Cari Blog Ini

Jumat, 01 Juni 2012

Mengenal Jin Lebih Dekat

Bangsa jin adalah kehidupan di alam lain selain alam manusia dan malaikat. Terdapat beberapa titik kesamaan antara jin dan manusia jika dilihat dari keberadaan akal, kehendak, kekuasaan untuk memilih antara jalan yang baik dan buruk, dan mendapatkan beban syariat untuk beribadah kepada Allah semata, Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku
Namun, jin berbeda dengan menusia jika ditilik dari asal penciptaan.
Hakikat jin adalah makhluk Allah yang memiliki ruh, berakal, berkehendak, mendapatkan beban syariat seperti manusia, tidak terbentuk dari materi, tertutup dari panca indera kita, tidak bisa terlihat dengan bentuk asli mereka, memiliki kemampuan untuk berubah bentuk, mereka makan, minum dan saling menikah antara satu dengan lainnya, memiliki keturunan dan mereka akan dihisab amalannya kelak pada hari kiamat.[1]
Al Imam As Syaukani berkata, “Mereka (bangsa jin) adalah kaum yang memiliki badan, berakal, tersembunyi, dan sifat api yang mereka miliki lebih dominan”[2]
Tidak mungkin untuk melihat bentuk asli penciptaan jin, Allah berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian ditipu oleh syetan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari surga, ia menanggalkan pakaian dari dirinya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman” ( QS. Al A’raf:27)
Bangsa jin lebih rendah kedudukan dan kemuliaannya daripada manusia.
Syeikh Abu Bakar Al Jazairi berkata, “Sesungguhnya bangsa jin bahkan jin yang soleh diantara mereka lebih rendah kedudukan dan kemuliaannya daripada manusia, karena Allah sang pencipta telah menetapkan dan menegaskan  kemuliaan manusia, sebagaimana firmanNya:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al Isra’:70)
Tidak ada di dalam satu kitab yang Allah turunkan keterangan yang menjelaskan kemuliaan jin, dan tidak pernah pula dijelaskan oleh Rasulullah r, ini semua membuktikan bahwa manusia lebih sempurna dan mulia daripada jin. Bukti yang lain adalah jin merasa lemah dan serba kekurangan ketika berhadapan dengan manusia, buktinya adalah ketika manusia memohon perlindungan kepada jin, maka jin pun takabur dan  merasa tinggi karena permohonan perlindungan oleh manusia kepada jin mengandung pengagungan dan penghormatan kepada mereka, Allah berfirman menceritakan keadaan jin:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”            ( QS Al Jin:6)
Bukti lain bahwa jin itu merasa lemah jika berhadapan dengan manusia, adalah ketika manusia bertawassul dengan mereka, atau dengan tokoh pembesar mereka, atau bersumpah dengan sesepuh mereka, niscaya mereka bersegera memenuhi kebutuhan manusia yang memohon kepadanya, itu semua sebagai bukti bahwa bangsa jin itu merasa lemah apabila berhadapan dengan manusia yang beriman kepada Allah dan RasulNya, manusia yang mentauhidkan Allah, baik di dalam rububiyahNya, asma’ dan sifatNya maupun di dalam memberikan peribadatan. Adapun manusia yang tidak beriman, dan tidak mentauhidkan Allah maka jin beserta tokoh mereka lebih mulia dan utama daripada manusia yang kafir dan melakukan kesyirikan”[3]
Bahkan, orang-orang kafir dan kaum musyrikin lebih hina daripada binatang, Allah berfirman:
إِنْ هُمْ إِلا كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلا
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)” (QS. Al Furqan: 44)
Penamaan Jin Dengan Jin
Bangsa jin disebut jin (tersembunyi) karena mereka tersembunyi dari pandangan manusia, jin bisa melihat manusia namun manusia tidak mampu melihat jin, Allah berfirman, “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”( QS. Al A’raf: 27). Intinya, bahwa jin adalah makhluk yang tidak mampu dilihat bentuk aslinya oleh manusia, namun terkadang manusia melihat keberadaan jin dalam bentuk lain seperti binatang.
Kapan Jin Diciptakan
Jin diciptakan sebelum manusia diciptakan, sebagaimana telah dijelaskan oleh Al Quran yang Allah turunkan, Allah berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ . وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia  dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk, dan Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas”. (QS. Al Hijr:26-27)
Asal Usul Penciptaan Jin
Allah telah menciptakan jin dari api, sebagaimana telah dijelaskan dalam wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad r, dan senantiasa akan dibaca hingga tegaknya hari kiamat, Allah berfirman:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr: 27)
Allah berfirman di dalam ayat lain:
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
Dan Dia menciptakan jin dari nyala api” ( QS Ar Rahman: 15)
Nabi r bersabda:
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan bani adam diciptakan dari apa yang telah disebutkan kepada kalian[4]
Golongan-Golongan Jin
Dalam hadits yang shahih, dari Nabi r  beliau r bersabda:
الْجِنُّ ثَلاثَةُ أَصْنَافٍ : صِنْفُ يَطِير فِي الْهَوَاءِ ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ وَكِلابٌ ، وَصِنْفٌ يَحِلُّونَ وَيَظْعَنُونَ
Jin ada tiga golongan, pertama jin yang terbang di udara, kedua jin yang berbentuk ular dan anjing di darat, ketiga terkadang singgah si sebuah tempat dan saat lain ia pergi ke tempat lain[5]
Jika yang dimaksud adalah laki-laki dari bangsa secara khusus, maka mereka disebut jin, apabila  termasuk yang tinggal berdampingan dengan manusia disebut amir, apabila termasuk yang mengganggu anak kecil disebut arwah, apabila termasuk golongan yang jahat buruk dan kotor disebut syetan, dan apabila lebih dari itu disebut marid, dan apabila termasuk golongan yang mampu memindah bebatuan disebut ifrit.[6]
Ibnu Taimiyah berkata, “Jin mampu menampakkan dirinya dalam rupa manusia dan binatang sehingga mereka menampakkan dirinya dalam bentuk ular, kalajengking, dan lainnya. Mereka juga mampu menampakkan dirinya dalam bentuk unta, sapi, kambing, kuda, bighal, himar, burung, dan bentuk manusia”[7]
Beliau juga berkata, “Jin seringkali menampakkan dirinya dalam bentuk anjing hitam atau kucing hitam, karena warna hitam adalah warna yang seringkali menjadi wana simbolis untuk kejahatan daripada warna lainnya”.[8]
Apakah Jin Terkena Beban Syariat Untuk Mengikuti Syariat Islam 
Agama yang lurus dan benar di sisi Allah adalah agama islam, syariat yang dibawa Nabi Muhammad r adalah syariat yang kekal, syariat penutup untuk syariat-syariat sebelumnya, dan syariat untuk manusia dan jin. Oleh karena itu, jin juga mendapatkan beban syariat layaknya manusia, sehingga bangsa jin ada yang mukmin dan ada yang fasik, Allah berfirman:
]وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا[
Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada pula yang tidak demikian halnya, kami menempuh jalan yang berbeda-beda”. (QS. Al Jin: 11)
Allah berfirman di dalam ayat lain:
]هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ. يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ[
Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa, mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya”. ( QS Ar Rahman: 43-44)
Nabi r telah menyampaikan risalahnya kepada jin dan memberi peringatan kepada mereka dari siksaan Allah yang pedih. Hal ini telah Allah  kabarkan kepada kita di dalam Al Quran:
]وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ [
Dan ingatlah, ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan Al Quran, lalu mereka berkata, "Diamlah kamu untuk mendengarkannya", ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan”  (QS Al Ahqaf: 29)
Bahkan, maksud dan tujuan dari penciptaan manusia dan jin adalah untuk merealisasikan ibadah hanya kepada Allah semata, Allah berfirman:
]وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ[
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”         ( QS Adz Dzariyat: 56)
Dari penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa jin yang mukmin akan masuk surga layaknya seorang mukmin dari manusia, jin yang kafir juga akan masuk neraka layaknya seorang manusia kafir.. Hal ini telah ditunjukkan oleh firman Allah sebutkan di dalam surat Ar Rahman, Allah berfirman:
]وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ[
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga( untuk jin dan manusia)” (QS. Ar Rahman: 46)
Hal ini juga telah terbukti dari kejadian yang kami alami pada seseorang yang kami bacakan ruqyah kepadanya, kita mendapatkan jin kafir masuk islam dan  ada pula jin  muslim yang fasik, kemudian kami nasihati maka merekapun menaatinya.
Apakah Manusia Menikah Dengan Jin
Ini merupakan permasalahan yang amat pelik, para ulama pun saling berselisih pendapat, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa pernikahan manusia dengan jin mungkin terjadi, dan sebagian lain berpendapat bahwa pernikahan manusia dengan jin termasuk perkara mustahil.
Adapun pendapat yang kami pegang adalah pendapat yang menyatakan pernikahan manusia dengan jin merupakan perkara yang sangat jarang terjadi meskipun tidak mustahil akan terjadi. Perkara ini meskipun terjadi, maka hal tersebut terjadi tanpa ada unsur kesengajaan tidak boleh dijadikan alternative. Jika perkara ini tidak kita cegah sejak dini, niscaya akan mengakibatkan kerusakan yang tidak diketahui ujungnya kecuali Allah, maka menutup pintu kerusakan ini termasuk tindakan preventif, dan mengunci pintu kejelekan dan fitnah. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.[9]
Syeikh Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Terkadang manusia bisa menikahi jin dan melahirkan anak dari hubungan tersebut, hal ini merupakan perkara yang sering diungkapkan, para ulama pun sering sekali membahas permasalahan ini, dan para ulama membenci pernikahan manusia dengan jin…”[10]
Menetapkan Eksistensi Jin
Telah kami sebutkan di atas, bahwa beriman kepada perkara ghaib yang telah ditetapkan dalam Al Quran dan As Sunnah termasuk dari dasar-dasar aqidah dan landasan pokok pembangun aqidah. Diantara perkara ghaib adalah alam jin yang telah dijelaskan di teks-teks Al Quran dan As Sunnah, diantara dalil-dalil tersebut antara lain:
Pertama : Dalil dari Al Quran
1.      Allah yang Mahatinggi berfirman:
]يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ 
[
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepada kalian Rasul-rasul dari golongan kalian sendiri, yang menyampaikan kepada kalian ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepada kalian terhadap pertemuan kalian dengan hari ini?, mereka berkata, "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir”. (QS. Al An’am:130)
2.      Allah yang Mahatinggi berfirman:
]وَلَوْ شِئْنَا لآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلَكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ 
[
Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan petunjuk kepada tiap- tiap jiwa, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari Ku, "Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama”. (QS. As Sajdah: 13)
3.      Allah yang Mahatinggi berfirman:
]وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ [
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas”. (QS. Al Hijr:27)
4.      Allah yang Mahatinggi berfirman:
]وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ 
[
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”         ( QS Adz Dzariyat: 56)
5.      Allah yang Mahatinggi berfirman:
]يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ  
[
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kalian mampu menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (QS. Ar Rahman:33)
6.      Allah yang Mahatinggi berfirman:
]قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا  
[
Katakanlah wahai Muhammad, "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya, sekumpulan jin telah mendengarkan Al Quran, lalu mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan”. (QS. Al Jin:1)
Kedua             : Dalil dari As Sunnah
1.      Di dalam shahih Muslim dari Ibnu Mas’ud t berkata, “Dulu kami bersama Rasulullah r pada suatu malam dan kami kehilangan Rasulullah r, lalu kami mencari beliau di lembah-lembah gunung, kemudian kami berkata, “Beliau telah diterbangkan atau telah dibunuh oleh seseorang, maka kami pun bermalam pada malam itu seakan bermalam pada malam terburuk yang dialami oleh sebuah kaum. Setelah pagi datang menyingsing, beliau datang dari arah Hara’ lalu kami berkata, “Wahai Rasulullah r, kami kehilangan dirimu, lalu kami berusaha mencarimu namun kami gagal menemukanmu, akhirnya kami bermalam pada malam terburuk yang dialami sebuah kaum, lalu Rasulullah r bersabda, “Telah datang kepadaku seorang utusan dari  bangsa jin, lalu aku pergi bersama mereka dan aku bacakan Al Quran kepada mereka”. Ibnu Masu’d t berkata, “Lalu Rasulullah r pergi bersama kami seraya memperlihatkan kepada kami bekas jejak mereka dan bekas api unggun mereka, mereka bertanya mengenai perbekalan mereka, lalu Rasulullah r bersabda, “Tulang yang dibacakan bismillah atasnya adalah halal bagi kalian apabila sampai ke tangan kalian sekaligus makanan yang bagus bagi kalian, dan kotoran hewan kami adalah makanan untuk hewan kalian”. Kemudian Rasulullah r berkata kepada kami, “Janganlah kalian beristinja’ dengan keduanya, sesungguhnya itu adalah makanan untuk saudara kalian[11]

2.      Imam Muslim dan Imam Ahmad p meriwayatkan hadits dari ‘Aisyah i berkata, “Rasulullah r telah bersabda:
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم
Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan adam diciptakan dari apa yang telah disebutkan kepada kalian[12]
Ketiga : Dalil dari Akal 
Akal tidak menafikan keberadaan perkara ghaib yang tidak tersentuh dengan panca indra, hal ini disebabkan adanya perkara-perkara yang tidak terlihat oleh manusia dunia, namun bisa dirasakan keberadaannya. Ketidakmampuan manusia untuk melihat sesuatu yang ghaib bukan berarti menafikan sesuatu tersebut, di dalam sebuah kaedah disebutkan, “Ketidaktahuan akan keberadaan sesuatu bukan berarti menafikan keberadaannya”.[13]
Muhammad Rasyid Ridho berkata, “Jika seandainya berargumentasi dengan kaedah “Bahwa ketidakmampuan untuk melihat sesuatu menunjukkan ketiadaan sesuatu tersebut” dibenarkan, dan kaedah tersebut dijadikan sebagai landasan pokok dan sandaran bagi para ilmuwan, niscaya tidak ada seorang ilmuwanpun yang akan mengadakan penelitian tentang materi-materi yang tidak diketahui, dan tidak ada seorangpun yang meneliti tentang mikrobat yang menjadikan ilmu kedokteran dan tata cara operasi berkembang pesat”[14]
Sayyid Qutub berkata, “Adapun orang-orang yang menjadikan hasil uji coba sebagai temeng untuk mengingkari apa yang Allah tetapkan berkenaan dengan alam ghaib, apakah kalian mengetahui tentang pondasi pembangun alam ghaib?. Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia tidak mampu meliputi dan mengetahui seluruh jenis kehidupan di bumi ini, sebagaimana ilmu mereka juga tidak mampu untuk mengetahu keilmuan di planet lain”[15]
Puncak dari usaha yang dikerahkan oleh akal manusia adalah kelemahan untuk mengetahui rahasia di alam semesta ini, dan sesungguhnya puncak kebodohan adalah mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini dengan argumentasi bahwa perkara-perkara tersebut di luar akal dan imajinasi manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan alam yang tidak terlihat, seperti jin, malaikat, dan ruh, maka akal kita harus tunduk untuk mengimaninya apa yang diberitakan oleh wahyu, karena hanya dengan mengandalkan akal maka kita akan tersesat di dalam memahami perkara-perkara spiritual dan perkara ghaib.[16]
Sungguh merupakan kesalahan fatal bagi peradaban yang mengandalkan materi seperti peradaban barat dan lainnya yang hanya beriman kepada akal dan tidak beriman bahkan mengingkari selain akal.
Betapa banyak kaum muslimin yang menyimpang setelah berusaha membelotkan pundak nash kepada akal hanya karena dorongan prasangka belaka, sehingga mereka pun terpeleset dalam bahaya yang hampir menggelincirkan mereka dari agama islam.
Tempat Tinggal Dan Tempat Yang Sering Dikunjungi Jin 
Jin memiliki tempat-tempat yang sering dihuni oleh mereka, namun mereka sering ditemukan di tempat-tempat sebagai berikut:
1.      Hutan belantara, padang pasir, lembah, maupun tebing. Telah kita sebutkan hadits Ibnu Mas’ud di atas, bagaimana Nabi r bertemu dengan mereka di tempat seperti ini kemudian beliau menyeru mereka untuk mengikuti islam.
2.      Tempat pembuangan sampah dan kotoran serta tempat-tempat yang dihadirkannya makanan.
3.      Toilet dan yang semisalnya
Dari Zaid bin Arqam t, bahwasannya Rasulullah r bersabda:
إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Sesungguhnya kebun ini berpenghuni, maka apabila seseorang di antara kalian memasuki tempat sunyi (tempat sunyi untuk buang hajat) maka ucapkanlah, أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ  (Aku berlindung kepada Allah dari syetan laki-laki dan perempuan)[17]
4.      Lubang-lubang sempit dan terowongan
An Nasa’i telah meriwayatkan dengan sanadnya sendiri dari Qatadah dari Abdullah bin Barjas bahwasannya Nabi r bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian buang air kecil di lubang”, kemudian mereka bertanya kepada Qatadah, “Mengapa buang air kecil di lubang dibenci?”, Beliau menjawab, “ Dikatakan bahwa tempat tersebut adalah tempat hunian jin”.[18]
5.      Tinggal berdampingan dengan manusia di rumah mereka, jin jenis ini disebut Al Awamir. Dalil akan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan dalam shahih Muslim yang menceritakan tentang kisah seorang pemuda dari anshar yang mendapatkan jin dalam bentuk ular di rumahnya, maka Rasulullah r bersabda:
إِنَّ بِالْمَدِينَةِ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ قَدْ أَسْلَمُوا فَمَنْ رَأَى شَيْئًا مِنْ هَذِهِ الْعَوَامِرِ فَلْيُؤْذِنْهُ ثَلاَثًا فَإِنْ بَدَا لَهُ بَعْدُ فَلْيَقْتُلْهُ فَإِنَّهُ شَيْطَانٌ
Sesungguhnya di Madinah terdapat sekelompok jin yang telah masuk islam, barangsiapa di antara kalian menemukan jin dari jenis ini maka hendaklah ia memberinya izin untuk pergi tiga kali,  jika kalian menemukannya di lain waktu hendaklah ia membunuhnya karena mereka adalah syetan[19]
6.      Kandang Onta
At Turmudzi meriwayatkan dari Abu Hurairah t bahwasannya Rasulullah r bersabda:
صَلُّوا فِى مَرَابِضِ الْغَنَمِ وَلاَ تُصَلُّوا فِى أَعْطَانِ الإِبِل
Shalatlah di kandang kambing dan janganlah mengerjakan shalat di kandang onta[20]
Imam Ahmad meriwayatkan hadits Abdullah bin Mughaffal bahwasanya beliau berkata: telah bersabda Rasulullah r :
صَلُّوا فِى مَرَابِضِ الْغَنَمِ وَلاَ تُصَلُّوا فِى أَعْطَانِ الإِبِلِ فَإِنَّهَا خُلِقَتْ مِنَ الشَّيَاطِينِ
7.      Tempat-tempat yang terisolisir
8.      Kuburan
Ibnu Taimiyah berkata, “Oleh karena itu, jin banyak ditemukan di tempat-tempat reruntuhan, hutan belantara, tempat-tempat yang bernajis seperti toilet, kebun tak berpenghuni, tempat sampah, tempat rongsokan, dan kuburan. Orang-orang yang mengadakan hubungan dengan jin sehingga sifat mereka seperti syetan tidak memiliki kasih sayang sama sekali sering sekali bepergian ke tampat-tempat yang dihuni oleh para syetan”.[21]
9.      Pasar 
Jin banyak ditemukan di pasar karena banyaknya penyelisihan dan pelanggaran terhadap syariat seperti wanita yang bersolek ria, para penjual yang berdusta, dan perkara-perkara yang diharamkan lainnya. Oleh karena itu, Nabi r berwasiat kepada para sahabat agar tidak menjadi orang pertama kali yang memasuki pasar dan orang terakhir yang keluar dari pasar.
