Cari Blog Ini

Sabtu, 26 Mei 2012

Menggapai Surga dengan Bahtera Tauhid (2)


Agar bahtera menghantarkan kita ke surga

Ada empat point penting untuk menggapai surga Allah dengan bahtera tauhid:

Pertama          : Menetahui hakikat tauhid. Hakikat tauhid terkandung di dalam kalimat yang agung yaitu kalimat لا إله إلا الله  . Maka kita harus mengetahui makna kalimat لا إله إلا الله yang benar. Makna kalimat لا إله إلا الله yang benar adalah tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. Namun, sekarang ini telah menyebar beberapa keyakinan yang salah di dalam menafsirkan makna kalimat لا إله إلا الله  dengan penafsiran yang salah. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

  1. Menafsirkan kalimat لا إله إلا الله  dengan makna bahwa tidak ada yang diibadahi kecuali Allah.
  2. Menafsirkan kalimat لا إله إلا الله  dengan makna bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah.
  3. Menafsirkan kalimat لا إله إلا الله   dengan makna bahwa tidak ada hak untuk menghukumi kecuali hanya bagi Allah.

Kedua             : Meyakini makna kalimat لا إله إلا الله  dengan meyakini serta benar-benar memahami kalimat لا إله إلا الله  tanpa ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun. Allah berfiman, “ Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, mereka itulah orang-orang yang benar.” (Q.S. Al Hujurat: 15)

Ayat ini memberi faedah bahwa syarat orang yang ingin merealisasikan kalimat لا إله إلا الله   harus yakin dengan kalimat لا إله إلا الله  dan tidak ragu-ragu terhadapnya. Apabila syarat tersebut tidak ada, maka yang disyaratkan ( perealisasian tauhid ) tidak pernah akan terwujud.

Ketiga             : Tunduk dan patuh.

Setelah kita mengetahui hakikat tauhid, kemudian kita meyakininya, namun kita tidak tunduk kepada tuntutan tauhid maka kita belum bisa dikatakan merealisasiakan tauhid. Tunduk dan patuh terhadap tuntutan tauhid adalah tunduk dan patuh terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimat لا إله إلا الله , beribadah hanya kepada Allah, mengamalkan syariat-syariatNya, beriman kepadaNya dan berkeyakinan bahwa hal itu adalah hak.

Allah berfirman, “ Dan kembalilah kamu kepada Rabb-mu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi.” (Q.S. Az Zumar: 54 )

Di dalam ayat lain Allah kembali menegaskan, “ Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. “ ( Q.S. An Nisa: 125 )

4. Menjaganya dari perkara-perkara yang bisa membatalkannya atau mengurangi kesempurnaannya. Perbedaan antara keduanya adalah 

a.      Perkara-perkara yang membatalkan tauhid maksudnya adalah perkara yang apabila dikerjakan oleh seseorang, maka dia akan keluar dari agama secara total, dia menjadi kafir dan murtad dari agama islam. Perkara-perkara ini sangatlah banyak, namun terangkum dalam tiga hal pokok yaitu: syirik besar, kekufuran besar dan kemunafikan besar.

b.      Adapun perkara-perkara yang bisa mengurangi kesempurnaan tauhid adalah perkara-perkara yang apabila dikerjakan oleh seseorang maka dia tidak keluar dari agama islam secara total, namun mengurangi kesempurnaan tauhidnya dan imannya berkurang. Perkara-perkara ini pada hakikatnya adalah perbuatan maksiat yang tidak membawa seseorang ke dalam syirik besar, kekufuran besar ataupun kemunafikan besar. Perkara-perkara ini juga sangat banyak, namun perkara tersebut terangkum di dalam empat hal pokok, yaitu segala perbuatan yang bisa menyeret seseorang kedalam kubangan syririk besar, melakukan syirik kecil, kekufuran kecil, kemunafikan kecil dan perbuatan bid’ah.

Pembatal Tauhid

1.      Syirik Besar
 Syirik secara bahasa adalah menyekutukan dan membandingkan. Adapun secara istilah adalah menjadikan sekutu dan tandingan bagi Allah di dalam rububiyah  Allah, uluhiyahNya dan Asma serta sifatNya.

Hukum Syirik Besar

Syirik merupakan bentuk kemaksiatan kepada Allah, dosa dan kedzaliman yang paling besar. Hal ini dikarenakan bahwa hakikat syirik adalah memalingkan hak paten untuk Allah kepada selainNya, atau menyematkan kepada makhlukNya sifat yang menjadi kekhususan Allah.

