Cari Blog Ini

Senin, 18 Mei 2015

10 KUNCI QOLBU



            
Jika kita memperhatikan kondisi kita sekarang ini, terkadang seorang anak menampakkan perilaku baik di depan orang tuanya, namun saat orang tua tidak ada, maka ia pun menampakkan watak aslinya. Terkadang seorang murid saat di sekolah menampkkan perlaku terpuji, namun saat pulang ke rumah masing masing, merekapun jauh dari ajaran islam. Mengapa hal ini terjadi? Ada apa di balik ini semua?

            Jika kita mau mencermati, kita dapatkan bahwa di antara sebabnya adalah nasihat yang kita sampaikan tidak tulus dari hati dan tidak sampai meresap ke hati mereka. Sehingga nasihat sekedar masuk telinga kanan lalu keluar dari telinga kiri.

   Oleh karena itu, sebagai orang tua, ia membutuhkan cara untuk mengambil hati anak-anaknya, sehingga nasihat yang ia sampaikan mampu dicerna dan dihayati. Sebagai seorang muslim yang melihat kemungkaran, juga membutuhkan tip mengambil hati orang lain, sehingga org tersebut mampu sadar dari kemaksiatannya. Sebagai juru dakwah, pun membutuhkan cara agar nasihat yang ia sampaikan masuk ke hato objek dakwah.

             Bagaimanakah cara untuk mengambil hati orang lain yang ingin kita nasihat?
Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengambil hati orang lain, nasihat kita mampu dicerna oleh hati dan iapun berubah karena kesadaran bukan karena takut. Sebelum menyebutkan cara cara tersebut, ada beberapa hal yang harus kita pahami terlebih dahulu, yaitu :
a.      Sebelum mengambil hati orang lain, maka seyogyanya kita memperbaiki hati kita sendiri terlebih dahulu
b.      Kita tidak mungkin mengambil hati semua orang.
c.       Mengambi hati orang lain bukan berati mereka harus mencintai kita, mejadi teman dekat kita, akan tetapi jika orang lain tidak menyakiti kita maka itu cukup.
d.      Hati seperti gelas, jika pecah maka tidak bisa lagi dibenahi atau minimalnya ada bekasnya.

Adapun tips-tips untuk mengambil hati orang lain adalah sebagai berikut :

Pertama : mencari ridho Allah.
            Harus kita tanamkan dalam diri kita, bahwa saat kita menasihati, saat kita melihat orang lain bermaksiat dan ingin mengingatkannya, atau saat meluruskan kesalahan salah satu anggota keluarga kita, maka hanya ingin menggapai ridho Allah, bukan ingin mencari keridhoan manusia, bukan ingin diterima oleh mereka.
            Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi saw, dalam sebuah hadits disebutkan :

عن أبي هريرة  أن النبي  قال : ” من التمس رضا الله بسخط الناس ؛ رضي الله عنه ، وأرضى عنه الناس ، ومن التمس رضا الناس بسخط الله ، سخط الله عليه ، وأسخط عليه الناس        صحيح الترغيب والترهيب  2250
Dari Abu Huroiroh bahwa Nabi saw bersabda, “Barangsiapa mencari ridho Allah meskipun dengan kemurkaan orang lain, niscaya Allah meridhoinya dan Allah jadikan mereka ridho terhadapnya, dan barngsiapa meari keridhoan manusia, dengan mendapatkan kemurkaan dari Allah niscaya Allah murka kepadaya dan Allah jadikan orang lain murka atau tidak suka kepadanya”.
ü      عن أبي هريرة  أن النبي  قال : ” إن الله ، إذا أحب عبدا ، دعا جبريل فقال : إني أحب فلانا فأحبه . قال فيحبه جبريل . ثم ينادي في السماء فيقول : إن الله يحب فلانا فأحبوه . فيحبه أهل السماء . قال ثم يوضع له القبول في الأرض . وإذا أبغض عبدا دعا جبريل فيقول : إني أبغض فلانا فأبغضه . قال فيبغضه جبريل . ثم ينادي في أهل السماء : إن الله يبغض فلانا فأبغضوه . قال فيبغضونه . ثم توضع له البغضاء في الأرض“.                                                                                                                          رواه مسلم 2637
Kedua : berdoa
            Setelah kita mampu menanamkan tujuan utama saat kita menasihati, maka langkah berikutnya adalah kita berdoa kepada Allah. Terkadang kita tersibukkan mencari cara untuk menasihati orang lain, sibuk mencari cara mendidik anak kita, sibuk memikirkan tindakan anak didik kita yang tercela dan sedih karenanya, namun di sisi lain kita lupa, bahwa hati orang itu ditangan Allah, Allah lah yang membolak balikkan hati manusia. Terkadang kita lupa, bahwa hidayah itu di tangan Allah.
            Karenanya, hendaknya kita meluangkan waktu di sela doa kita untuk mendoakan orang yang ingin kita nasihat, baik itu keluarga kita, anak kita, anak didik kita, maupun tetangga kita.
            Lihatlah bagaimana rasulullah mendoakan abu huroirah, sehingga tidak ada seorang mukminpun yang melihat beliau melainkan mencintainya. Nabi saw berdoa dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim:
اللهم ! حبب عبيدك هذا - يعني أبا هريرة - وأمه إلى عبادك المؤمنين .
“Ya Allah, jadikanlah hambamu ini (yaitu abu huroiraoh) dan ibunya dicintai oleh kaum mukminin”.

Ketiga : mencintai orang yang ingin kita nasihati
            Saat mendapatkan orang lain bergelimang dalam kemaksiatan, terkadang kita sangat membencinya, seolah oleh ia telah keluar dari agama islam. Terkadang kita tdak sudi melihatnya dan menyapaya. Atau terkdang kita dikalahkan oleh kemarahan kita, akhirnya org tersebut bukan malah sadar dari kesalahannya, namun semakin jauh terperosok dalam kesalahan.
            Padahal seharusnya kita melihat orang yang bermaksiat dari dua sisi pandang. Pertama dari sisi kemaksiatannya maka kita harus benci terhdap kemaksiatan tersebut. Dan yang keuda dari sisi pelaku maksiat, bahwa ia seorang mukmin dan ia saudara kita, tentnya kita merasa sedih dan kasiha kalau ia trus dalam kemaksiatan.
            Dngan dua cara pandang ini, maka kebencian kita bukan malah menjauhi pelaku maksiat namun justru mendekatinya degan lembut agar ia sadar dan kembali ke jalan yang lurus.
            Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, rasulullah saw bersabda:
" لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا و لا تؤمنوا حتى تحابوا ، .... "       
“Kalian tidak masuk surga sehingga beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai saling mecintai sesama mukmin”

Keempat : bersikap zuhud
            Mungkin kita bertanya tanya, apakah hubungan zuhud dengan cara mengambil hati orang lain? Adakah korelasi antara keduanya?
            Kita akan memahaminya dengan membaca sabda Nabi saw:

عن سهل بن سعد الساعدي أن رجلا أتى النبي فقال : يا رسول الله ! دلني على عمل إذا عملته أحبني الله وأحبني الناس ، قال : ازهد في الدنيا يحبك الله ، وازهد فيما عند الناس يحبك الناس . رواه البيهقي وغيره وذكره الألباني في السلسلة الصحيحة 944
Dari sahl bin sa’ad assa’idi bahwa ada seorang lelaki mendatangi nabi saw lalu bertanya, “Wahai rasulullah, tnjukkanlah kepadaku suatu amalan, jika aku mengerjakannya, maka Alah mencintaiku dan orang orang pun mencintaiku”. Beliau saw menjawab, “Berbuatlah zuhud di dunia niscaya Allah mencintaimu, dan berbuatlah zuhud dari apa yang dimiliki orang lain, niscaya orang lain mencintaimu”.

            Subhanallah, dalam hadits ini dijelaskan bahwa saat kita berbuat zuhud di dunia, yaitu dengan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat di dunia, niscaya Allah mencintai kita. Dan saat kita berbuat zuhud dari apa yang dimiliki orang lain, maksudnya tidak mudah memohon bantuan dari orang lain,kita berusaha memenui apa yang kita butuhkan tanpa mengandalkan orang lain selama kita bisa, dan juga dengan mudah memberi bantuan kepada orang lain, niscaya manusia akan mencintai kita.
            Coba kita perhatikan dalam hadits berikut ini, bagaimana kezuhudan rasululllah sebagai salah satu sebab orang-orang saat itu masuk islam.
ما سئل رسول الله على الإسلام شيئا إلا أعطاه . قال فجاءه رجل فأعطاه غنما بين جبلين . فرجع إلى قومه ، فقال : يا قوم أسلموا . فإن محمدا يعطي عطاء لا يخشى الفاقة                  رواه مسلم2312
Kelima : kesesuaian antara perkataan dan perbuatan kita.
            Memerintahkan orang lain itu mudah, adapun memerintahkan diri sendri itu sulit. Karena itu, sering kali kita gampang mengomentari orang lain, namun aib kita sendiri kita lupakan. Karena itu, sering kali perkataan dan perbuatan kita pun tidak sama. Sehingga, jangan heran manakala anak kita tidak menurut dengan perkataan kita, jangan heran manakala anak didik kita enggan mengikuti nasihat kita.
            Sungguh sebuah keharusan bagi seseorag yang ingin nasihatnya diterima untuk mengamalkan kebaikan yang ia ingin sampaikan. Dan ia pun harus menjdai orang pertama yang meninggalkan kemungkaran saat ingn melarang orang lain dari kemungkaran tersebut.
            Allah berfiran :
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Apakah kalian mengja orang lain berbuat kebaikan sedangkan kalian melupakan diri kalian, padahal kalin membeca kitab, apakah kalian tidak berakal/berfikir? (al baqoroh :44)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)                 
“Wahai orang orang yang beriman, mengapa kalian mnegatakan apa yang kalian tidak melakukannya, sunguh besar kemurkaan Allah jika kalian berkata apa yang kalian tidak lakukan” (As shoff)
(bersambung ...)

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...