Ibadah bukanlah sekedar gerakan badan yang terlihat
oleh mata. Namun, ibadah harus menyertakan hati sebagai ruh dari semua ibadah.
Agar ibadah yang kita laksanakan benar benar memiliki ruh dan membuahkan hasil
pada diri kita, maka kita harus mengetahui dan mewujudkan rukun ibadah dalam
setiap ibadah kita.
Seorang salaf berkata, “Barang siapa
beribadah kepada Alloh dengan cinta saja maka dia seorang zindiq, barang siapa
beribadah hanya dengan khouf (takut) saja maka haruri (khowarij), barang siapa
beribadah hanya dengan rasa harap saja maka dia seorang murji’ dan barang siapa
yang beribadah dengan cinta, takut dan harap maka dia seorang mukmin.”
Tiga Rukun Ibadah
Rukun ibadah ada tiga, yaitu :
“Rasa Cinta, Takut dan Harap”
a. Cinta
Cinta dalam beribadah adalah melakukan ibadah karena
dorong cinta kepada Allah. Seseorang harus memberikan cintanya yang tertinggi hanya
Allah.
Cinta
adalah rukun ibadah yang terpenting, karena cinta adalah pokok ibadah. Dengan cinta, seseorang akan terdorong dalam
menjalankan ibadah. Dengan cinta, seseorang akan mampu beribadah tanpa merasa
berat sedikitpun. Dengan cinta pula, seseorang akan merasakan lezatnya ibadah
meskipun harus membutuhkan pengorbanan dan usaha yang tidak kecil.
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ
اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (Q.S. Al Baqoroh : 165)
Dari Anas bin Malik
Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ،
مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ
يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ
يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ
أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ.
“Ada
tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan
mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih
ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya
mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah
Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke
dalam Neraka (H.R. Al-Bukhari dan Muslim )
b. Rasa Harap Kepada Allah
Beribadah kepada Allah harus didorong oleh
harapan kepada Allah untuk mendapatkan pahala, rahmat, dan keridhoan Allah.
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي
الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. (Q.S. Al anbiya’ 90)
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. (Q.S. Al anbiya’ 90)
تَتَجَافَىٰ
جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(Lambung mereka jauh) diri mereka jauh (dari
tempat tidurnya) dari tempat pembaringannya disebabkan mereka selalu melakukan
salat tahajud di malam hari (sedangkan mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa
takut) akan azab-Nya (dan penuh harap) akan rahmat-Nya (dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka) yaitu menyedekahkannya. (Q.S. As sajdah 16)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ
إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا
أُبَالِي
Dari
Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu , beliau berkata: Aku telah mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala
berfirman, ‘Wahai, anak Adam! Sungguh selama engkau berdoa kapada-Ku dan
berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni semua dosa yang ada pada engkau, dan Aku
tidak peduli. (H.R. at-Tirmidzi : 3540)
Jika seseorang beribadah
kepada Allah karena dorong pahala dan rahmatNya, maka ia akan menampakkan
kebutuhan hamba kepada Allah, melurusankan dan menggerakkan untuk beribadah dan
istiqomah di dalamnya, dan Mendorong seseorang untuk senantiasa bersyukur
kepada Allah.
Orang
yang tidak berharap kepada Allah, berarti orang yang salah dan termasuk
perbuatan yang haram.
يَا
بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ
الْكَافِرُونَ
Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S. Yusuf : 87)
قَالَ
وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ
Ibrahim
berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali
orang-orang yang sesat". (Q.S. Al Hijr : 56)
c. Takut
kepada Allah
Takut
kepada Allah adalah kekhawatiran hati dari hukuman Allah dan berusaha lari dari
penyebab hukuman Allah.
يَا
بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
Hai Bani
Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan
penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya
kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (Q.S. Al baqoroh : 40)
وَأَمَّا مَنْ
خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ
الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An Naziat : 40-41)
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An Naziat : 40-41)
Dengan takut kepada Allah,
maka seseorang akan terhindar dari dosa dan kemaksiatan dan terdorong untuk
bersegera dalam kebaikan dan ketaatan.
عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه
يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ
أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلاَ إِنَّ
سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ »
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Barangsiapa
yang takut, maka hendaknya dia berjalan di awal malam, dan barangsiapa yang
berjalan di awal malam maka dia akan sampai kepada yang diinginkan, ingatlah
sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal dan ketauhilah bahwa sesungguhnya
barang dagangan Allah adalah surga”. (HR. Tirmidzi: no 954)
Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa ibadah
tidak mungkin terlaksana dengan baik kecuali dengan tiga rukun ini, yaitu
cinta, takut, dan penuh harap akan rahmat Allah.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Ketahuilah
bahwa penggerak hati untuk beribadah adalah tiga perkara, yaitu cinta, takut,
dan penuh harap akan rahmat Allah”. (Fatawa Syeikhul Islam)
Ibnul Qoyyim berkata, “Hati dalam beribadah kepada
Allah seperti burung, cinta itu kepala burung, takut dan berharap adalah
sayapnya. Saat kepala dan sayap utuh, maka burung akan terbang sempurna, namun
saat kepala terputus, maka burung pun mati, dan saat sayap tidak utuh, maka
terbang pun tidak sempurna dan menjadi sasaran para pemburu” (Madarijus Salikin
1/517)
Demikian, semoga Allah senantiasa membimbing kita
semua untuk beribadah karena dorong cinta, berharap, dan takut. (Oleh : Abu Rufaid Agus Susehno, Lc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar