Kedermawanan salaf di bulan ramadhan
Ramadhan adalah bulan
untuk memperbanyak sedekah dan meningkatkan kedermawanan. Dari Ibnu Abbas
–radiyallahu anhu- berkata, “Nabi –salallahu alaihi wa sallam- adalah manusia
yang paling dermawan, dan akan semakin dermawan ketika bulan ramadhan dan
ketika malaikat Jibaril datang menemuinya” (diriwayatkan oleh Bukhari no 1803)
Ini adalah nabi kita dan
suri tauladan kita. Beliau –salallahu alaihi wa sallam- telah memberikan contoh
bagaimana menjadi dermawan di bulan ramadhan dan selain ramadhan.
Adapun sahabat, maka
cukup kita melihat perbuatan Ibnu Umar radiyallahu anhu, dimana beliau ketika
puasa di bulan ramadhan, maka beliau tidaklah berbuka puasa melainkan mengajar
orang-orang miskin untuk makan bersamanya. Jika keluarganya mencegah, maka
beliau pun tidak makan. Beliau ketika didatangi oleh seseorang yang minta
makanan dan beliau sedang makan, maka beliau akan langsung mengambil bagiannya
lalu diberikan kepada orang miskin tersebut.
Yunus bin Yazid berkata,
“Ibnu Syihab ketika ramadhan tiba, maka beliau menghabiskan waktunya untuk
membaca al qur’an dan memberi makan fakir miskin”.
Salaf dan salat malam
Shalat malam adalah adat
kebiasaan orang-orang solih dan amalan orang-orang yang beruntung. Jika kita
melihat keadaan para salaf, niscaya kita dapatkan perkara-perkara yang
menakjubkan yang menunjukkan bagaimana salaf telah merasakan lezatnya dan
nikmatnya bermunajat kepada Allah dengan shalat.
Pertama : Sebagian salaf
memperpanjang salatnya dengan tanpa paksaan, tidak riya’ dan tidak sum’ah. Mereka
melakukan itu semua karena mereka telah mendapatkan lezatnya salat. Jika tidak,
niscaya mereka berlomba-lomba untuk mengucap salam penutup salat.
Misalnya adalah Ibnu
Zubair, beliau suatu malam salat dengan membaca surat al baqarah, ali imran,
kemudian an nisa’, namun beliau belum mengangkat kepalanya untuk shalat
sedikitpun.
Nafi’ berkata, “Ibnu Umar
suatu malam berdiri menjalankan salat malam di bulan ramadhan dirumahnya. Setelah
orang-orang pergi dari masjid, maka Ibnu Umar mengambil air wudhu lalu menuju
masjid rasulullah dan salat di dalamnya, beliau tidak keluar hingga salat subuh
terlebih dahulu”
Kedua : Selain itu, para salaf jika telah takbir
masuk salat, maka khusyu’lah qolbu mereka, dan menjadi tenang anggota badannya,
hingga terkadang sebagian orang menyangkanya seperti batu, bahkanmungkin burung
terkadang menganggapnya tembok yang tidak bergerak.
Mari kita lihat teladan
para salaf dalam hal ini. Misalnya adalah perkataan tsabit al banani, “aku
diutus mendatangi Abdullah bin Az zubair, maka aku mendapatkan beliau sedang
salat seperti kayu yang tertancap tegak tidak bergerak sama sekali.
Yahya bin tsabit berkata,
“Ibnu Zubair ketika sujud, maka hinggaplah burung-burung di atas punggungnya,
burung tersebut naik turun tidak mengindahkan keberadaan punggung abdullah bin
zubeir.”
Ketiga : mereka mendapatkan kelezatan shalat hingga
melalaikan mereka dari apa yang terjadi di sekitar mereka.
Maimun bin Mahran
berkata, “Aku tidak pernah melihat Muslim bin Yasar menoleh dalam salatnya,
saat salah satu bangunan masjid runtuh hingga cemas seluruh orang yang di
pasar, namun beliau masih saja khusyu’ dalam salat tidak menoleh sama sekali. Setelah
diberi ucapan oleh orang-orang akan keselamatannya, dia heran dan tidak
merasakan apa yang terjadi.”