Cari Blog Ini

Kamis, 14 Maret 2013

Dalil Tingkatan Amal Kebaikan dan Perhatian Salaf

Dalam pembahasan sebelumnya, kita sebutkan bahwa amal kebaikan itu bertingkat-tingkat kedudukannya dan keutamaanya. Di antara dalil adanya tingkatan amal kebaikan adalah beberapa hadits Nabi sebagai berikut :

Dalam shahihain dari hadits Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridhoinya- berkata, “Aku bertanya kepada nabi r , “Amalan apakah yang paling utama?”. Beliau r menjawab, “Shalat pada waktunya”. Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau r menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua”. Kemudian aku bertanya lagi, “Kemudia apa?”. Beliau r menjawab, “Jihad di jalan Allah”. 
 Kemudian aku diam tidak bertanya lagi, seandainya aku meminta penjelasan dari Nabi r tentang amalan yang utama, niscaya beliau akan menyebutkan lagi”. (Riwayat Bukhari no : 2782 dan Muslim, no: 85)

Dari Abu Dzar – semoga Allah meridhoinya- berkata, “Aku bertanya kepada Nabi r, “Amalan apa yang paling utama?”. Beliau r menjawab,”Beriman kepada Allah dan jihad di jalan Allah”. (riwayat Bukhari no: 2518)

Dari Abu Hurairah semoga Allah meridhoinya berkata, “Nabi r pernah ditanya “Amalan apa yang paling utama?”. Beliau r menjawab, “Beriman kepada Allah dan rasulNya”. Kemudian beliau r ditanya kembali, “Kemudian apa?”. Beliau r menjawab, “Jihad di jalan Allah”. Kemudian ditanya kembali, “Kemudian apa?”. Beliau r menjawab, “Haji Mabrur”. (riwayat Bukhari no: 1519 dan Muslim no: 83)

Tiga hadits di atas menunjukkan adanya tingkatan amal kebaikan. Amal kebaikan itu tidak dalam satu tingkatan, namun bertingkat-tingkat keutamannya.

Dalam pembahasan sebelumnya, telah kita sebutkan pula bahwa mengenal dan memahami tingkatan amal kebaikan itu sangat urgen. Di antara hal yang semakin menegaskan pentingnya mengenal tingkatan amal kebaikan adalah besarnya perhatian salaf terhadap tingkatan amal kebaikan.

Di antara buktinya adalah :
a.       Banyaknya pertanyaan para sahabat tentang amalan yang paling utama, sebagaimana hadits di atas.

b.      Para Imam Hadits menukil hadits-hadits tentang tingkatan amal kebaikan dan bahkan menjadikannya judul untuk bab-bab dalam kitab mereka. Seperti dalam shahih Bukhari “Bab Islam mana yang paling utama”, “bab Keutamaan orang beriman karena amalannya”, “Bab Amalan yang paling Allah cintai adalah yang paling kontinyu pelaksanaannya”, dan lain sebagainya.

c.       Para Imam Muhaqqiq menulis buku tersendiri tentang keutamaan amal kebaikan. Sebagai contoh, kitab “Fadhoilul A’mal “ yang ditulis oleh Ibnu Syahin, kitab “Fadhoilul A’mal” yang ditulis oleh Ibnu Quddamah, kitab “Fadhoilul Qur’an” yang ditulis oleh Abu Ubaid dan kitab-kitab lainnya masih banyak sekali.

d.      Para Ulama Muhaqiqin membahas dalam pembahasan khusus dalam buku-buku mereka, seperti syeikhul islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa, terlebih khusus dalam jilid tujuh, sepuluh, dan sebelas. Dan ulama-ulama lainnya yang menyebutkan pembahasan serupa dalam buku-buku mereka.

(disarikan dari tajridul Ittiba’ oleh Abu Rufaid Agus Suseno, Lc)

Rabu, 13 Maret 2013

Kedudukan Pemuda dalam Islam

Hakikat masa pemuda
Masa pemuda adalah masa yang dimulai semenjak baligh –kurang lebih umur lima belas tahun- hingga kurang lebih umur empat puluh tahun. Karena seseorang yang telah mencapai umur 40 tahun, berarti ia telah sampai pada kematangan dan kedewasaan yang sempurna. Ia tidak lagi labil.

Urgensi masa muda
Masa muda adalah masa terpenting dan sangat vital. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu :

Pertama : masa produktif dan kuat
Manusia hidup di dunia melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut berbeda-beda tingkatan kekuatannya. Manusia dilahirkan di dunia dalam kondisi lemah tidak memiliki suatu apapun dan tidak mengetahui perkara apapun. Kemudian ia pun tumbuh kembang sedikit demi sedikit, hingga menjadi kuat badanya, sempurna fisiknya, dan matang fungsi panca inderanya dan terus semakin matang pemikirannya hingga betul betul ia dipuncak kematangan.
Hal ini Allah isyaratkan dalam firmanNya :

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan 
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 78)

Ayat ini menegaskan, bahwa Allah menciptakan hambaNya dalam kondisi tidak mengetahui sesuatu apapun, kemudian Allah karuniakan kepada mereka pendengaran untuk membedakan suara, Allah karuniakan kepada mereka penglihatan untuk merasakan apa yang ia lihat, dan Allah karuniakan kepada mereka akal untuk membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat.

Namun, perlu diperhatikan, bahwa masa kuat dan masa produktif ini suatu saat akan hilang dan kembali kepada kondisi awal yaitu lemah tidak mengetahui sesuatu apapun.

Allah berfirman :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ (٥٤)

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. ar-Ruum : 54)

Kedua : masa muda adalah masa yang paling utama.
Masa ini dikatakan masa yang paling utama karena masa ini adalah masa kuat dan kreativitas tinggi yang dinikmati oleh para pemuda saja. Masa ini, mereka bisa maksimal memanfaatkan potensi mereka.

Di antara hal yang menunjukkan bahwa masa ini adalah masa yang paling utama, yaitu balasan yang diberikan oleh Allah kepada mereka beramal solih, yaitu allah akan menjadikan mereka berumur muda.

Ketiga : masa muda adalah masa terpanjang.

Kita tahu bahwa umur manusia itu sekita 60 tahun hingga 70 tahun. Hal ini akan sangat jelas dari tabel usia berikut ini:
NO
MASA
TAHUN
PROSENTASE
DARI
HINGGA
1
ANAK-ANAK
LAHIR
-+15 THN
22%
2
REMAJA / PEMUDA
-+15 THN
40 THN
40%
3
TUA
41
50
15%
4
LANSIA
51
MENINGGAL
23%

Keempat : pemuda adalah punggung sebuah kaum
Kaum pemuda di manapun ia berada adalah tulang punggung sebuah kaum dan kemajuannya. Karena para pemuda masih di usia produktif dan rela berkorban.
Dalam al Qur'an terdapat banyak kisah keberanian pemuda. Rosulullah Muhammad Saw ketika diangkat menjadi rosul berumur empat puluh tahun. Pengikut beliau yang merupakan generasi pertama, kebanyakan juga dari kalangan pemuda bahkan ada yang masih anak-anak. Mereka dibina oleh rosulullah setiap hari di Daarul Arqam. Diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, yang paling muda ketika itu keduanya berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah (11), al Arqam bin Abi al Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14) yang kelak menjadi salah satu ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqqash (17) yang kelak menjadi panglima perang yang menundukkan Persia, Jafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Utsman bin Affan (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khatab (26), Abu Ubaidah Ibnul Jarah (27), Bilal bin Rabbah (30), Abu Salamah (30), Abu Bakar Ash Shidiq (37), Hamzah bin Abdul Muthalib (42), Ubaidah bin al Harits, yang paling tua diantara semua sahabat yang berusia 50 tahun.




Tingkatan Amal Kebaikan

Allah  menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya. Ibadah yang Allah wajibkan atas hambaNya bertingkat-tingkat hukum dan keutamaannya.

Syeikh Ibrahim Ar Ruhaili menegaskan ,”Ada ibadah yang hukumnya wajib ain, tidak mungkin ditinggalkan sama sekali. Ada ibadah yang hukumnya wajib kifayah, yang jika dilaksanakan sebagian orang maka gugurlah kewajiban ibadah tersebut atas orang lain. Ada ibadah yang hukumnya sunnah, yang jika ditinggalkan maka tidak berdosa.” (tajridul ittiba’ : 6)

Dikarenakan ibadah itu bertingkat-tingkat, maka pentinglah bagi kita seorang muslim untuk mengenal dan mengetahui tingkatan-tingkatan amal kebaikan, sehingga seorang bisa meneladani para salaf dalam beramal yang mengedepan amalan-amalan yang lebih utama daripada lainnya, ia bisa mendapatkan pahala besar dengan waktu singkat dan tenaga sedikit, tidak terjerumus dalam bid’ah dan meninggalkan sunnah, dan tidak disibukkan dengan amalan-amalan yang tidak tidak utama dan meninggalkan amalan yang lebih utama.

Untuk lebih mengenal tingkatan amal kebaikan, akan diperinci sebagai berikut:

Pertama          : dalil adanya tingkatan amal kebaikan dan besarnya perhatian salaf terhadap tingkatan amal kebaikan.
Kedua                   : tingkatan amal kebaikan menurut jenisnya
Ketiga                   : tingkatan amal kebaikan menurut wajib atau sunnah
Keempat             : tingkatan amal kebaikan menurut niat dan keikhlasan
Kelima                  : tingkatan amal kebaikan menurut tingkatan mutaba’ah
Keenam               : tingkatan amal kebaikan menurut kekonsisten pelaksanaannya
Ketujuh                                : tingkatan amal kebaikan menurut kebenaran pelaksanaanya
Kedelapan          : tingkatan amal kebaikan menurut kedudukan pelakunya di sisi Allah
Kesembilan        : tingkatan amal kebaikan menurut waktunya
Kesepuluh          : tingkatan amal kebaikan menurut tempatnya
Kesebelas           : tingkatan amal kebaikan menurut besarnya manfaat
Keduabelas        : tingkatan amal kebaikan menurut kondisi yang menyertainya

Inilah, beberapa pembahasan yang akan nanti kita ulas secara bertahap, mengikuti urutan dari kitab “tajridul ittiba’” yang ditulis oleh syeikh Ibrahim Ar Ruhaili. Pembahasan ini kami sarikan dan kami ringkas agar bisa dipahami seluruh kaum muslimin, khususnya yang belum mengerti bahasa arab. 

Tulisan ini dan tulisan yang akan datang, adalah ringkasan dari ta’lim yang diadakan di pondok pesantren al ukhuwah setiap hari rabu siang bersama ustadz aris sugiantor –hafidzohullah ta’ala-. (disarikan oleh abu rufaid agus suseno, Lc)

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...