Allah berfirman:
 “ Sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang besar” ( Q.S. Luqman:13)
Selain besarnya dosa syirik, Allah telah menyiapkan balasan dan hukuman setimpal kepada orang-orang yang melakukan kesyirikan. Di antara hukuman tersebut antara lain:

  1. Allah tidak mengampuni dosa pelaku kesyirikan apabila meninggal dunia dan tidak bertaubat.
  2. Pelaku kesyirikan telah keluar dan murtad dari islam, dia boleh dibunuh dan dirampas hartanya
  3. Allah tidak akan menerima perbuatan pelaku kesyirikan, semuanya perbuatannya akan hilang bak debu yang berterbangan.
  4. Diharamkan bagi pelaku kesyirikan untuk menikah dengan seorang muslimah.
  5. Pelaku kesyirikan apabila meninggal tidak dimandikan, tidak dikafani, tidak disalatkan dan tidak dikuburkan di pekuburan kaum muslimin.
  6. Allah mengharamkan surga baginya.
Macam-macam syirik besar

Secara global, syirik besar ada tiga macam:

Pertama: Syirik di dalam Rububiyah Allah, yaitu meyakini bahwa ada zat selain Allah yang menguasai, mengatur, menciptakan atau memberi rizki.
Adapun contoh-contoh syirik yang terrmasuk jenis ini adalah:

  1. Syiriknya orang-orang nasrani dengan trinitas mereka dan syiriknya orang-orang majusi dengan keyakinan mereka bahwa kebaikan  datang dari cahaya (Tuhan yang terpuji) dan segala keburukan datang dari kegelapan.
  2. Syriknya orang-orang shufi dan rafidhah yang ekstrim dari kalangan penyembah kubur dengan keyakinan mereka bahwa arwah orang mati bisa memberikan kebutuhan ataupun menghilangkan kesusahan orang yang masih hidup.
  3. Meminta hujan dari bintang dengan meyakininya sebagai sumber hujan dan dialah yang menurunkannya tanpa kehendak Allah. Dan yang lebih parah dari itu, keyakinan mereka bahwa bintang mengatur alam semesta ini dalam pemberian rizki, penciptaan, kematian, kesembuhan dll. Allah berfirman:
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ  
             Kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.(Q.S Al Waqi’ah : 82)
Yaitu dengan menisbtakan rizki yang telah diberikan kepada selain Allah.
Rasulullah saw bersabda:
    أربع في أمتي من أمر الجاهلية لا يتركونهن : الفخر باالأحساب والطعن في الأنساب والاستقاء بالنجوم والناحية
Empat hal dari perkara jahiliyah yang tidak ditinggalkan oleh umatku; berbangga-bangga dengan kedudukan, mencela nasab, Al istiqo’ dengan bintang dan meratap. (H.R Muslim)

Kedua: Syirik dalam asma’ dan sifat Allah, yaitu dengan menjadikan tandingan bagiNya dalam hal asma’ dan sifat atau mensifati Allah dengan sifat makhluknya.
Contoh perbuatan syirik di dalam hal ini adalah mengaku mengetahui hal ghoib atau meyakini bahwa ada dzat selain Allah yang mengetahui hal ghaib.  Kedua hal ini termasuk syirik besar karena pelakunya telah menjadikan bagi Allah sekutu di dalam sifat yang menjadi kekhususan bagiNya. Termasuk dalam hal ini adalah keyakinan bahwa para nabi, wali dan orang-orang soleh mengetahui perkara ghaib atau keyakinan bahwa dukun, tukang sihir dan peramal mengetahui hal ghaib.                                                                                                                                

Allah menegaskan, bahwa perkara ghaib itu hanya milik Allah, Allah berfirman, “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” ( Q.S. Al An’am 59 )

Ketiga: Syirik di dalam Uluhiyah Allah, yaitu meyakini bahwa selain Allah berhak untuk diibadahi atau memalingkan ibadah kepada selain Allah. Jenis syirik ini terwujud dalam tiga bentuk kesyirikan:
  1. Meyakini bahwa Allah memiliki sekutu yang berhak disembah atau meyakini bahwa ada Dzat selain Allah yang berhak untuk diibadahi.
  2. Memalingkan ibadah kepada selain Allah.
Memalingkan ibadah kepada selain Allah terwujud dengan dua hal, pertama; dengan memalingkan doa kepada selain Allah seperti memohon pertolongan, memohon perlindungan dan meminta keselamatan, Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Q.S. Ghofir: 60)
Kedua; dengan memalingkan segala jenis ibadah kepada selain Allah seperti cinta, takut dan berpengharapan kepada selain Allah. Mempersembahkan salat, zakat, puasa, menyembelih, membaca Al Quran, Dzikir, nadzar kepada selain Allah. 

  1. Berhukum dan memberikan ketaatan kepada selain Allah.
Berhukum dengan hukum yang tidak Allah turunkan dan meyakini bahwa hukum selain Allah lebih utama termasuk syirik besar karena hal itu adalah bentuk pendustaan terhadap firman Allah:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah” (Q.S. Al Maidah: 50)
Demikian juga memberikan ketaatan mutlak kepada selain Allah termasuk syirik besar. Diriwayatkan dari Adi bin Hatim ia berkata, aku mendengar Nabi saw membaca firman Allah:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah” (Q.S. At Taubah:31)

Kemudian aku berkata,”Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka”, kemudian Nabi saw bersabda. “Tidakkah mereka mengharamkan hal-hal yang Allah halalkan, kemudian kalian mengharamkannya, tidakkah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan kemudian kalian menghalallkannya?”, aku berkata, “Benar, wahai Rasulullah”, kemudian beliau saw berkata, “Itulah bentuk ibadah kalian kepada mereka”.

2.      Kufur Besar

Hakikat Kekufuran Besar

Kufur atau kekufuran secara bahasa adalah menutupi atau menghapus. Adapun secara istilah, kekufuran besar adalah seluruh keyakinan, perkataan, melakukan sebuah perbuatan atau meninggalkannya yang menyelisihi dan menafikan keimanan, dengan kata lain kekufuran besar adalah lawan dari Iman, karena orang yang melakukan perbuatan kekufuran berarti tidak beriman kepada Allah dan para rasulNya.

Hukum Kekufuran Besar dan Bahayanya

Seseorang yang terjerembab ke dalam kekufuran besar, dihukumi kafir atau murtad (keluar dari Islam) dan dia diperlakukan sebagaimana orang-orang murtad, seperti wajib dibunuh jika tidak taubat dan tidak kembali ke agama Islam, Rasulullah saw bersabda :
مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ
“Siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah dia” (HR. Al-Bukhari), 

dan sabda Beliau saw, ”Tidak halal darah seorang muslim untuk ditumpahkan, kecuali dengan tiga perkara, yaitu : orang yang sudah menikah berzina, membunuh jiwa, dan meninggalkan agamanya atau menyelisihi jama’ah kaum muslimin”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

            Di antara bahaya kekufuran besar adalah:
1.    Mengeluarkan pelakunya dari agama dan semua amalannya sia-sia. (Ali Imran :117)
2.    Menjadikan pelakunya kekal di neraka. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS. Al A’raf : 40)
3.    Menghalalkan darah dan harta pelakunya.
4. Menjadikan pelakunya wajib dimusuhi sehingga tidak boleh bagi seorang mu’min untuk mencintai dan loyal kepadanya walaupun dia orang yang paling dekat disisinya. Allah berfirman ,”Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. Al Mumtahanah: 4)

Macam-macam Kekufuran Besar

Bentuk-bentuk kekufuran besar yang sangat banyak diantaranya adalah:

1.    Kufur Inkar wa Takdzib (kekufuran karena pengingkaran dan pendustaan)
yaitu jika seorang mukallaf mengingkari sesuatu dari dasar-dasar pokok agama, mengingkari hukum-hukumnya dan berita-beritanya yang telah tetap secara pasti. Hal ini menyebabkan pelakunya kafir, karena orang yang ,melakukannya berarti mendustakan firman Allah dan sabda rasulNya serta menolak keduanya.
Contoh kekufuran jenis ini adalah mengingkari salah satu rukun iman yang enam atau rukun Islam yang lima dengan hati, lisan, atau dengan melakukan perbuatan yang menunjukkan pengingkaran, seperti melaksanakan shalat dengan menghadap selain kiblat, shalat tanpa bersuci, atau shalat dzuhur lima rakaat, sedangkan dia mengetahui bahwa hal itu adalah perbuatan yang menyelisihi agama dan dia melakukannya dengan sengaja. Allah swt berfirman, “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS. Al A’raf: 36)

