Sebagian orang memahami, bahwa ibadah itu hanya terbatas pada ibadah
yang nampak seperti salat, zakat, puasa, berdzikir, membaca Al Qur’an, dan
puasa. Bahkan, sebagian orang memahami bahwa ibadah hanya khusus di masjid,
adapun di kantor, ladang, dan tempat lainnya tidak perlu aturan agama sama
sekali.
Sebagian yang lain merasa, bahwa ketenangan jiwa ketentraman hati dengan cara menjauh dari Allah dan tidak
beribadah kepadaNya.
Sebagian yang lain enggan tidak beribadah kepada Allah, mereka mengira
yang terpenting dari seseorang itu adalah menjadi orang baik, baik di mata
masyarakat, namun tidak mau berbuat baik kepada Allah.
Agar tidak terjerumus dalam beberapa kesalahan di atas, maka kita harus
mengenal urgensi ibadah, hakikat ibadah, dan meyakini bahwa ibadah adalah kebutuhan
kita semua.
Urgensi Ibadah
Ibadah adalah perkara penting dalam hidup ini, bahkan perkara yang
paling penting dalam hidup di dunia ini. Di antara hal yang menjelaskan
pentingnya ibadah adalah :
a.
Ibadah merupakan tujuan diciptakannya Manusia
Tujuan Allah menciptakan manusia adalah ibadah, sehingga manakala
seseorang beribadah kepada Allah, berarti dia akan menjadi orang yang dicintai
dan diridhoi oleh Allah.
Hal ini ditegaskan dalam firmanNya :
﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku (Q.S. Adz Dzariyat ayat 56)
Para Rasul pun memerintahkan kaumnya untuk
beribadah kepada Allah. Nabi Hud, Nabi Sholih, Nabi Sysuaib dan lainya
memerintahkan kaumnya untuk beribadah kepada Allah.
وَلَقَدۡ
بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّة رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ
ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ
ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ
ٱلۡمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Q.S. An
Nahl ayat 36)
Seseorang yang merealisasikan ibadah dengan sempurna, maka semakin tinggi pula kedudukan
dia di sisi Allah. Maka jika dilihat dari kedudukan seseorang di sisi Allah, yang
paling tinggi kedudukannya adalah para malaikat, para nabi dan rasul. Hal itu
karena kesempurnaan mereka dalam merealisasikan ibadah.
b.
Ibadah adalah kewajiban yang terus menerus hingga meninggal dunia.
وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (Q.S. Al Hijr ayat 99)
Ayat ini menjelaskan kedudukan ibadah. Maka,
jika seseorang bisa merealisasiskan ibadah sampai ajal tiba, maka dia akan
semakin dekat dengan Allah.
c. Ibadah merupakan hak
Allah yang harus dipenuhi oleh seluruh hambaNya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berkata kepada Mu’adz
bin Jabal:
“Hai Mu’adz apakah engkau tahu hak Allah atas
hamba-hambaNya?”. Mu’adz menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu”. Rasul
bersabda menjelaskan:
“Sesungguhnya hak Allah atas hambaNya adalah
mereka beribadah kepada Allah dengan tidak mempersekutukan dengan sesuatu
apapun. Dan hak hamba atas Allah bahwa Allah tidak mengazab mereka selama
mereka menjalankan ibadah kepadaNya dengan tidak mempersekutukanNya.” (HR.
Muttafaqun Alaih)
d. Ibadah merupakan media meraih keberkahan.
وَلَوْ أَنَّ
أَهْلَ الْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ
وَالْأَرْضِ وَلٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنٰهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya (Q.S. Al A’raf : 96)
e.
Allah mencela orang-orang yang enggan beribadah
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhan kalian berfirman, ‘Berdo’alah
kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian.’ Sesungguhnya,
orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, akan masuk neraka dalam
keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
f.
Allah mensifati orang orang pilihan dengan sebutan ahli ibadah atau
beribadah.
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى
الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (Q.S. Al Furqan : 63)
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (Q.S. Al Furqan : 63)
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلا عِبَادَكَ
مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ . قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ . إِنَّ
عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ.
"Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku "sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan
pasti 'aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang
ikhlas di antara mereka.” Allah berfirman, "Ini adalah jalan yang lurus,
kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan
bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu
orang-orang yang sesat. (Q.S. Al Hijr : 39-42)
Hakikat Ibadah
Arti ‘ibadah adalah:
الْعِبَادَةُ
هِيَ اِسْمٌ جَامِعُ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الْأَقْوَالِ
وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَاهِرَةَ
Ibadah adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut semua yang dicintai dan diridhoi oleh Allah ta’ala , baik berupa
ucapan ataupun perbuatan, yang dzahir maupun batin.” (Risalah Al-Ubudiyah, hlm
2)
Dari definisi ini bisa dipahami bahwa semua yang Allah cintai dan Allah
ridhoi berarti ibadah. Baik dengan hati, lisan, maupun anggota tubuh. Atau
dengan kata lain, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah
adalah hakikat ibadah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kukabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’” (QS.
Ghafir: 60)
Dalam ayat lain, Allah menegaskan, " Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa" (QS. Al Baqarah, 177)
Dari beberapa hal di atas, bisa disimpulkan bahwa ibadah itu mencakup
shalat, zakat, puasa, haji, berkata jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada
orang tua, menyambung tali silaturahmi, menepati janji, mengajak kebaikan,
mencegah kemungkaran, berbuat baik kepada tetangga dan anak yatim, berbuat baik
kepada binatang, berdoa, berdzikir, membaca Al qur’an, dan yang semisal ibadah
ibadah ini. Demikian juga mencakup amalan hati seperti mencintai Allah dan
RasulNya, takut kepada Allah, taubat, mengikhlaskan agama untukNya, bersabar
atas ketetapanNya, bersyukur atas nikmatNya, ridho terhadap ketentuanNya,
tawakal kepada Allah, berharap kepadaNya, takut kepadaNya dan amalan amalan
hati lainnya.
Ibadah Kebutuhan Makhluk
Allah ta’ala Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Kaya, segala isi dunia
dan alam jagad raya ini adalah ciptaan-Nya. Manusia adalah salah satu makhluk
ciptaan-Nya. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengabdi
kepada-Nya.
Sesungguhnya manusia dalam keadaan 'merugi' kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Pada umumnya segala bentuk ibadah berimbas pada manusia yang
melaksanakannya, yang berarti sebenarnya dalam hal ibadah manusia itu sendiri
yang diuntungkan, bukan Tuhan. Justru dengan tekun beribadah manusia dijanjikan
Surga di akhirat nanti.
Allah berfirman :
مَآ
أُرِيدُ مِنۡهم مِّن رِّزۡقٍ۬ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطۡعِمُونِ
“Aku
tidak menghendaki rizqi dari mereka, dan tidak pula Aku menghendaki agar mereka
memberi makan kepadaKu.” (QS: Adz-Dzariyat: 57)
Allah juga berfirman :
يَـٰٓأَيّها
ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ
“Hai sekalian manusia, kalianlah yang sangat
faqir (membutuhkan) kepada Allah. Dan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.” (QS: Fathir: 15)
إِنْ
أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
“Jika kamu berbuat baik, kebaikan itu
bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri” (QS. Al Isra: 7)
وَمَنْ يَشْكُرْ
فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
“Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri” (QS. Luqman:
12).Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku” (HR. Muslim, no.2577)
Dengan mencermati hal-hal tersebut di atas sudah jelaslah bahwa
kita diperintah beribadah kepada Allah, hakikatnya bukan karena Yang Maha Kuasa
dan Maha Kaya membutuhkan ibadah kita, namun kita selaku manusialah, yang butuh
menyembah-Nya, memohon keridlaan-Nya, dan memohon pertolongan dari-Nya dengan
segala keterbatasan yang ada pada manusia.
Demikian, semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk senantiasa
beribadah kepadaNya dengan ikhlas dan mengikuti Sunnah Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam
Oleh : Abu Rufaid Agus Susehno, Lc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar