Definisi birrul
walidain
Birrul
artinya berbuat baik. Jadi birrul walidain adalah berbuat baik kepada kedua
orang tua.
Al
hasan al basri berkata, “birru adalah kamu menaati kedua orang tuamu dalam
setiap perintahnya selama bukan perintah untuk bermaksiat, sedangkan durhaka
adalah meninggalkan keduanya dan tidak berbuat baik kepada keduanya”. (addurru
al mantsur (5/259)
Al
Qurthubi menegaskan, “Durhaka kepada kedua orang tua adalah menyelisihi
perintah keduanya dan birru adalah berbakti kepada keduanya dengan menaati
perintahnya. Karenanya, jika kedua orang tua memerintahkan anaknya maka harus
ditaati selama bukan maksiat meskipun menurut hukum asalnya adalah mubah
demekian juga jika hukum asalnya sunnah” (jami li ahkamil qur’an 6/239)
Dari
beberapa perkataan ulama di atas, bisa kita simpulkan bahwa berbakti kepada
orang tua adalah
- -
Lebih
mengutamakan keridoan kedua orang tua daripada dirinya, keluarganya,
anak-anaknya, dan orang lain.
- -
Menaati
perintah keduanya dan menjauhi larangannya selama bukan dalam maksiat meskipun
berseberangan denga kehendak kita
- -
Memberikan
apa yang mereka inginkan tanpa menunggu diminta dengan senang dan ikhlas dengan
terus menyadari bahwa kita tidak mungkin menebus kebaikan keduanya meskipun
kita rela mengorbankan nyawa dan harta kita.
Keutamaan
birrul walidain
Sebelum
kita menyebutkan keutamaan birrul walidain, kita harus mengenal hukum birrul walidain.
Tidak
diragukan, bahwa birrul walidain adalah wajib berdasarkan :
Firman Allah :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا
إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ
لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (٢٣)وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (٢٤)رَبُّكُمْ أَعْلَمُ
بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلأوَّابِينَ
غَفُورًا (٢٥)
Dan
Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "uf" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil". (QS. 17:23-24)
Sabda Nabi :
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم رغم أنفه ثم رغم أنفه ثم رغم أنفه قيل من يا رسول الله قال من
أدرك والديه عند الكبر أحدهما أو كليهما ثم لم يدخل الجنة
Dari Abu
Hurairoh dari Nabi shallallahu 'alihi wa sallam bersabda ((Kehinaan baginya,
kehinaan baginya, dan kehinaan baginya!!)), dikatakan (kepada beliau
rshallallahu 'alihi wa sallam), “Bagi siapakah kehinaan itu wahai Rasulullah?”,
Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam berkata, ((Orang yang mendapati kedua
orangtuanya dalam keadaan tua (jompo), salah satunya atau keduanya kemudian ia
tidak masuk surga)) [HR Muslim 4/1978 no 2551 ]
Sekarang, apa itu keutamaan birrul
walidain?
Pertama:
Berbakti kepada orangtua merupakan sifat para Nabi
}وَبَرّاً بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّاراً
عَصِيّاً{ (مريم:14)
dan
(nabi Yahya) banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia seorang
yang sombong lagi durhaka. (QS. 19:14)
}وَبَرّاً بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّاراً شَقِيّاً{
(مريم:32)
dan aku
(nabi isa) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang
sombong lagi celaka. (QS. 19:32)
Kedua :
Berbakti kepada orangtua lebih utama daripada jihad di jalan Allah
عن عبد الله بن عمرو قال جاء رجل إلى النبي
صلى الله عليه وسلم فاستأذنه في الجهاد فقال أحي والداك قال نعم قال ففيهما
فجاهد
Dari
Abdullah bin ‘Amr ia berkata, “Datang seorang pria kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu ia meminta idzin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk berjihad, maka Nabipun berkata, “Apakah kedua orangtuamu masih
hidup?”, pria itu berkata, “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, “Berjihadlah kepada kedua orangtuamu”[ HR Al-Bukhari
3/1094]
عن عبد الله قال سألت النبي صلى الله عليه
وسلم أي العمل أحب إلى الله قال الصلاة على وقتها قال ثم أي قال ثم بر
الوالدين قال ثم أي قال الجهاد في سبيل الله
Dari
Abdillah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam amalan apakah yang palin dicintai oleh Allah?”, beliau berkata,
“Sholat pada waktunya”, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kemudian apa”, beliau
berkata, “Kemudian berbakti kepada kedua orangtua”, Ibnu Mas’ud berkata,
“Kemudian apa?”, beliau berkata, “Jihad fi sabilillah”[ HR
Al-Bukhari 1/197]
Ketiga : Berbakti kepada kedua orangtua lebih diutamakan daripada sholat sunnah
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال لم يتكلم في المهد إلا ثلاثة عيسى وكان في بني إسرائيل رجل يقال له جريج كان
يصلي (في رواية : في صومعة) جاءته أمه فدعته (وفي رواية مسلم: فقالت يا جريج
أنا أمك كلمني) فقال أجيبها أو أصلي (وفي رواية قال: أللهم أمي وصلاتي) (وفي
رواية مسلم: فاختار صلاته فرجعت ثم عادت في الثانية فقالت يا جريج أنا أمك فكلمني قال
اللهم أمي وصلاتي فاختار صلاته) فقالت اللهم لا تمته حتى تريه وجوه المومسات
(وفي رواية مسلم: فقالت اللهم إن هذا جريج وهو ابني وإني كلمته فأبى أن يكلمنى
اللهم فلا تمته حتى تريه المومسات قال ولو دعت عليه أن يفتن لفتن ) وكان جريج في
صومعته فتعرضت له امرأة وكلمته فأبى فأتت راعيا (وفي رواية : راعي الغنم) فأمكنته
من نفسها فولدت غلاما فقالت من جريج فأتوه فكسروا صومعته وأنزلوه وسبوه فتوضأ وصلى
ثم أتى الغلام فقال من أبوك يا غلام قال الراعي قالوا نبني صومعتك من ذهب قال لا
إلا من طين
Dari Abu Huroiroh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ((Tidak ada
yang berbicara ketika bayi kecuali tiga orang Isa, dan dahulu di kalangan bani
Israil ada seorang pria yang bernama Juraij. Suatu hari ia sedang sholat (dalam
riwayat lain : Di shaouma’ahnya”) lalu datanglah ibunya dan memanggilnya (dalam
riwayat Muslim ibunya berkata, “Wahai Juraij saya adalah ibumu, bicaralah
kepadaku”) maka Juraij berkata “Aku menjawab panggilan ibuku ataukah aku terus
sholat (dalam riwayat Bukhori yang lain ia berkata, “Ya Allah ibu atau
sholatku”[9]), (Dalam riwayat Muslim, “Akhirnya Juraijpun memilih untuk terus
sholat, kemudian ibunya kembali memanggilnya untuk kedua kalinya dan berkata,
“Wahai Juraij aku adalah ibumu bicaralah kepadaku”, Juraij berkata, “Ya Allah
ibu atau sholatku”, akhirnya iapun memilih untuk terus sholat), maka ibunya
berkata, “Ya Allah janganlah engkau wafatkan Juraij hingga ia melihat
wajah-wajah pelacur” (Dalam riwayat Muslim, lalu ibunya berkata, “Ya Allah ini
adalah si Juraij dan ia adalah anakku, aku telah memanggilnya namun ia enggan
untuk berbicara denganku, Ya Allah janganlah engkau mewafatkannya hingga engkau
menampakkan kepadanya pelacur”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Seandainya ibunya berdoa agar si Juraij terfitnah (berzina) maka ia akan
terfitnah). Pada suatu hari ia sedang berada di shauma’ahnya lalu datanglah
seorang wanita dan menyerahkan dirinya (untuk berzina) dan mengajaknya
berbicara namun Juraij enggan untuk berbicara dengannya maka sang wanitapun
mendatangi seorang penggembala (dalam riwayat yang lain, “penggembala kambing”)
lalu ia membuatnya untuk mau berzina dengannya lalu iapun melahirkan seorang
anak kemudia ia mengaku bahwa anak tersebut adalah hasil perzinahannya dengan
Juraij maka masyarakatpun mendatangi Juraij dan menghancurkan tempat ibadahnya,
mereka menurunkannya dari tempat ibadahnya dan mencacinya lalu Juraijpun
berwudhu dan sholat, lalu ia mendatangi sang anak dan bertanya kepada anak
tersebut seraya berkata, “Nak, siapakah ayahmu?”, lalu anak itu menjawab,
“Penggembala”. Lalu masyarakat (setelah mengetahui hal ini mereka) berkata,
“Kami akan membangun (kembali) kuil tempat ibadahmu dari emas”, ia berkata,
“Jangan, kecuali kalian membangunnya dari tanah” [HR Al-Bukhari 3/1268 no 3253]
Keempat: Berbakti kepada orangtua merupakan sebab dikabulkannya doa
عن أسير بن جابر قال كان عمر بن الخطاب إذا أتى
عليه أمداد أهل اليمن سألهم أفيكم أويس بن عامر حتى أتى على أويس فقال أنت أويس بن
عامر قال نعم قال من مراد ثم من قَرَن قال نعم قال فكان بك برص فبرأت منه إلا موضع
درهم قال نعم قال لك والدة قال نعم قال سمعت رسول الله صلى الله عليه
وسلم يقول ((يأتي عليكم أويس بن عامر مع أمداد أهل اليمن من مراد ثم من قَرَن كان به
برص فبرأ منه إلا موضع درهم له والدة هو بها بر لو أقسم على الله لأبره فإن استطعت
أن يستغفر لك فافعل
Dari
Usair bin Jabir berkata, “Umar bin Al-Khotthob jika datang kepadanya amdad dari
negeri Yaman maka Umar bertanya kepada mereka, “Apakah ada diantara kalian
Uwais bin ‘Amir?”, hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan berkata
kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”, ia berkata, “Iya”. Umar
berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod, kemudian dari Qoron?”, ia berkata, “Benar”.
Umar berkata, “Engkau dahulu terkena penyakit albino kemudian engkau sembuh
kecuali seukuran dirham?” ia berkata, “Benar”. Umar berkata, “Engkau memiliki
ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ((Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama
pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia
pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham,
ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia
(berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan
mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan
ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah [HR Muslim 4/1969 no 2542]
Kelima:
Keridhoan orangtua adalah kunci masuk surga
Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam bersabda
Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam bersabda
رضى الرب في رضى الوالد وسخط الرب في سخط الوالد
((Keridhoan
Allah berada pada keridhoan orangtua dan kemarahan Allah berada pada kemarahan
orangtua))[ HR At-Thirmidzi 4/310 no1899]
Keenam:
Berbakti kepada orangtua memperlapang rizki dan menambah umur
Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam bersabda
Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam bersabda
من سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ له في رِزْقِهِ أو
يُنْسَأَ له في أَثَرِهِ[5] فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
((Barangsiapa
yang senang untuk dilapangkan rizkinya atau dipanjangkan umurnya maka hendaknya
ia menyambung tali hubungan keluarganya))[ HR
Al-Bukhari 2/728 no 1961]
Ketujuh : Berbakti kepada orangtua merupakan penebus dosa-dosa besar
عن بن عمر رضي الله
عنهما قال أتى النبي صلى الله عليه وسلم رجل فقال يا رسول الله إني
أذنبت ذنبا كثيرا فهل لي من توبة قال ألك والدان قال لا قال فلك خالة قال نعم فقال
رسول الله صلى الله عليه وسلم فبرها إذا
Dari Ibnu Umar berkata, “Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu
'alihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah
melakukan dosa yang banyak, apakah ada taubat bagiku?”, Rasulullah shallallahu
'alihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki kedua orangtua?”, ia berkata,
“Tidak”, Nabi shallallahu 'alihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki
bibi (saudara wanita ibu)?”, ia berkata, “Iya”, Nabi shallallahu 'alihi wa
sallam berkata, “Kalo begitu berbaktilah kepada bibimu!”.[ HR Al-Hakim
(Al-Mustadrok 4/171 no 7261)]
Kedelapan
: Berbakti Kepada Orangtua Merupakan Sebab Diangkatnya Kesulitan dan Kesedihan.
خرج ثلاثة (ممن كان قبلكم) يمشون فأصابهم المطر فدخلوا
في غار في جبل فانحطت عليهم صخرة (من الجبل فسدت عليهم الغار) قال فقال بعضهم لبعض
ادعوا الله بأفضل عمل عملتموه (انظروا أعمالا عملتموها صالحة لله فادعوا
الله بها لعله يفرجها عنكم) فقال أحدهم اللهم إني كان لي أبوان شيخان كبيران (ولي
صِبْيَةٌ صغار) فكنت أخرج فأرعى ثم أجيء فأحلب فأجيء بالحلاب فآتي به أبوي فيشربان
ثم أسقي الصبية وأهلي وامرأتي فاحتبست ليلة فجئت فإذا هما نائمان قال (فقمت عند
رؤوسهما أكره أن أوقظهما وأكره أن أسقي الصبية) فكرهت أن أوقظهما والصبية يتضاغون
عند رجلي (فلبثت والقدح على يدي أنتظر استيقاظهما) فلم يزل ذلك دأبي ودأبهما حتى طلع
الفجر اللهم إن كنت تعلم أني فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافرج عنا فرجة نرى منها السماء
قال ففرج عنهم (فرأوا السماء)...الحديث
Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam bersabda ((Tiga orang (dari orang-orang
terdahulu sebelum kalian) keluar berjalan lalu turunlah hujan menimpa mereka,
maka mereka lalu masuk ke dalam goa di sebuah gunung. Lalu jatuhlah sebuah batu
(dari gunung hingga menutupi mulut goa), lalu sebagian mereka berkata kepada
yang lainnya, “Berdoalah kepada Allah dengan amalan yang terbaik yang pernah
kalian amalkan!” (lihatlah amalan-amalan kalian yang telah kalian lakukan
ikhlaslah karena Allah maka berdoalah dengan amalan-amalan sholeh tersebut
semoga Allah membuka batu besar tersebut dari kalian). Maka salah seorang
diantara mereka berkata, “Ya Allah aku memiliki dua orangtuaku yang telah tua
(dan aku memiliki anak-anak kecil), (pada sauatu waktu) aku keluar untuk
menggembala lalu aku kembali, lalu aku memerah susu lalu aku datang membawa
susu kepada mereka berdua lalu mereka berdua minum kemudian aku memberi minum
anak-anakku, keluargaku, dan istriku. Pada suatu malam aku tertahan (terlambat)
dan ternyata mereka berdua telah tertidur (maka akupun berdiri di dekat kepala
mereka berdua aku tidak ingin membangunkan mereka berdua dan aku tidak ingin
memberi minum anak-anakku), maka aku tidak ingin membangunkan mereka berdua
padahal anak-anaku berteriak-teriak di kedua kakiku (dan aku tetap diam di
tempat dan gelas berada di tanganku, aku menunggu mereka berdua bagnun dari
tidur mereka) dan demikian keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau
mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu karena mengharap wajahMu maka
bukalah bagi kami celah hingga kami bisa melihat langit”, maka dibukakan bagi
mereka dan mereka bisa melihat langit....[ HR Al-Bukhari 2/771 no 2102]
Bagaimana salaf berbakti kepada kedua
orangtuanya?
Contoh pertama
Muhammad bin Sirin berkata, ((Harga kurma naik melambung di masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan hingga 1000 dirham, maka Usamah bin Zaid pun pergi menuju pohon kurma yang ia miliki lalu iapun melobanginya dan mengambil jantung kurma tersebut lalu ia berikan kepada ibunya. Orang-orang lalu berkata kepadanya, “Apa yang menyebabkan engkau melakukan ini padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma sekarang mencapai 1000 dirham?”, Usamah berkata, “Ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku dan tidaklah ia meminta sesuatu kepadaku yang aku mampu kecuali aku penuhi permintaannya”))[ Sifatus Sofwah 1/522]
Contoh kedua
Dari Abu Burdah mengabarkan bahwasanya Ibnu Umar melihat seorang pria dari Yaman towaf di ka’bah sambil mengangkat ibunya di belakang punggungnya seraya berkata, “Sesungguhnya aku adalah onta ibuku yang tunduk..jika ia takut untuk menungganginya aku tidak takut (untuk ditunggangi)”, lalu ia berkata, “Wahai Ibnu Umar, apakah menurutmu aku telah membalas jasa ibuku?”, Ibnu Umar berkata, “Tidak, bahkan engkau tidak bisa membalas jasa karena keluarnya satu tetes cairan dari cairan yang dikeluarkannya tatkala melahirkan”, kemudian Ibnu Umar menuju maqom Ibrahim dan sholat dua rakaat lalu berkata, “Wahai Ibnu Abi Musa sesungguhnya setiap dua rakaat menebus dosa-dosa yang ada dihadapan kedua rakaat tersebut”[ HR Al-Bukhari dalam adabul mufrod 1/18]
Muhammad bin Sirin berkata, ((Harga kurma naik melambung di masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan hingga 1000 dirham, maka Usamah bin Zaid pun pergi menuju pohon kurma yang ia miliki lalu iapun melobanginya dan mengambil jantung kurma tersebut lalu ia berikan kepada ibunya. Orang-orang lalu berkata kepadanya, “Apa yang menyebabkan engkau melakukan ini padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma sekarang mencapai 1000 dirham?”, Usamah berkata, “Ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku dan tidaklah ia meminta sesuatu kepadaku yang aku mampu kecuali aku penuhi permintaannya”))[ Sifatus Sofwah 1/522]
Contoh kedua
Dari Abu Burdah mengabarkan bahwasanya Ibnu Umar melihat seorang pria dari Yaman towaf di ka’bah sambil mengangkat ibunya di belakang punggungnya seraya berkata, “Sesungguhnya aku adalah onta ibuku yang tunduk..jika ia takut untuk menungganginya aku tidak takut (untuk ditunggangi)”, lalu ia berkata, “Wahai Ibnu Umar, apakah menurutmu aku telah membalas jasa ibuku?”, Ibnu Umar berkata, “Tidak, bahkan engkau tidak bisa membalas jasa karena keluarnya satu tetes cairan dari cairan yang dikeluarkannya tatkala melahirkan”, kemudian Ibnu Umar menuju maqom Ibrahim dan sholat dua rakaat lalu berkata, “Wahai Ibnu Abi Musa sesungguhnya setiap dua rakaat menebus dosa-dosa yang ada dihadapan kedua rakaat tersebut”[ HR Al-Bukhari dalam adabul mufrod 1/18]
Contoh ketiga
Dari Musa bin ‘Uqbah berkata, “Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Tholib tidak makan bersama ibunya padahal ia adalah orang yang paling berbakti kepada ibunya. Lalu ditanyakan kepadanya tentang hal itu maka ia berkata, “Aku takut jika aku makan bersama ibuku lantas matanya memandang pada suatu makanan dan aku tidak tahu pandangannya tersebut lalu aku memakan makanan yang dipandangnya itu maka aku telah durhaka kepadanya”[ Kitabul bir was silah hal 82]
Contoh keempat
Dikatakan bahwasanya Kihmis bin Al-Hasan At-Tamimi hendak membunuh kalajengking namun kalajengking tersebut masuk ke dalam lubangnya maka beliaupun memasukan jari beliau ke dalam lubang tersebut dari belakang kalajengking maka kalajengking tersebutpun menyengatnya. Lalu ditanyakan kepadanya kenapa ia melakukan hal itu?, ia berkata, “Aku khawatir kalajengking itu keluar dari lubangnya kemudian menyengat ibuku”[Nuzhatul Uqola’ 1/541]
Dari Musa bin ‘Uqbah berkata, “Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Tholib tidak makan bersama ibunya padahal ia adalah orang yang paling berbakti kepada ibunya. Lalu ditanyakan kepadanya tentang hal itu maka ia berkata, “Aku takut jika aku makan bersama ibuku lantas matanya memandang pada suatu makanan dan aku tidak tahu pandangannya tersebut lalu aku memakan makanan yang dipandangnya itu maka aku telah durhaka kepadanya”[ Kitabul bir was silah hal 82]
Contoh keempat
Dikatakan bahwasanya Kihmis bin Al-Hasan At-Tamimi hendak membunuh kalajengking namun kalajengking tersebut masuk ke dalam lubangnya maka beliaupun memasukan jari beliau ke dalam lubang tersebut dari belakang kalajengking maka kalajengking tersebutpun menyengatnya. Lalu ditanyakan kepadanya kenapa ia melakukan hal itu?, ia berkata, “Aku khawatir kalajengking itu keluar dari lubangnya kemudian menyengat ibuku”[Nuzhatul Uqola’ 1/541]
Semoga apa yang kami
kumpulkan ini bermanfaat bagi kami pribadi dan kaum muslimin pada umumnya.
Referensi :
-
Aina nahnu min haula
-
Birrul walidain
-
www.firanda.com