Cari Blog Ini

Senin, 18 Juni 2012

Adab-adab Menuntut Ilmu

Terkadang seseorang menghabiskan separuh umurnya atau bahkan semua umurnya terus berkecimpung dengan ilmu, dari belajar di pesantren, mengikuti pengajian-pengajian rutin, bahkan sampai merantau ke negeri seberang. Namun, betapa banyak di antara mereka yang berkeluh kesah karena belum ada secuil ilmupun yang mereka dapatkan!. Adakah yang salah di balik itu semua?!

Jika kita cermati, niscaya kita dapatkan, bahwa di antara sebab yang menghalangi seseorang untuk mendapatkan ilmu adalah tidak adanya perhatian dari para penuntut ilmu terhadap adab-adab menuntut ilmu. Sedangkan berhias diri dengan adab-adab menuntut ilmu akan mempermudah para penuntut ilmu dalam menuntut ilmu dan akan membimbing mereka dalam memilih dan memilah mana ilmu yang lebih penting dari yang penting. 

Mempelajari adab-adab menuntut ilmu sangat penting sekali bagi para penuntut ilmu sebelum mulai melangkah untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu, sangat masyhur dan sangat banyak sekali wasiat dari para ulama tentang pentingnya mempelajari adab-adab ini.

Imam Malik Rahimahullah pernah berkata kepada seorang pemuda dari keturunan Quraisy; “Wahai anak saudaraku, pelajarilah adab tersebut sebelum kamu memulai belajar ilmu.  {Al-Hilyah oleh Abi Nu’aim (6/330)}

Berkata Yusuf bin al Husein Rahimahullah: “Dengan adab, ilmu bisa dipahami.” {Iqtidho’ul Ilmi wal Amali oleh Khatib al Baghdadiy, hal: 170}

Berkata Abu Abdillah al-Balhi Rahimahullah, “Adab-adab ilmu lebih banyak daripada ilmu itu sendiri” { Al Adabu Asy Syar'iyyah (3/552)}

Syeikh Bakar Abu Zaid Rahimahullah berkata, “Ketahuilah, ilmu adalah mutiara di mahkota syariat yang paling berharga, tidak ada seorangpun yang bisa meraih ilmu tersebut kecuali yang berhias dengan adab-adabnya dan menjauhkan dirinya dari penyakit-penyakit ilmu” {Syarh Hilyatul Thalibil Ilmi: 10

Ini semua menunjukkan kepada kita, bahwa berhias dengan adab itu sangatlah penting bagi orang yang ingin menuntut ilmu.

Adab-adab menuntut ilmu

Berikut ini penulis sebutkan beberapa adab yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu sebelum melangkah untuk menuntut ilmu, saat menuntut ilmu, dan setelah mendapatkan ilmu.

Pertama: Adab-adab bagi penuntut ilmu sebelum mulai melangkah menuntut ilmu

1.     Menanam keikhlasan dalam hati

Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan termasuk ibadah yang paling agung lagi utama, dan ibadah tidak mungkin terealisasi kecuali dengan mengikhlaskan niat. Oleh karenanya, seseorang yang ingin menimba ilmu, harus berniat untuk merealisasikan perintah Allah Subkhanahu wa Ta'ala, menjaga atau melindungi syariat-Nya, dan untuk mengikuti syariat Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Salam. {Lihat syarh hilyatu thalibil ilmi hal: 14}
Allah Subkhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus” {Surat Al Bayyinah: 5 }
Syeikh Bakar Abu Zaid Rahimahullah berkata, “Apabila dalam menuntut ilmu kehilangan keikhlasan, maka menuntut ilmu akan berubah menjadi amalan yang paling hina dan tidak ada yang bisa menghanguskan pahala dari menuntut ilmu melainkan riya', baik riya yang sampai ke derajat kesyirikan maupun riya yang mengurangi kesempurnaan keikhlasan seperti suka pamer dengan mengatakan aku telah mengetahuinya, aku telah hafal” {Syarh hilyah Thalibil ilmu, hal: 13 }
Al Hafidz Adz Dzahabi Rahimahullah berkata, “Menuntut ilmu -yang pada asalnya hukumnya wajib atau sunnah- terkadang bisa menjadi amalan yang tercela bagi seseorang, yaitu bagi seseorang yang menuntut ilmu untuk mengajak debat para ahli ilmu, mempermainkan orang-orang bodoh, ingin menjadi pusat perhatian, ingin diagungkan dan dihormati, mengharapkan kedudukan, harta dan martabat di dunia. Mereka termasuk orang-orang yang akan dinyalakan api neraka baginya' {Thalabul ilmi wa aqsamuhu, hal: 210}

2.     Berhias dengan ketakwaan

Takwa adalah kunci ilmu, itulah ungkapan yang tepat untuk menjelaskan kedudukan takwa dengan ilmu. Karena dengan ketakwaan, niscaya seseorang akan dipermudah untuk mendapatkan ilmu.

Ibnu Mas'ud Radliallahu 'anhu berkata, “Aku berpendapat, seseorang itu bisa lupa akan ilmunya yang pernah dia ketahui karena kesalahan yang dia perbuat” {Az Zuhd: 329

Waki' Rahimahullah berkata, “Tinggalkanlah kemaksiatan untuk memperkuat hafalan” {Roudhotul uqala': hal 29

Imam Malik Rahimahullah berkata kepada Imam Syafi'i Rahimahullah saat bertemu pertama kalinya, “Aku melihat Allah telah memberikan cahaya pada hatimu,maka janganlah kamu padamkan dengan kemaksiatan”{ A'lamul Muwaqi'in 4/258

3.     Tekad bulat untuk menuntut ilmu

Tidak ada sesuatu yang bisa diraih ketika tidak dibarengi dengan usaha untuk meraihnya, dan tidak ada usaha untuk meraihnya ketika tidak didukung oleh tekad yang bulat dan motivasi yang sempurna. Oleh karenanya, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Salam berlindung dari kelemahan dan kemalasan, dan kemalasan adalah penghalang dari semua kebaikan. 

Syeikh Abdurrahman As Sa'di Rahimahullah berkata, “Tekad yang bulat dan keteguhan hati adalah sebab utama untuk meraih cita dan harapan yang beranekaragam” {Dinukil dari An Nubadz fi adabi thalabil ilmi, hal: 16}

Syeikh Bakar Abu Zaid Rahimahullah berkata, “Tekad yang bulat mendatangkan bagimu -dengan izin Allah- kebaikan yang tak terbatas, dan membawamu menuju tingkatan yang lebih sempurna” {Syarh Hilayu Thalibil ilmi, 107}

Kedua: Adab-adab bagi penuntut ilmu saat menuntut ilmu

1.     Belajar dari guru langsung

Belajar dari guru secara langsung memiliki manfaat yang begitu besar lagi banyak, di antaranya, menyingkat waktu belajar, lebih mudah untuk mengkokohkan ilmu, menghindari kesalahan pemahaman, melatih untuk lebih, dan manfaat-manfaat lainnya.{ Lihat syarh thalibil ilmi hal 74 dan an nubadz fi thalabil ilmi hal 18-20

Oleh karenanya, kita dapatkan banyak sekali perkataan para ulama yang menegaskan pentingnya belajar dari guru langsung, di antaranya: 

Sulaiman bin Musa Rahimahullah berkata: Ilmu tidak diambil dari buku” {At Tamhid 1/42}

Syeikh Bakar Abu Zaid Rahimahullah berkata, “Metode utama dalam menuntut ilmu adalah menimba ilmu dengan cara talqin dan talaqqi langsung dari para asatidzah dan masyayikh, dengan mendengar langsung dari guru dan bukan melalui lembaran-lembaran kertas maupun buku...” {Syarh thalibil ilmi 74

Kemudian beliau menyebutkan: “Barangsiapa menimba ilmu tanpa guru, sungguh dia akan keluar tanpa ilmu”

Namun, ketika seseorang ingin belajar dari guru langsung, tentunya dia harus memilih guru yang dia akan menimba ilmu darinya. Dia harus memilih guru yang memang akan mengajarkan ilmu kepadanya dengan benar. Para Ulama telah menegaskan pentingnya memilih guru, di antara lain:

