Cari Blog Ini

Jumat, 20 Juli 2012

Generasi Salaf saat Ramadhan Tiba (1)

Dengan menyebut nama Allah, shalawat serta salam semoga tercurah atas Nabi r

Allah telah mengkhususkan bulan ramadhan dengan banyak sekali kekhususan dan keutamaan. Ramadhan adalah bulan di mana di dalamnya Al qur’an diturunkan, bulan penuh taubat, bulan ampunan, dihapuskannya dosa dan keburuka, dibukan pintu-pintu surga, dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu para syetan dan seabrek keutamaan lainnya.

Karenanya, para salaf, yaitu tiga generasi awal umat ini betul-betul memahami berharganya bulan ramadhan. Para salaf menyingsingkan lengan untuk beribadah kepada Allah di bulan ini. Bahlan mereka jauh-jauh hari sebelumnya, bahkan 6 bulan sebelum datangnya ramadhan mereka senantiasa berdoa memohon kepada Allah untuk bertemu dengan bulan ramadhan. Setelah ramadhan meninggalkan mereka, merekapun berdoa kepada Allah selama 6 bulan setelahnya agar Allah menerima amalan-amalan mereka  di bulan Ramadhan.

Bagaimana salaf dalam memanfaatkan ramadhan?

Berikut ini sekilas keadaan salaf dalam mengoptimalkan bulan ramadhan.

Pertama               : keadaan salaf dalam menjaga lisan.
Kita tahu, bahwa puasa yang benar adalah menahan diri dari segala pembatal puasa semenjak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari dengan niat ibadah kepada Allah dan juga menjaga dari berkata dusta maupun berbuat dusta. Rasulullah r menegaskan, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum saja”. (diriwayatkan oleh Bukhari, no: 1804)

Dalam riwayat yang lain, rasulullah r menegaskan, “Jika salah seorang di antara kalian berpuasa di pagi hari, janganlah ia berkata keji dan janganlah berbuat perbuatan orang-orang bodoh, jika ia dicelah hendaklah ia berkata, “Aku sedang berpuasa”. (diriwayatkan oleh Muslim no: 1151)

Al Maazi menjelaskan arti “aku sedang berpuasa” : maksudnya adalah hendaknya seseorang mengingatkan dirinya untuk tidak membalas mencela.

Lalu, bagaimana salaf dalam menjaga lisan mereka saat berpuasa?

Umar bin Khottob berkata, “Puasa itu bukanlah hanya menahan dari makan dan minum saja, melainkan harus menjadi dari dusta, berkata batil, dan berkata sia-sia. Hal yang senada juga diucapkan oleh Ali bin Abi Tholib.

Dari Thalq bin Qais berkata, berkata Abu Dzar, “Jika kamu berpuasa, maka jagalah dirimu dari dosa semaksimal mungkin”.

Bahkan Thalq bin Qais ketika berpuasa, maka beliau berdiam diri di rumah, tidak keluar dari rumah kecuali untuk shalat.

Jabir Bin Abdillah berkata, “Jika kamu berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, matamu, dan lisanmu dari kedustaan dan dosa, tinggalkanlah perbuatan menyakiti tetangga, hendaklah kamu lebih tenang pada saat berpuasa, janganlah kamu jadikan hari puasa dan bukan hari puasa sama saja.

Abu Mutawakkil menceritakan bahwa Abu Hurairah dan para sahabatnya jika berpuasa maka mereka duduk di masjid.

Abul Aliyah berkata, “Seseorang yang bepuasa senantiasa beribadah kepada Allah selama tidak ghibah (menggunjing orang lain).

ditulis oleh Abu rufaid agus suseno, Lc
Bersambung ....

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...