Dalam pembahasan
sebelumnya, kita sebutkan bahwa amal kebaikan itu bertingkat-tingkat
kedudukannya dan keutamaanya. Di antara dalil adanya tingkatan amal kebaikan adalah
beberapa hadits Nabi sebagai berikut :
Dalam shahihain dari
hadits Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridhoinya- berkata, “Aku bertanya
kepada nabi r
, “Amalan apakah yang paling utama?”. Beliau r
menjawab, “Shalat pada waktunya”. Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau r
menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua”. Kemudian aku bertanya lagi, “Kemudia
apa?”. Beliau r
menjawab, “Jihad di jalan Allah”.
Kemudian aku diam tidak bertanya lagi,
seandainya aku meminta penjelasan dari Nabi r
tentang amalan yang utama, niscaya beliau akan menyebutkan lagi”. (Riwayat
Bukhari no : 2782 dan Muslim, no: 85)
Dari Abu Dzar – semoga Allah
meridhoinya- berkata, “Aku bertanya kepada Nabi r,
“Amalan apa yang paling utama?”. Beliau r
menjawab,”Beriman kepada Allah dan jihad di jalan Allah”. (riwayat Bukhari no:
2518)
Dari Abu Hurairah semoga
Allah meridhoinya berkata, “Nabi r
pernah ditanya “Amalan apa yang paling utama?”. Beliau r menjawab, “Beriman
kepada Allah dan rasulNya”. Kemudian beliau r
ditanya kembali, “Kemudian apa?”. Beliau r
menjawab, “Jihad di jalan Allah”. Kemudian ditanya kembali, “Kemudian apa?”. Beliau
r
menjawab, “Haji Mabrur”. (riwayat Bukhari no: 1519 dan Muslim no: 83)
Tiga hadits di atas menunjukkan
adanya tingkatan amal kebaikan. Amal kebaikan itu tidak dalam satu tingkatan,
namun bertingkat-tingkat keutamannya.
Dalam pembahasan
sebelumnya, telah kita sebutkan pula bahwa mengenal dan memahami tingkatan amal
kebaikan itu sangat urgen. Di antara hal yang semakin menegaskan pentingnya
mengenal tingkatan amal kebaikan adalah besarnya perhatian salaf terhadap
tingkatan amal kebaikan.
Di antara buktinya adalah
:
a.
Banyaknya pertanyaan para
sahabat tentang amalan yang paling utama, sebagaimana hadits di atas.
b.
Para Imam Hadits menukil
hadits-hadits tentang tingkatan amal kebaikan dan bahkan menjadikannya judul
untuk bab-bab dalam kitab mereka. Seperti dalam shahih Bukhari “Bab Islam mana
yang paling utama”, “bab Keutamaan orang beriman karena amalannya”, “Bab Amalan
yang paling Allah cintai adalah yang paling kontinyu pelaksanaannya”, dan lain
sebagainya.
c.
Para Imam Muhaqqiq menulis
buku tersendiri tentang keutamaan amal kebaikan. Sebagai contoh, kitab “Fadhoilul
A’mal “ yang ditulis oleh Ibnu Syahin, kitab “Fadhoilul A’mal” yang ditulis
oleh Ibnu Quddamah, kitab “Fadhoilul Qur’an” yang ditulis oleh Abu Ubaid dan
kitab-kitab lainnya masih banyak sekali.
d. Para Ulama Muhaqiqin membahas dalam pembahasan khusus dalam
buku-buku mereka, seperti syeikhul islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa,
terlebih khusus dalam jilid tujuh, sepuluh, dan sebelas. Dan ulama-ulama
lainnya yang menyebutkan pembahasan serupa dalam buku-buku mereka.
(disarikan dari tajridul
Ittiba’ oleh Abu Rufaid Agus Suseno, Lc)