Imam Malik Rahimahullah berkata, “Ilmu tidak bisa diperoleh dari empat orang, dan bisa diambil dari selain empat orang tersebut, yaitu Ilmu tidak bisa diperoleh dari orang bodoh, dari ahli bid'ah yang menyebarkan bid'ahnya, dari orang-orang pendusta yang berdusta saat berbicara kepada orang lain meskipun dia tidak tertuduh memalsu hadits Nabi Shalallahu 'alaihi wa Salam, dan tidak pula dari seorang syeikh yang telah berumur, solih, ahli ibadah apabila tidak memahami apa yang dia katakan.” {At Tamhiid oleh Ibnu Abdil Barr 1/66}

2.     Fokus dalam menuntut ilmu

Ketika seseorang ingin menimba ilmu syar'i, maka dia harus benar-benar memberikan konsentrasinya untuk belajar, jika hanya belajar di waktu-waktu senggang maka dia akan mendapatkan ilmu sesuai waktu yang dia berikan.

Lihatlah Malik bin Al Huwairits Radliallahu 'anhu berkonsentrasi penuh untuk belajar ilmu agama di rumah Rasulullah saw. Beliau berkata, “Aku mendatangi Nabi Muhammad saw bersama sekelompok orang dari kaumku, kemudian kami tinggal selama dua puluh hari di rumah beliau, beliau saw adalah orang yang penyayang dan lembut, setelah beliau merasakan kerinduan kami dengan keluarga kami, maka beliau Shalallahu 'alaihi wa Salam, berkata, “Pulanglah, tinggallah bersama mereka lalu ajarilah mereka dan shalatlah kalian bersama mereka... {HR Bukhari: 268}

3.     Mengadakan perjalanan

Mengadakan perjalanan dalam menuntut ilmu merupakan sebuah keniscayaan, tidak ada seorangpun yang tidak membutuhkan perjalanan saat menuntut ilmu.

Al Hafidz Ibnu Rajab Rahimahullah berkata, “Jika seseorang bisa mencukupkan diri belajar dengan tidak merantau, niscaya Nabi Musa 'Alaihi Salam tidak akan merantau untuk menimba ilmu karena Allah Subkhanahu wa Ta'ala telah memberikan kepadanya kitab suci taurat. Namun, setelah Allah memberitahukan kepadanya tentang Nabi Khidr 'Alaihi Salam yang memiliki ilmu yang tidak dimiliki oleh orang lain, maka beliau bertanya tentang cara untuk menemuinya, hingga akhirnya beliau dan pembantunya berjalan mencari Nabi khidr 'Alaihi Salam.”

4.     Bertahap dalam menuntut ilmu

Ilmu itu banyak dan bercabang, tidak mungkin seseorang menguasai cabang-cabangnya sebelum menguasai pokoknya, seperti cabang pohon yang tidak akan kuat menahan daun kecuali memang dahan tersebut kokoh.

Oleh karenanya, seseorang yang ingin menuntut ilmu, harus menguasai hal-hal prinsip terlebih dahulu sebelum mendalami cabang-cabang ilmu, menguasai prinsip-prinsip utama ilmu tidak mungkin terwujud kecuali dengan bertahap dalam menuntut ilmu.

Syeikh Bakar Abu Zaid Rahimahullah berkata, “Barangsiapa tidak menguasai hal-hal prinsip dalam ilmu, niscaya tidak akan sampai kepada tujuannya, dan barangsiapa menuntut ilmu tanpa melalui tahapan-tahapannya, niscaya ilmu yang dia dapatkan akan hilang”. {Syarh tholibil ilmi, hal: 54} 

Saudaraku, setelah kita mendapatkan ilmu, maka termasuk adab-adab bagi penuntut ilmu setelah mendapatkan ilmu adalah mengamalkan ilmu tersebut dan mencurahkan segala daya dan upayanya untuk menjaga ilmu. Wallau A'lam.  . ditulis oleh Abu Rufaid Agus Suseno, Lc

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...