Allah telah mengkhususkan bulan ramadhan dengan
banyak sekali kekhususan dan keutamaan. Ramadhan adalah bulan di mana di
dalamnya Al qur’an diturunkan, bulan penuh taubat, bulan ampunan, dihapuskannya
dosa dan keburuka, dibukan pintu-pintu surga, dan ditutup pintu-pintu neraka
dan dibelenggu para syetan dan seabrek keutamaan lainnya.
Karenanya, para salaf, yaitu tiga generasi awal umat
ini betul-betul memahami berharganya bulan ramadhan. Para salaf menyingsingkan
lengan untuk beribadah kepada Allah di bulan ini. Bahlan mereka jauh-jauh hari
sebelumnya, bahkan 6 bulan sebelum datangnya ramadhan mereka senantiasa berdoa
memohon kepada Allah untuk bertemu dengan bulan ramadhan. Setelah ramadhan
meninggalkan mereka, merekapun berdoa kepada Allah selama 6 bulan setelahnya
agar Allah menerima amalan-amalan mereka
di bulan Ramadhan.
Bagaimana salaf dalam memanfaatkan ramadhan?
Berikut ini sekilas keadaan salaf dalam
mengoptimalkan bulan ramadhan.
Pertama :
keadaan salaf dalam menjaga lisan.
Kita tahu, bahwa puasa yang benar adalah menahan
diri dari segala pembatal puasa semenjak terbit fajar hingga tenggelamnya
matahari dengan niat ibadah kepada Allah dan juga menjaga dari berkata dusta
maupun berbuat dusta. Rasulullah r
menegaskan, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, dan perbuatan
dusta, maka Allah tidak membutuhkan puasanya yang hanya meninggalkan makan dan
minum saja”. (diriwayatkan oleh Bukhari, no: 1804)
Dalam riwayat yang lain, rasulullah r
menegaskan, “Jika salah seorang di antara kalian berpuasa di pagi hari,
janganlah ia berkata keji dan janganlah berbuat perbuatan orang-orang bodoh,
jika ia dicelah hendaklah ia berkata, “Aku sedang berpuasa”. (diriwayatkan oleh
Muslim no: 1151)
Al Maazi menjelaskan arti “aku sedang berpuasa” : maksudnya
adalah hendaknya seseorang mengingatkan dirinya untuk tidak membalas mencela.
Lalu, bagaimana salaf dalam menjaga lisan mereka
saat berpuasa?
Umar bin Khottob berkata, “Puasa itu bukanlah hanya
menahan dari makan dan minum saja, melainkan harus menjadi dari dusta, berkata
batil, dan berkata sia-sia. Hal yang senada juga diucapkan oleh Ali bin Abi
Tholib.
Dari Thalq bin Qais berkata, berkata Abu Dzar, “Jika
kamu berpuasa, maka jagalah dirimu dari dosa semaksimal mungkin”.
Bahkan Thalq bin Qais ketika berpuasa, maka beliau
berdiam diri di rumah, tidak keluar dari rumah kecuali untuk shalat.
Jabir Bin Abdillah berkata, “Jika kamu berpuasa,
maka puasakanlah pendengaranmu, matamu, dan lisanmu dari kedustaan dan dosa,
tinggalkanlah perbuatan menyakiti tetangga, hendaklah kamu lebih tenang pada
saat berpuasa, janganlah kamu jadikan hari puasa dan bukan hari puasa sama
saja.
Abu Mutawakkil menceritakan bahwa Abu Hurairah dan
para sahabatnya jika berpuasa maka mereka duduk di masjid.
Abul Aliyah berkata, “Seseorang yang bepuasa
senantiasa beribadah kepada Allah selama tidak ghibah (menggunjing orang lain).
ditulis oleh Abu rufaid agus suseno, Lc
Bersambung ....