Cari Blog Ini

Senin, 19 Agustus 2013

Kembali ke fitrah Dengan akidah dan ibadah yang benar (Idul Fitri 1433 H)


Khutbah Hajah

Untaian mutiara puji dan syukur marilah kita persembahkan untuk Allah SWT. Takbir, tasbih dan tahmid kita gemakan sebagai bentuk ucapan syukur dan pengagungan kita kepada Allah atas limpahan nikmat dan karunianNya. Yaitu nikmat dan karunia bisa menyempurnakan puasa, salat malam dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan. 

Tidak lupa, shalawat serta salam semoga tercurah atas Nabi kita Muhammad r yang telah membimbing kita dan mengajarkan kepada kita bagaimana kita berakidah yang lurus, bagaimana kita beribadah yang benar dan bagaimana kita berakhlak yang mulia lagi luhur.

Kaum muslimin dan muslimat ...

Masih tergambar jelas bagaimana kita salat taraweh. Masih hangat dalam ingatan kita bagaimana kita memperbanyak membaca al qur’an. Seolah baru kemarin sore kita memperbanyak sedekah dan amalan-amalan kebaikan lainnya.

Namun, pada hari ini, kita menghantar kepergian bulan suci ramadhan, dengan memperbanyak takbir, tahlil, dan tahmid sebagai ucapan terima kasih dan syukur kepada Allah atas limpahan nikmatNya sehingga bisa beribadah dengan semaksimal mungkin di bulan ramadhan pada tahun ini.
Allahu akbar allahu akbar, lailaahaillah wallahu akbar, allahu akbar walillahilhamd

Masih teringat dengan jelas bagaimana kita harus bersusah payah makan sahur di saat rasa kantuk betul betul menyerang dan memanggil-mmanggil untuk tidur lebih nyenyak lagi....

Namun, pada hari ini kita telah merayakan hari kemenangan, menang telah berhasil mengalahkan hawa nafsu, menang telah berhasil melawan keinginan bermaksiat ....

Yang perlu dicermati ....
Setelah kita menghantar kepergian ramadhan, akankah kita juga menghantarkan kepergian ibadah-ibadah yang telah kita lakukan di bukan ramadhan ....

Kaum muslimin wal muslimat ....

Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu dicamkan bahwa ramadhan adalah madrasah yang akan meluluskan generasi muslim yang berakidah lurus dan beribadah yang benar.

Karena ramadhan mendidikan seseorang untuk memperkuat akidah dan melatih seseorang untuk beribadah dengan benar sesuai tuntunan rasulullah r .

Dengan puasa, seseorang akan terdidik untuk beriman kepada Allah dengan benar. Sedangkan beriman kepada Allah akan terwujud dengan empat perkara, yaitu beriman akan keberadaan Allah, beriman kepada rububiyah Allah, beriman kepada uluhiyah Allah, dan beriman kepada nama dan sifat Allah.

Dengan puasa, membaca Al qur’an, memperbanyak sedekah, membayar zakat, salat taraweh, i’tikaf, dan lain lainnya mendidik seorang muslim untuk beribadah kepada Allah dengan benar, karena ibadah dikatakan benar jika terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

-          Ibadah bersifat tauqifiyah
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (١٨)

kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (al jastiyah: 18)

-          Ibadah harus didasari oleh keikhlasan dan bebas dari kesyirikan

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (١١٠)

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (al kahfi :110
)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٦٥)

dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. (az zumar : 65)

-          Ibadah harus mengikuti teladan yaitu rasululllah r

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)

 Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (al hasyr :21)



-          Ibadah dibatasi oleh waktu dan tempat

-          Ibadah harus dibangun di atas pondasi cinta, takut, dan harap.

-          Ibadah tidak pernah gugur dari seorang mukallaf

Itulah kriteria kelulusan kaum muslimin dari madrasah ramadhan. Seseorang dikatakan berhasil dalam memaksimalkan hari hari ramadhan jika telah mampu meningkatkan kualitas akidahnya dan ibadahnya.

Maka, jika seseorang keluar dari bulan ramadhan, ia semakin taat kepada Allah, lebih mendahulukan ketaatan kepada Allah dan rasulNya, tidak ragu untuk segera melaksakan titah Allah dan rasulNya, rela meninggalkan keinginan nafsunya demi menggapai ridho Allah.

Selain itu, ia terus menjaga amalan-amalan kebaikan dan ibadah di bulan bulan brikutnya, yaitu dengan tetap menjaga salat malam, membuat jadwal rutin membaca al qur’an, tetap bersedekan, tetap berpuasa sunnah, menjaga lisan dari perbuatan dosa dan pelanggaran.

Kaum muslimin dan muslimat ...

Untuk menjadi seorang muslim yang lurus akidahnya dan benar ibadahnya tidaklah gampang. Banyak aral melintang dan duri cobaan datang silih berganti. Bahkan terkadang nyawa jadi taruhan ...
Lihatlah, betapa susah untuk menjadi pegawai amanah tidak mengambil harta korupsi ....Di hadapanya hanya dua pilihan, ikut makan harta haram atau dipecat dari jabatannya....

Lihatlah, betapa susah jadi seorang muslimah yang menjaga jilbabnya ...betapa banyak yang mencemooh dan menyebutnya wanita kolot ...
Lihatlah, betapa susah jadi guru, betapa banyak cemoohan tatkala tidak mau berbuat curang dalam mengentaskan anak didiknya ...
Yang sangat disayangkan .... betapa banyak seorang muslim atau muslimah relah menggadaikan agamanya hanya karena faktor ekonomi ....
Yang sangat menyayat hati ... betapa banyak seorang muslimah yang melepas jilbab hanya cemoohan kecil dari kerib kerabatnya ....
Yang sangat menyedihkan ... betapa banyak kaum muslimin relah menjadi budak syetan dan hawa nafus demi mengais rizki ....
Padahal, jika kita melihat ke belakang ....
Melihat umat-umat terdahulu dalam menjaga akidahnya ....

Bagaimana perjuangan dan pengorbanan mereka dalam menjaga agama mereka ....

Lihatlah kisah Abdullah Bin Hudzafah Sahmi....

Lihatlah kisah keluarga Yasir ...


Penutup dan doa

اللهم إنا نسألك بأنا نشهد أنك أنت الله الذي لا إله إلا أنت الأحد الصمد ، الذي لم يلد ولم يولد ، ولم يكن له كفوا أحد ، يا منان يا بديع السماوات والأرض ، يا حي يا قيوم ، يا ذا الجلال والإكرام أن تمن علينا بمحبتك والإخلاص لك ومحبة رسولك ، والاتباع به ، ومحبة شرعك ، والتمسك به.
 اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك الله يا مصرف القلوب صرف قلوبنا إلى طاعتك اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا ، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا ، وأصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا ، واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير ، والموت راحة لنا من كل شر ، اللهم تقبل صيامنا ، وقيامنا ، وأعد علينا من بركات هذا اليوم ، وأعد أمثاله علينا ، ونحن نتمتع بالإيمان ، والأمن ، والعافية ، اللهم صل ، وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين . اللهم! أعد العيد على الأمة الإسلامية وقد تحقق لها كل ما تصبوا إليه من النصر والعزة والرفعة.

اللهم! انصر المجاهدين في سبيلك في كل مكان. اللهم! اخذل الكفرة والملحدين والعلمانيين.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.

Meraih Kemenangan Hakiki (Idul Fitri 1434)


Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat idul fitri yang berbahagia ...

Pada hati yang berbahagia ini, kaum muslimin di seluruh pelosok dunia, hingga pojok pojok kota, bahkan pelosok desa  dan gunung, semuanya membesarkan nama Allah, mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid.

Mereka menggemakan bacaan “Allahu akbar Allahu akbar, Laailaaha illah allahu akbar, allahu akbar walillahilhamd”. Kita mendengar kalimat ini menggetarkan angkasa dan merasuk ke hati kita.

Kaum muslimin melantunkan ucapan ini sebagai bentuk syukur kepada Allah atas kenikmatan yang Allah curahkan kepada mereka yaitu kesempatan dan pertolongan untuk beribadah di bulan yang dimuliakan yaitu bulan ramadhan.

Kaum muslimin pada hari ini merayakan kemenangan yang agung, yaitu kemenangan mampu mengalahkan bisikan setan dan godaan hawa nafsu yang terus menggiring manusia ke dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah.

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat idul fitri yang berbahagia ...

Kemenangan yang kita rayakan saat ini akan menjadi lebih sempurna, jika kita mampu kembali terlahir menjadi muslim sejati setelah ramadhan berlalu, yaitu menjadi muslim yang jauh dari kemaksiatan dan pelanggaran, menjadi muslim yang jauh dari kedurhakaan kepada Allah, menjadi muslim yang kokoh akidahnya, dan benar ibadahnya, serta luhur akhlaknya.

Alangkah indahnya jika kaum muslimin terus dalam kondisi ketaatan kepada Allah sepanjang tahun sebagaimana mereka di bulan ramadhan ....

Alangkah indahnya, saat masjid makmur dengan salat berjamaah, kaum muslimin sibuk dengan berbagai macam ibadah, dari puasa, salat sunnah, bersedekah, menyambung tali silaturahmi, membantu orang yang membutuhkan, membaca al qur’an dan seabrek ibadah lainnya ...
Untuk menjadi muslim yang seperti ini tidaklah mudah ...
Untuk menjadi muslim yang seperti ini sangatlah susah dan sulit ...

Karena jika kita mau jujur, sekalipun kita setiap tahun menyambut datangnya ramadhan dengan melaksanakan puasan wajib, memakmurkan masjid dengan salat tarawih dan tadarus al qur’an, masih betapa sulitnya kita mendapatkan para generasi muslim yang jauh dari kemaksiatan, yang kokoh akidahnya, yang benar ibadahnya, dan luhur akhlaknya ...

Tak heran jika ingin menjadi muslim sejati maka banyak sekali aral melintang menghalangi langkahnya ....
Banyak sekali cobaan yang menerpanya ....
Karena sekarang ini kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang bergelimang dalam kemaksiatan . kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang mengalami dekadensi moral, korupsi, narkoba, grativikasi seks, penipuan, penindasan, kedzaliman, pusat pusat kemungkaran kian tersebar luas, perbuatan maksiat diperagakan terang terangan, dan pemikiran pemikiran jahiliyah diproduksi besar besaran.

Hal ini semakin tragis, manakalah masyarakat bahkan sebagian pejabat bersikap masa bodoh terhadap larangan-larangan islam, karena mengejar kesenangan duniawi, sehingga mereka beribadah hanya sebatas formalitas, setelah itu kembali kepada perbuatan yang telah menjadi kegemarannnya.

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat idul fitri yang berbahagia ...

Lalu, bagaiamanakah usaha kita untuk menjadi muslim sejati yang jauh dari kemaksiatan ?!

Pertama               : Memahami tujuan diciptakannya kita di dunia ini
Orang yang tidak atau belum memahami hal ini, niscaya tidak memiliki arah dan patokan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Jika seseorang menyangka bahwa kehidupan di dunia hanya sekedar menghabiskan waktu saja, lahir, kecil, dewasa, tua, lalu meninggal, niscaya kita akan dapatkan mereka habisa untuk makan, tidur, bersenang senang, perkara perkara sia sia, bahkan kemaksiatan dan kerusakan.
Padahal Allah telah menegaskan :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz dzariyat : 56)
Allah juga menegaskan :
أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى (٣٦)
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) (al qiyamah : 36)
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ (١١٥)
115. Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? (al mukminun :115)

Kedua                   : Mengetahu bahwa ajal kita itu dekat

Janganlah terbetik di benak kita bahwa “Beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya foya”. Tahukan kalian kapan ajal menjemput ? Tahukan kalian berapa lama lagi akan hidup di dunia ini?

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (٣٤)
34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Lukman : 34)

Ketahuilah, hidup di dunia ini hanya sementara, lihatlah bagaimana rasulullah r menasihati Ibnu Umar yang saat itu masih berusia 12 tahun, yang artinya, “Hiduplah engkau di dunia ini seakan akan sebagai orang asing atau pengembara”. (Bukhari 6414)

Att thibbi berkata, “Rasulullah memisalkan orang yang hidup di dunia seperti orang asing yang tidak memiliki tempat berbaring dan tempat tinggal, kemudian beliau memberikan perumpamaan yang lebih lagi yaitu sebagai pengembara”. Fathul baari 18/224)

Ali berkata, “dunia itu pergi menjauh, sedangkan akhirat akan mendekat, dunia dan akhirat tersebut memiliki anak, jadilah kalian anak anak akhirat dan janganlah menjadi anak anak dunia, hari ini adalah hari beramal bukan perhitungan, dan besuk adalah hari perhitungan bukan hari beramal”. Bukhari secara muallaq.

Ketiga   : Kita Harus Bersegera dalam beramal

Marilah kita bertakwa kepada Allah, mungkin hari ini kita sedang berada di tengah tengah orang orang yang sedang tertawa, berpesta, dan huru hara merayakan idul fitri dengan maksiat kepada Allah, tetapi keesokan harinya salah satu teman kita atau bahkan kita sendiri sudah berada di tengah tengah orang orang yang sedangmenangis menyaksikan jasad yang dimasukkan liang lahat.

Rugilah ia, padahal pendamping kita kelak adalah satu saja. Rasulullah r bersabda :

يتبع الميت ثلاثة : أهله وماله وعمله فيرجع اثنان ويبقى واحد، يرجع ماله وأهله ويبقى عمله. (متفق عليه)
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (٦)فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (٧)وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (٨)فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (٩)وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (١٠)نَارٌ حَامِيَةٌ (١١)
dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas. (al qoriah : 6-11)

Dari Ibnu Abbas bahwa rasulullah r bersabda, “Manfaatkanah lima perkara sebelum lima perkara, yaitu waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang kefakiranmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu. (al hakim dalam mustadrok dan dishahihkan oleh Al Al bani dalam jamiush shogir.

Ketiga   : Marilah kita mempersiapkan jawaban atas pertanyaan Allah nanti hari kiamat?
“Tidaklah tergelincir kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal atas dirinya, yaitu umurnya dihabiskan untuk apa, waktu mudanya digunakan untuk apa, ilmunya apakah diamalkan atau tidak, hartanya darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya (hadits hasan diriwayatkan oleh turmudzi)

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat idul fitri yang berbahagia ...

Tidakkah kita melihat bagaimana salaf dalam beramal dan beribadah?
Tidakkah kita ingin mencontoh kaum muslimin terdahulu dalam beribadah?!
Mereka betul betul memahami islam, sehingga mereka pun menjadikan islam, iman, amal sholih, akhlak mulia, cita cita tinggi, kesederhanaan, jauh dari gemerlapan dunia, ketika malam mereka sedikit tiddur, ketika siang mereka bekerja atu bermal solih atau berjihad di jalan Allah sebagai jati diri mereka.

Lihatlah Musab bin Umair yang dlm waktu singkat mampu mengantarkan penduduk madinah masuk islam.

Lihatlah, bagaiamana pengorbanan sahabat di peperangan mutah, 3000 pemuda muslimin bersiap sedia menantang 200 ribu tentara romawi, 70 kali lebih besar, namun tidak menggentarkan kaum muslimin. Sehingga meninggal di peperangan ini 3 pemuda sahabat, zaid bin haritsah, ja’far bin abi tholib 33 thn, dan abdullah bin rowahah.

Lihatlah, bagaiamana ibnu Umar mengajarkan kepada kita untuk bergabung dengan kafilah dkawah sedini mungkin. Tatkalah tersebar kabar bagi yang berumur 15 tahun bisa ikut jihad di peperangan khondak, maka Ibnu Umar termasuk orang yang pertama kali mendaftar. Dan beliau tatkalah ikut penaklukan makkah berusia 20 tahun.

Lihatlah Muadz bin amru al jamuh 14 thn dan muawwidz 13 thn.

عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّهُ قَالَ إِنِّى لَوَاقِفٌ يَوْمَ بَدْرٍ فِى الصَّفِّ نَظَرْتُ عَنْ يَمِينِى وَعَنْ شِمَالِى فَإِذَا أَنَا بَيْنَ غُلاَمَيْنِ مِنَ الأَنْصَارِ حَدِيثَةٌ أَسْنَانُهُمَا تَمَنَّيْتُ لَوْ كُنْتُ بَيْن أَضْلَعَ مِنْهُمَا فَغَمَزَنِى أَحَدُهُمَا فَقَالَ يَا عَمِّ هَلْ تَعْرِفُ أَبَا جَهْلٍ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ وَمَا حَاجَتُكَ يَا ابْنَ أَخِى. قَالَ بَلَغَنِى أَنَّهُ سَبَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ رَأَيْتُهُ لَمْ يُفَارِقْ سَوَادِى سَوَادَهُ حَتَّى يَمُوتَ الأَعْجَلُ مِنَّا. قَالَ فَغَمَزَنِى الآخَرُ فَقَالَ لِى مِثْلَهَا - قَالَ - فَتَعَجَّبْتُ لِذَلِكَ قَالَ فَلَمْ أَنْشَبْ أَن ْنَظَرْتُ إِلَى أَبِى جَهْلٍ يَزُولُ فِى النَّاسِ فَقُلْتُ لَهُمَا أَلاَ تَرَيَانِ هَذَا صَاحِبُكُمَا الَّذِى تَسْأَلاَنِ عَنْهُ فَابْتَدَرَاهُ فَاسْتَقْبَلَهُمَا فَضَرَبَاهُ حَتَّى قَتَلاَهُ ثُمَّ انْصَرَفَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرَاهُ فَقَالَ « أَيُّكُمَا قَتَلَهُ ». فَقَالَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا أَنَا قَتَلْتُهُ. قَالَ « هَلْ مَسَحْتُمَا سَيْفَيْكُمَا ». قَالاَ لاَ. فَنَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى السَّيْفَيْنِ فَقَالَ « كِلاَكُمَا قَتَلَهُ ». وَقَضَى بِسَلَبِهِ لِمُعَاذِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْجَمُوحِ وَهُمَا مُعَاذُ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْجَمُوحِ وَمُعَاذٌ ابْنُ عَفْرَاءَ

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat idul fitri yang berbahagia ...

Sebelum mengakhiri khutbah ini, kami ingin memberikan nasihat kepada kaum wanita, sebagaiamana rasulullah r memberi nasihat kepada kaum wanita

Hendaklah kaum wanita bertakwa kepada Allah. Hendaklah mereka menjaga aturan aturan Allah, memelihara hak hak para suami dan anak anak mereka.

Ingatlah wanita solihah adalah wanita ang taat dan menjaga apa yang harus dijaga saat suami tidak ada. Jangan lah seorang wanita silau dengan perilaku sebagian wanita yang keluar rumah dengan dandanan norak, bau semerbak menusuk hidung, pamer kecantikan, atau dengan mengenakan pakaian tipis transparan.

Ingatlah, Rasulullah r bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Ada dua penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan lenggak lenggok, kepala mereka bagaikan leher unta yang meliuk liuk, mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan aromah surga (Muslim)

اللهم إنا نسألك بأنا نشهد أنك أنت الله الذي لا إله إلا أنت الأحد الصمد ، الذي لم يلد ولم يولد ، ولم يكن له كفوا أحد ، أن تمن علينا بمحبتك والإخلاص لك ومحبة رسولك ، والاتباع به ، ومحبة شرعك ، والتمسك به  ...
اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك ...
يا مصرف القلوب صرف قلوبنا إلى طاعتك ...
اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا ، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا ، وأصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا ، واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير ، والموت راحة لنا من كل شر...
اللهم تقبل صيامنا ، وقيامنا ، وأعد علينا من بركات هذا اليوم ، وأعد أمثاله علينا ، ونحن نتمتع بالإيمان ، والأمن ، والعافية...
اللهم! انصر المجاهدين في سبيلك في كل مكان. اللهم! اخذل الكفرة والملحدين والعلمانيين...
اللهم صل ، وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين.

Minggu, 21 April 2013

Tingkatan Amal Kebaikan Menurut Jenisnya

Setelah kita mengenal bahwa amal kebaikan itu beringkat-tingkat, kita juga telah mengenal dan mengetahui bahwa para salaf sangat perhatian terhadap tingkatan amak kebaikan, maka sekarang kita akan lebih memperdalam kembali tingkatan amal kebaikan menurut berbagai macam sisi. Yang pertama, adalah tingkatan amal kebaikan menurut jenisnyat.

Yang dimaksud dengan tingkatan amal kebaikan menurut jenis adalah menurut jenis amalan tersebut. Amalan tersebut termasuk jenis amalan wajib atau sunnah. Jika wajib, amalan tersebut termasuk landasan-landasan pokok dalam islam atau bukan dan seterusnya. Dan jika amalan tersebut termasuk amalan sunnah, maka dikembalikan kepada jenis amalan sunnah tersebut.

Dan secara umum bisa kita ringkas bahwa tingkatan amal kebaikan jika ditilik dari jenisnya, bisa diperinci sebagai berikut secara berurutan :

-          Merealisasikan dua kalimat syahadat
-          Shalat
-          Zakat
-          Rukun islam lainnya
-          Seluruh kewajiban, yang paling utama adalah birrul walidain
-          Menuntut ilmu sunnah
-          Jihad
-          Dzikir

Dalil tingkatan amal seperti di atas

Dalam shahihain dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata, “Aku bertanya kepada Nabi “Amalan apakah yang paling utama?”. Beliau r menjawab, “Shalat pada waktunya”. Aku berkata, “Kemudian amalan apa lagi?”. Beliau r menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua”. Aku berkata, “Kemudian amalan apa lagi?”. Beliau r menjawab, “Jihad di jalan Allah”. Kemudian beliau diam, dan seandainya  aku bertanya lagi niscaya Beliau r akan menyebutkan amalan yang utama berikutnya” (diriwayatkan oleh Bukhari n0 2782 dan Muslim no : 85)

Dalam shahihain juga dari hadits Abu Hurairah radiyallahu anhu berkata, “Rasulullah r pernah ditanya, “Amalan apakah yang paling utama?” beliau menjawab, “Beriman kepada Allah dan rasulnya”. Beliau ditanya kembali, “Kemudian amalan apa?”. Beliau r menjawab, “Jihad di jalan Allah”. Kemudian beliau ditanya kembali, “Kemudian amalan apa?”. Beliau r menjawab, “Haji mabrur”. (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Hadits Abu Dzar radiyallahu anhu berkata, “Aku bertanya kepada Nabi r, “Amalan apakah paling utama?”. Beliau r menjawab, “Iman kepada Allah dan jihad di jalanNya”. (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Jika ada yang bertanya : Bukankah hadits-hadits di atas tidak secara pasti menyebutkan urutan sebagaimana yang disebutkan di atas?

Jawabannya adalah bahwa cara menggabung jika ada tingkatan amal kebaikan yang terkesan saling bertolak belakang adalah sebagai berikut :

Pertama               : Mengklasifikasikan tingkatan amal kebaikan menurut jenisnya. Hal ini dikarnaka, bahwa lafal-lafal global dalam sebuah nash harus ditafsirkan menurut nash-nash lain yang lebih khusus sesuai kaedah-kaedah syariat dan pokok-pokok agama.

Sebagai contoh, dalam hadits abu hurairah, ketika rasulullah ditanya tentang amalan paling utama, maka beliau menjawab ; beriman kepada Allah dan rasulnya. Pada hadits Ibnu Mas’ud ketika rasulullah ditanya tentang amalan paling utama, maka beliau menjawa shalat pada waktunya. Kedua jawaban ini dibawa kepada makna rukun islam. Beriman keapda Allah dan rasulnya melambangkan syahadat. Shalat melambankan rukun-rukun islam lainnya. Namun, di sini hanya disebutkan rukun pertama dan kedua untuk mengisyaratkan bahwa kedua amalan tersebut amalan terpenting dari rukun-rukun islam lainnya.

Kedua                   : Jika langkah pertama tidak mungkin ditempuh, maka dikembalikan kepada faktor-faktor lainnya yang melatarbelakangi amalan tersebut. Faktor-faktor ini akan dijelaskan secara perinci di pembahasan-pembahasan berikutnya. Adapun dalam pembahasan ini, beliau memfokuskan pembagian tingkatan amal kebaikan menurut jenisnya saja. Sehingga, amalan karena faktor tertentu lebih utama daripada amalan lainnya meskipun terkadang amalan yang kurang utama tadi lebih utama jika dilhat menurut jenisnya.

Sebagai contoh, disebutkankan dzikir baru jihad. Maka yang dimaksud dengan dzikit di sini adalah dzikir yang terus menerus dan berkesinambungan, bukan hanya sekedar dzikir lewat lisan saja.

Ketiga                   : jika langkah kedua tidak mungkin ditempuh, maka tingkatan amal kebaikan tersebut dibedakan menurut waktunya.
 
Sebagai contoh, penyebutkan jihad kemudian haji dalam hadits abu hurairah, menunjukkan bahwa jihad lebih utama daripada haji. Padahal jika dilihat dari jenisnya, maka haji lebih utama daripada jihad. Untuk mensikronkan, maka kita katakan bahwa haji dalam hadits abu hurairah lebih utama karena  jihad saat itu fardhu ain, sedangkan haji saat itu masih sunnah.

Demikian, ringkasan tingkatan amal kebaikan menurut jenisnya. semoga bisa membantu kita untuk bisa mengamalkan amal kebaikan dari yang lebih utama dari amalan-amalan utama lainnya.

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...