2. Kufur Syak wa Dzon (kekufuran karena keraguan)
 yaitu ragu dalam beriman kepada dasar-dasar pokok agama atau meragukan kebenaran berita dan hukum yang telah tetap secara pasti. Kekufuran jenis ini bisa menjadikan seseorang kafir karena pelakunya berarti telah menafikan keimanan di dalam hatinya, karena keimanan adalah pembenaran hati yang kuat tanpa keraguan.
Contoh kekufuran jenis ini adalah meragukan kewajiban beriman kepada rukun-rukun iman, meragukan keabsahan Al-Qur’an, haramnya minuman keras, wajibnya shalat, dan zakat, atau meragukan kafirnya Yahudi dan Nasrani. Allah swt berfirman kepada orang yang meragukan datangnya hari kiamat, “Apakah kamu kafir kepada Tuhan yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (QS. Al Kahfi : 37) 

  3. Kufur Ibaa’ wal Istikbar (kekufuran karena keengganan dan kesombongan)
Yaitu tidak tunduk dan tidak patuh karena sombong dan enggan terhadap dasar-dasar pokok agama islam dan hukum-hukumnya yang telah dia akui dengan hati dan lisannya. Kekufuran jenis ini menjadikan pelakunya kafir karena dia telah mengingkari hikmah dan tujuan di balik hukum-hukum Allah.
Contoh kekufuran jenis ini adalah keengganan iblis untuk memenuhi perintah Allah yaitu memberikan sujud penghormatan kepada Adam As karena sombong dan takabur. Allah berfirman menegaskan kekufuran iblis yang enggan untuk melakukan perintahNya karena sombong dan takabur, “Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir”. ( QS. ....)

4. Kufur Bughdh (kekufuran karena kebencian)
Yaitu membenci agama islam, hal ini menjadikan pelakunya kafir karena dia tidak mengagungkan agama Allah, bahkan di dalam lubuk hatinya tertanam permusuhan terhadapnya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran), lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka” (QS. Muhammad: 9)

5. Kufur I’roodh (kekufuran karena penolakan)
yaitu meninggalkan agama Allah dengan hati, lisan dan anggota tubuhnya atau tidak mengamalkannya meskipun ia telah mengakui kebenarannya. Hal ini menjadikan pelakunya kafir karena hatinya telah kosong dari keimanan dan pembenaran terhadap agama Allah.
Contoh kekufuran jenis ini adalah tidak mengindahkan perintah-perintah Allah, atau tidak mengamalkan perintah-perintah Allah setelah mengetahui kebenarannya. Allah berfirman, “Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya, jika kalian berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir" (QS. Ali Imran: 32)

Dan firman Allah, ”Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya kemudian ia berpaling daripadanya?, sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajdah: 22)

Referensi:
Al wajiz fi akidatis salafis soleh, Tahdzib Tashilil Aqidah Al Islamiyah oleh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin, Al Qoulul Mufid oleh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin

Menggapai Surga dengan Bahtera Tauhid (1)


Surga adalah idaman setiap orang yang bercita-cita dan dambaan hati setiap orang yang bercinta. Jika kita ibaratkan surga seperti pulau nun jauh nan indah di ujung luasnya laut dunia, maka untuk menuju ke pulau tersebut membutuhkan kendaraan untuk menyeberangi laut yang penuh perompak dan ancaman alam lainnya yang sewaktu-waktu mampu menghancurkan bahtera kita.


 Berangkat dari hal ini, maka kita harus mengenal bahtera kita kemudian membentenginya dari serangan para perompak yang senantiasa mengintainya. Demikian halnya pula dengan surga Allah, kita membutuhkan bahtera untuk menghantarkan kita menuju surga Allah. Yaitu dengan mentauhidkan Allah.

Mengenal Aqidah/Tauhid

Aqidah secara etimologi diambil dari kata ( العقد  )  yang berarti mengikat, menguatkan, menetapkan dan mengkokohkannya. Maksudnya adalah segala sesuatu yang manusia mengikat hatinya padanya dengan kokoh baik perkara yang benar maupun batil.

Adapun secara istilah, aqidah adalah perkara-perkara yang harus dibenarkan oleh hati dan menentramkan jiwa sehingga perkara-perkara tersebut tegak kokoh tanpa keraguan sama sekali. Dan disebut perkara ini aqidah (pengikat) karena manusia harus mengikat hatinya padanya.