Dari Salman t berkata, “Janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali memasuki pasar dan orang terakhir kali keluar dari pasar karena terjadinya peperangan dengan syetan dan bendera perang syetan dikibarkan di pasar”.[22]



[1] . Alamul Jin Fi dhoul kitab was sunnah oleh Abdul Karim Naufan Fawaz Ubeidat, hal:8-9


[3] . Aqidatul Mukmin oleh Abu Bakar AL Jazairi, hal:228
[4] . diriwayatkan oleh Muslim, lihat shahih muslim (4/2294) no: 2996, kitab: Az Zuhd dan Ar Riqaq
[5] . Diriwayatkan oleh At Thabrani dan Al Hakim dan Al Baihaqi di dalam Al Asma’ dan Sifat dengan sanad yang shahih, lihat Shahih Al Jami’(3/85)
[6] . Mathalibu Ulin Nuha, penjelasan Ghayatul Muntaha, oleh Musthafa As Syuyuti Ar Rahibani 1/642
[7] . Idhohud Dalalah Fi Umumir Risalah, oleh Ibnu Taimiyah
[8] . Majmu’ Al Fatawa Ibnu Taimiyah 19/52, Ar Riasah Al Amah.
[9] . Syeikh Abdullah bin baz berkomentar, “Inilah pendapat yang benar, dan tidak boleh memilih pendapat lain karena sebab-sebab yang banyak”.
[10] . Majmu’ Al Fatawa 3/39
[11] . Shahih Muslim dengan penjelasan oleh An Nawawi (4/170)
[12] . Shahih Muslim dengan penjelasan oleh An Nawawi (18/123)
[13] . Alamul Jin Fi Dhouil Kitab wa Sunnah oleh Abdul Karim Ubeidat, 82/83, daaru ibnu taimiyah, riyadh
[14] . Tafsir Al Manar, Muhammad Rasyid Ridho 8/366
[15] . Fi Dzilalil Quran, oleh Sayyid Qutub 2/3722
[16] . Alamul Jin Fi Dhouill Kitab was Sunnah oleh Abdul karim Nufan Ubeidat, 88-89, Daar Ibnu Taimiyah
[17] . Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih di dalam kitab At Thaharah no: 60
[18] . Diriwayatkan oleh An Nasa’i (1/33) di dalam bab Dibencinya buang air kecil di lubang, Al Al Bani berkata, “Hadits ini hadits shahih”, lihat mukhtasar At Targhib wa At Tarhib, hal: 62
[19] . Diriwayatkan oleh Muslim, lihat shahih Muslim (2/1757)
[20] . Al Albani berkata, “Hadits ini hadits hasan shahih”, lihat Al Irwa’ (1/194)
[21] . Majmu’ Al fatawa, Ibnu Taimiyah 19/40-41
[22] . Lihat Majma; Az Zawaid (4/77) dan berkata, “Perawi hadits ini adalah perawi hadits bukhari”.

diterjemahkan oleh Abu Rufaid Agus, Lc dari kitab " Fathul Haqqil Mubin" oleh DR. Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin AHmad Ath Thoyyar.

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...