Jika
kita mau mencermati, kita dapatkan bahwa di antara sebabnya adalah nasihat yang
kita sampaikan tidak tulus dari hati dan tidak sampai meresap ke hati mereka.
Sehingga nasihat sekedar masuk telinga kanan lalu keluar dari telinga kiri.
Oleh
karena itu, sebagai orang tua, ia membutuhkan cara untuk mengambil hati
anak-anaknya, sehingga nasihat yang ia sampaikan mampu dicerna dan dihayati.
Sebagai seorang muslim yang melihat kemungkaran, juga membutuhkan tip mengambil
hati orang lain, sehingga org tersebut mampu sadar dari kemaksiatannya. Sebagai
juru dakwah, pun membutuhkan cara agar nasihat yang ia sampaikan masuk ke hato
objek dakwah.
Bagaimanakah
cara untuk mengambil hati orang lain yang ingin kita nasihat?
Berikut ini adalah beberapa cara untuk
mengambil hati orang lain, nasihat kita mampu dicerna oleh hati dan iapun
berubah karena kesadaran bukan karena takut. Sebelum menyebutkan cara cara
tersebut, ada beberapa hal yang harus kita pahami terlebih dahulu, yaitu :
a. Sebelum mengambil hati orang lain, maka
seyogyanya kita memperbaiki hati kita sendiri terlebih dahulu
b. Kita tidak mungkin mengambil hati semua orang.
c. Mengambi hati orang lain bukan berati mereka
harus mencintai kita, mejadi teman dekat kita, akan tetapi jika orang lain
tidak menyakiti kita maka itu cukup.
d. Hati seperti gelas, jika pecah maka tidak bisa
lagi dibenahi atau minimalnya ada bekasnya.
Adapun
tips-tips untuk mengambil hati orang lain adalah sebagai berikut :
Pertama : mencari ridho Allah.
Harus
kita tanamkan dalam diri kita, bahwa saat kita menasihati, saat kita melihat
orang lain bermaksiat dan ingin mengingatkannya, atau saat meluruskan kesalahan
salah satu anggota keluarga kita, maka hanya ingin menggapai ridho Allah, bukan
ingin mencari keridhoan manusia, bukan ingin diterima oleh mereka.
Hal
ini telah dijelaskan oleh Nabi saw, dalam sebuah hadits disebutkan :
عن أبي هريرة أن النبي
قال : ” من التمس رضا الله بسخط الناس ؛ رضي الله عنه ، وأرضى
عنه الناس ، ومن التمس رضا الناس بسخط الله ، سخط الله عليه ، وأسخط عليه الناس ”
صحيح
الترغيب والترهيب 2250
Dari Abu Huroiroh bahwa
Nabi saw bersabda, “Barangsiapa mencari ridho Allah meskipun dengan kemurkaan
orang lain, niscaya Allah meridhoinya dan Allah jadikan mereka ridho
terhadapnya, dan barngsiapa meari keridhoan manusia, dengan mendapatkan
kemurkaan dari Allah niscaya Allah murka kepadaya dan Allah jadikan orang lain
murka atau tidak suka kepadanya”.
ü
عن أبي هريرة
أن النبي قال
: ” إن الله ، إذا أحب عبدا ، دعا جبريل فقال : إني أحب فلانا فأحبه . قال فيحبه
جبريل . ثم ينادي في السماء فيقول : إن الله يحب فلانا فأحبوه . فيحبه أهل السماء
. قال ثم يوضع له القبول في الأرض . وإذا أبغض عبدا دعا جبريل فيقول : إني أبغض
فلانا فأبغضه . قال فيبغضه جبريل . ثم ينادي في أهل السماء : إن الله يبغض فلانا
فأبغضوه . قال فيبغضونه . ثم توضع له البغضاء في الأرض“.
رواه
مسلم 2637
Kedua : berdoa
Setelah
kita mampu menanamkan tujuan utama saat kita menasihati, maka langkah
berikutnya adalah kita berdoa kepada Allah. Terkadang kita tersibukkan mencari
cara untuk menasihati orang lain, sibuk mencari cara mendidik anak kita, sibuk
memikirkan tindakan anak didik kita yang tercela dan sedih karenanya, namun di
sisi lain kita lupa, bahwa hati orang itu ditangan Allah, Allah lah yang
membolak balikkan hati manusia. Terkadang kita lupa, bahwa hidayah itu di
tangan Allah.
Karenanya,
hendaknya kita meluangkan waktu di sela doa kita untuk mendoakan orang yang
ingin kita nasihat, baik itu keluarga kita, anak kita, anak didik kita, maupun
tetangga kita.
Lihatlah
bagaimana rasulullah mendoakan abu huroirah, sehingga tidak ada seorang
mukminpun yang melihat beliau melainkan mencintainya. Nabi saw berdoa dalam
hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim:
اللهم ! حبب
عبيدك هذا - يعني أبا هريرة - وأمه إلى عبادك المؤمنين .
“Ya Allah,
jadikanlah hambamu ini (yaitu abu huroiraoh) dan ibunya dicintai oleh kaum
mukminin”.
Ketiga : mencintai orang yang ingin kita nasihati
Saat mendapatkan orang lain
bergelimang dalam kemaksiatan, terkadang kita sangat membencinya, seolah oleh
ia telah keluar dari agama islam. Terkadang kita tdak sudi melihatnya dan
menyapaya. Atau terkdang kita dikalahkan oleh kemarahan kita, akhirnya org
tersebut bukan malah sadar dari kesalahannya, namun semakin jauh terperosok
dalam kesalahan.
Padahal seharusnya kita
melihat orang yang bermaksiat dari dua sisi pandang. Pertama dari sisi
kemaksiatannya maka kita harus benci terhdap kemaksiatan tersebut. Dan yang
keuda dari sisi pelaku maksiat, bahwa ia seorang mukmin dan ia saudara kita,
tentnya kita merasa sedih dan kasiha kalau ia trus dalam kemaksiatan.
Dngan dua cara pandang ini,
maka kebencian kita bukan malah menjauhi pelaku maksiat namun justru
mendekatinya degan lembut agar ia sadar dan kembali ke jalan yang lurus.
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, rasulullah saw bersabda:
" لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا و لا تؤمنوا حتى تحابوا ، ....
"
“Kalian tidak masuk surga
sehingga beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai saling mecintai sesama
mukmin”
Keempat : bersikap
zuhud
Mungkin
kita bertanya tanya, apakah hubungan zuhud dengan cara mengambil hati orang
lain? Adakah korelasi antara keduanya?
Kita
akan memahaminya dengan membaca sabda Nabi saw:
عن سهل بن سعد الساعدي أن رجلا أتى النبي فقال : يا رسول الله ! دلني على عمل إذا عملته أحبني الله وأحبني
الناس ، قال : ازهد في الدنيا يحبك الله ، وازهد فيما عند الناس يحبك الناس . رواه البيهقي وغيره وذكره الألباني في السلسلة
الصحيحة 944
Dari sahl bin sa’ad assa’idi bahwa ada seorang
lelaki mendatangi nabi saw lalu bertanya, “Wahai rasulullah, tnjukkanlah
kepadaku suatu amalan, jika aku mengerjakannya, maka Alah mencintaiku dan orang
orang pun mencintaiku”. Beliau saw menjawab, “Berbuatlah zuhud di dunia niscaya
Allah mencintaimu, dan berbuatlah zuhud dari apa yang dimiliki orang lain,
niscaya orang lain mencintaimu”.
Subhanallah,
dalam hadits ini dijelaskan bahwa saat kita berbuat zuhud di dunia, yaitu
dengan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat di dunia, niscaya
Allah mencintai kita. Dan saat kita berbuat zuhud dari apa yang dimiliki orang
lain, maksudnya tidak mudah memohon bantuan dari orang lain,kita berusaha
memenui apa yang kita butuhkan tanpa mengandalkan orang lain selama kita bisa,
dan juga dengan mudah memberi bantuan kepada orang lain, niscaya manusia akan
mencintai kita.
Coba
kita perhatikan dalam hadits berikut ini, bagaimana kezuhudan rasululllah
sebagai salah satu sebab orang-orang saat itu masuk islam.
ما سئل رسول الله على
الإسلام شيئا إلا أعطاه . قال فجاءه رجل فأعطاه غنما بين جبلين . فرجع إلى قومه ،
فقال : يا قوم أسلموا . فإن محمدا يعطي عطاء لا يخشى الفاقة رواه مسلم2312
Kelima : kesesuaian
antara perkataan dan perbuatan kita.
Memerintahkan
orang lain itu mudah, adapun memerintahkan diri sendri itu sulit. Karena itu,
sering kali kita gampang mengomentari orang lain, namun aib kita sendiri kita
lupakan. Karena itu, sering kali perkataan dan perbuatan kita pun tidak sama. Sehingga,
jangan heran manakala anak kita tidak menurut dengan perkataan kita, jangan
heran manakala anak didik kita enggan mengikuti nasihat kita.
Sungguh
sebuah keharusan bagi seseorag yang ingin nasihatnya diterima untuk mengamalkan
kebaikan yang ia ingin sampaikan. Dan ia pun harus menjdai orang pertama yang
meninggalkan kemungkaran saat ingn melarang orang lain dari kemungkaran
tersebut.
Allah
berfiran :
أَتَأْمُرُونَ
النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Apakah kalian mengja orang lain berbuat kebaikan
sedangkan kalian melupakan diri kalian, padahal kalin membeca kitab, apakah
kalian tidak berakal/berfikir? (al baqoroh :44)
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا
عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang orang yang beriman, mengapa kalian
mnegatakan apa yang kalian tidak melakukannya, sunguh besar kemurkaan Allah
jika kalian berkata apa yang kalian tidak lakukan” (As shoff)
(bersambung ...)