Jadi yang dimaksud aqidah islam adalah keimanan yang kokoh dan kuat kepada Rububiyah Allah, UluhiyahNya dan Asma wa sifatNya, malaikat, kitab, rasul, hari akhir,qada’ dan qadar baik yang buruk maupun yang jelek.

Aqidah islam jika kita sebutkan secara mutlak, maka maksudnya adalah aqidah ahli sunnah wal jamaah yaitu aqidah yang dipeluk dan diyakini oleh kelompok yang Allah janjikan kepadanya keselamatan karena telah mengikuti sunnah dalam keyakinan, ibadah, petunjuk dan akhlak dan karena senantiasa mengikuti jamaah kaum muslimin.

Aqidah islam disebut juga dengan Tauhid, As Sunnah, Usuluddin, Al fiqh Akbar, Asy Syariah, Al Iman

Urgensi Aqidah Islam
1.      Salah satu pondasi pokok pilar-pilar kehidupan manusia, henry berkata, “Ada dan akan ada sekelompok manusia yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, namun tidak akan ada sekelompok manusia tidak memiliki aqidah.
  1. Tauhid adalah tingkat keimanan yang tertinggi
Sebagaimana sabda Nabi r :
 “Iman itu ada tujuh puluhan cabang, yang tertinggi adalah mengucapkan “لا إله إلا الله  ” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan sikap malu termasuk salah satu cabang keimanan”. (H.R Muslim).
  1. Tauhid sebagai syarat diterimanya suatu ibadah
Sebagaimana firman Allah : “… dan seandainya mereka menyekutukan Allah niscaya leburlah segala yang mereka amalkan”. (Q.S Al-An’am : 88)
  1. Tauhid merupakan sebab bagi datangnya ampunan Allah.
Sebagaimana firman Allah : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (Q.S : An-Nisa’ : 48).
  1. Orang yang benar-benar merealisasikan tauhid akan masuk surga dan diharamkan atasnya neraka.
Sebagaimana sabda Nabi r : “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang mengucapkan “La-Ilaha-Illa-Allah” dengan tujuan mendapatkan keridhoan Allah”. (HR Bukhori dan Muslim).
  1. Tauhid merupakan sumber keamanan dan petunjuk.
Sebagaimana firman Allah : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS Al-An’am : 82).
  1. Tauhid adalah sebab dihilangkan kesulitan dan kesedihan di dunia dan akhirat.
Sebagaimana firman Allah : “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (Q.S. Atthalaq: 2-3)
  1.  Allah akan menumbuhkan rasa cinta kepada iman dan rasa benci kepada kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan  di dalam hati orang yang mentauhidkan Allah.
Sebagaimana firman Allah :” tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (Q.S. Alhujurat : 7).
  1. Orang yang bertauhid akan diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
 Sebagaimana Allah berfirman : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. Annahl : 97)

  1. Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di neraka.
sebagaimana Rasulullah bersabda : “ Setelah penghuni surga masuk ke surga dan penghuni neraka masuk ke neraka, maka Allah berfirman: “Keluakan dari neraka orang-orang yang didlam hatinya terdapat seberat biji sawi iman!, maka mereka pun dikeluarkan dari neraka hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam, lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan maka tubuh mereka tumbuhh sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di pinggiran sungai. Tidak engkau perhaikan bahwa benih itu tumbuh berwarana kuning dan berlipat-lipat? (H.R. Bukhori)

Keistimewaan Aqidah Islam

1.      Merupakan akidah yang mudah dan jelas,tiada kerancuan di dalamnya, memberikan ketenangan hati dan jiwa, tidak mewariskan keraguan maupun kebimbangan.
2.      Sesuai dengan fitrah
3.      Akidah yang telah terbangun kokoh untuk selamanya
4.      Mengambil singkap tengah, dengan tidak berlebihan dan juga tidak  menyepelekannya

Hakikat aqidah ahli sunnah wal jamaah

Di atas telah kita sebutkan pengertian Aqidah ahlus sunnah, namun kita hanya akan membahas bagian pertama dari pengertian di atas yaitu keimanan yang kokoh kepada Rububiyah Allah, UluhiyahNya, dan asma wa sifatNya. Atau yang lebih dikenal dengan tiga macam tauhid.

Pertama: Tauhid rububiyah yaitu mengimani keberadaan Allah dan meyakini bahwasannya Dia maha esa dalam seluruh perbuatanNya atau dengan kata lain, meyakini bahwasannya Allah adalah sang pencipta, pemberi rizki, megatur segala sesuatu dan tiada sekutu bagiNya.

Tauhid ini mencakup penetapan kita bahwa Allah maha pencipta segala sesuatu, raja diraja, pemberi rizki, menghidupkan, mematikan, mendatangkan manfaat dan bahaya, satu-satunya dzat yang mengabulkan doa, semua kebaikan di tanganNya, maha kuasa atas segala sesuatu, menentukan nasib semua mahkluknya, yang mengaturnya dan Dia dalam hal ini tidak memiliki sekutu.

Allah berfirman:
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (QS. Al Fatihah: 2 )
“Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan berhak disembah melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,  sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan”                                           ( QS. Al Baqarah: 163-164)

Maka, orang yang berdoa kepada mayit untuk mendatangkan kebaikan dan menolak bala atau berdoa kepada kyai untuk sesuatu hal yang di luar kemampuannya termasuk menafikan tauhid rububiyah.

Kedua:  Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesakan Allah dalam peribadahan.
Apabila seseorang berkeyakinan bahwa selain Allah berhak untuk disembah, atau dia memalingkan ibadah kepada selain Allah, membarikan ketaatan dan ketundukan kepada selain Allah maka dia telah melakukan perbuatan yang menafikan tauhid uluhiyah.
Allah berfirman:
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu” ( QS. Adz Dzaiyat: 56)
Ketiga: Tauhid asma’ dan sifat yaitu menetapkan nama dan sifat yang Allah tetapkan untukNya dan nabi r jelaskan tanpa tahrif, ta’thil, takyiif, dan tamtsil, atau menafikan sifat-sifat yang mengurangi kesempurnaan Allah yang telah Allah nafikan dengan meyakini kesempurnaan lawan sifat kekurangan tersebut.

Allah berfirman:
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna (nama-nama yang agung nan indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al A’raf: 180)
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11)

Hakikat tauhid yang dibawa rasul

Setelah mengetahui uraian ketiga macam tauhid di atas, sekarang kita akan mengenal korelasi antar ketiga macam tauhid di atas dan kedudukan masing-masing, dan mengetahui inti dakwah para rasul, apakah mereka di utus untuk menyerukan kepada umatnya ketiga macam tauhid ini atau bagaimana?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, maka kita akan memperhatikan satu point penting di bawah ini:

·         Ketiga macam tauhid di atas harus berkumpul pada diri seseorang, jika ada yang cacat maka belum sah tauhid seseorang, hal ini disebabkan karena:
-          Jika hanya meyakini rububiyah saja maka tidak cukup, dan belum disebut masuk islam.
-          Menetapkan tauhid rububiyah mengharuskan dia untuk menetapkan tauhid uluhiyah.
-          Orang yang menetapkan tauhid uluhiyah berarti telah menetapkan tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa sifat.

·         Tauhid rububiyah adalah tauhid yang diakui dan ditetapkan oleh kebanyakan manusia zaman dulu hingga sekarang, dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali sedikit. Di antara orang yang mengingkari rauhid rububiyah adalah fir’aun sehingga dia mengingkari kanabian musa meskipun di dalam hatinya dia menetapkan keberadaan Allah, sebagaimana firman allah: 

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan padahal hati mereka meyakini kebenarannya, maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan”. (QS. An Naml: 14)

Apa inti dakwah para rasul?

Allah U berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut” (Q.S. An-Nahl: 36)
Nabi r berkata kepada Muadz: “Sesungguhnya engkau akan menjumpai kaum dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) maka, hendaklah hal pertama yang kamu serukan adalah agar mereka mengesakan Allah…”

Jadi, inti dakwah para rasul adalah menyeru umatnya untuk memurnikan ibadah hanya kepada allah dengan mengenalkan rabbnya kepada mereka melalui nama sifatnya bukan untuk mengajak umatnya beriman kepada keberadaan Allah semata. Seruan untk beribadah hanya kepada Allah terkandung di dalam kalimat laa ilaaha illa allah

Oleh karena itu Nabi r meyeru umatnya untuk mengucapkan kalimat tauhid selam 13 tahun di makkah.

Dengan kata lain inti dakwah para rasul adalah kalimat laa ilaha illallah.

Referensi:
Al wajiz fi akidatis salafis soleh, Tahdzib Tashilil Aqidah Al Islamiyah oleh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin, Al Qoulul Mufid oleh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin

(Bersambung ...)

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...