berpaling
daripadanya?, sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang
yang berdosa.” (QS. As-Sajdah: 22)
Referensi:
Al wajiz fi akidatis salafis soleh,
Tahdzib Tashilil Aqidah Al Islamiyah oleh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin, Al
Qoulul Mufid oleh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin