Cari Blog Ini

Selasa, 12 November 2019

RUKUN IBADAH


Ibadah bukanlah sekedar gerakan badan yang terlihat oleh mata. Namun, ibadah harus menyertakan hati sebagai ruh dari semua ibadah. Agar ibadah yang kita laksanakan benar benar memiliki ruh dan membuahkan hasil pada diri kita, maka kita harus mengetahui dan mewujudkan rukun ibadah dalam setiap ibadah kita.

Seorang salaf berkata, “Barang siapa beribadah kepada Alloh dengan cinta saja maka dia seorang zindiq, barang siapa beribadah hanya dengan khouf (takut) saja maka haruri (khowarij), barang siapa beribadah hanya dengan rasa harap saja maka dia seorang murji’ dan barang siapa yang beribadah dengan cinta, takut dan harap maka dia seorang mukmin.”

Tiga Rukun Ibadah

Rukun ibadah ada tiga, yaitu : Rasa Cinta, Takut dan Harap”

a.       Cinta

Cinta dalam beribadah adalah melakukan ibadah karena dorong cinta kepada Allah. Seseorang harus memberikan cintanya yang tertinggi hanya Allah.

Cinta adalah rukun ibadah yang terpenting, karena cinta adalah pokok ibadah. Dengan cinta, seseorang akan terdorong dalam menjalankan ibadah. Dengan cinta, seseorang akan mampu beribadah tanpa merasa berat sedikitpun. Dengan cinta pula, seseorang akan merasakan lezatnya ibadah meskipun harus membutuhkan pengorbanan dan usaha yang tidak kecil.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ
 
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
(Q.S. Al Baqoroh : 165)

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ  أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ.

“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke 
dalam Neraka  (H.R. Al-Bukhari dan Muslim )

 
b.      Rasa Harap Kepada Allah

Beribadah kepada Allah harus didorong oleh harapan kepada Allah untuk mendapatkan pahala, rahmat, dan keridhoan Allah.

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.
(Q.S. Al anbiya’ 90)

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

(Lambung mereka jauh) diri mereka jauh (dari tempat tidurnya) dari tempat pembaringannya disebabkan mereka selalu melakukan salat tahajud di malam hari (sedangkan mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut) akan azab-Nya (dan penuh harap) akan rahmat-Nya (dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka) yaitu menyedekahkannya. (Q.S. As sajdah 16)

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي
Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu , beliau berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Wahai, anak Adam! Sungguh selama engkau berdoa kapada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni semua dosa yang ada pada engkau, dan Aku tidak peduli. (H.R. at-Tirmidzi : 3540)

Jika seseorang beribadah kepada Allah karena dorong pahala dan rahmatNya, maka ia akan menampakkan kebutuhan hamba kepada Allah, melurusankan dan menggerakkan untuk beribadah dan istiqomah di dalamnya, dan Mendorong seseorang untuk senantiasa bersyukur kepada Allah.

Orang yang tidak berharap kepada Allah, berarti orang yang salah dan termasuk perbuatan yang haram.

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S. Yusuf : 87)

قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ

Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (Q.S. Al Hijr : 56)

c.       Takut kepada Allah

Takut kepada Allah adalah kekhawatiran hati dari hukuman Allah dan berusaha lari dari penyebab hukuman Allah.

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (Q.S. Al baqoroh : 40)

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ  فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An Naziat : 40-41)

Dengan takut kepada Allah, maka seseorang akan terhindar dari dosa dan kemaksiatan dan terdorong untuk bersegera dalam kebaikan dan ketaatan.

عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ »

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Barangsiapa yang takut, maka hendaknya dia berjalan di awal malam, dan barangsiapa yang berjalan di awal malam maka dia akan sampai kepada yang diinginkan, ingatlah sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal dan ketauhilah bahwa sesungguhnya barang dagangan Allah adalah surga”. (HR. Tirmidzi:  no 954)

Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa ibadah tidak mungkin terlaksana dengan baik kecuali dengan tiga rukun ini, yaitu cinta, takut, dan penuh harap akan rahmat Allah.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Ketahuilah bahwa penggerak hati untuk beribadah adalah tiga perkara, yaitu cinta, takut, dan penuh harap akan rahmat Allah”. (Fatawa Syeikhul Islam)

Ibnul Qoyyim berkata, “Hati dalam beribadah kepada Allah seperti burung, cinta itu kepala burung, takut dan berharap adalah sayapnya. Saat kepala dan sayap utuh, maka burung akan terbang sempurna, namun saat kepala terputus, maka burung pun mati, dan saat sayap tidak utuh, maka terbang pun tidak sempurna dan menjadi sasaran para pemburu” (Madarijus Salikin 1/517)

Demikian, semoga Allah senantiasa membimbing kita semua untuk beribadah karena dorong cinta, berharap, dan takut. (Oleh : Abu Rufaid Agus Susehno, Lc)

Kedudukan dan Hakikat Ibadah


        Sebagian orang memahami, bahwa ibadah itu hanya terbatas pada ibadah yang nampak seperti salat, zakat, puasa, berdzikir, membaca Al Qur’an, dan puasa. Bahkan, sebagian orang memahami bahwa ibadah hanya khusus di masjid, adapun di kantor, ladang, dan tempat lainnya tidak perlu aturan agama sama sekali.
       Sebagian yang lain merasa, bahwa ketenangan jiwa ketentraman  hati dengan cara menjauh dari Allah dan tidak beribadah kepadaNya.
       Sebagian yang lain enggan tidak beribadah kepada Allah, mereka mengira yang terpenting dari seseorang itu adalah menjadi orang baik, baik di mata masyarakat, namun tidak mau berbuat baik kepada Allah.
        Agar tidak terjerumus dalam beberapa kesalahan di atas, maka kita harus mengenal urgensi ibadah, hakikat ibadah,  dan meyakini bahwa ibadah adalah kebutuhan kita semua.

Urgensi Ibadah
       Ibadah adalah perkara penting dalam hidup ini, bahkan perkara yang paling penting dalam hidup di dunia ini. Di antara hal yang menjelaskan pentingnya ibadah adalah :
a.       Ibadah merupakan tujuan diciptakannya Manusia
        Tujuan Allah menciptakan manusia adalah ibadah, sehingga manakala seseorang beribadah kepada Allah, berarti dia akan menjadi orang yang dicintai dan diridhoi oleh Allah.
Hal ini ditegaskan dalam firmanNya :

﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Q.S. Adz Dzariyat ayat 56)

        Para Rasul pun memerintahkan kaumnya untuk beribadah kepada Allah. Nabi Hud, Nabi Sholih, Nabi Sysuaib dan lainya memerintahkan kaumnya untuk beribadah kepada Allah.


وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّة رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Q.S. An Nahl ayat 36)

Seseorang yang merealisasikan ibadah dengan sempurna, maka semakin tinggi pula kedudukan dia di sisi Allah. Maka jika dilihat dari kedudukan seseorang di sisi Allah, yang paling tinggi kedudukannya adalah para malaikat, para nabi dan rasul. Hal itu karena kesempurnaan mereka dalam merealisasikan ibadah.

b.      Ibadah adalah kewajiban yang terus menerus hingga meninggal dunia.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (Q.S. Al Hijr ayat 99)

Ayat ini menjelaskan kedudukan ibadah. Maka, jika seseorang bisa merealisasiskan ibadah sampai ajal tiba, maka dia akan semakin dekat dengan Allah.

c.       Ibadah merupakan hak Allah yang harus dipenuhi oleh seluruh hambaNya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berkata kepada Mu’adz bin Jabal:
“Hai Mu’adz apakah engkau tahu hak Allah atas hamba-hambaNya?”. Mu’adz menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu”. Rasul bersabda menjelaskan:
“Sesungguhnya hak Allah atas hambaNya adalah mereka beribadah kepada Allah dengan tidak mempersekutukan dengan sesuatu apapun. Dan hak hamba atas Allah bahwa Allah tidak mengazab mereka selama mereka menjalankan ibadah kepadaNya dengan tidak mempersekutukanNya.” (HR. Muttafaqun Alaih)

d.      Ibadah merupakan media meraih keberkahan.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ وَلٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنٰهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Q.S. Al A’raf : 96)

e.       Allah mencela orang-orang yang enggan beribadah

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhan kalian berfirman, ‘Berdo’alah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian.’ Sesungguhnya, orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, akan masuk neraka dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)

f.       Allah mensifati orang orang pilihan dengan sebutan ahli ibadah atau beribadah.

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (Q.S. Al Furqan : 63)


قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ . قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ . إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ.
"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku "sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti 'aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka.” Allah berfirman, "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (Q.S. Al Hijr : 39-42)


Hakikat Ibadah

Arti ‘ibadah adalah:

الْعِبَادَةُ هِيَ اِسْمٌ جَامِعُ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَاهِرَةَ
Ibadah adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua yang dicintai dan diridhoi oleh Allah ta’ala , baik berupa ucapan ataupun perbuatan, yang dzahir maupun batin.” (Risalah Al-Ubudiyah, hlm 2)

Dari definisi ini bisa dipahami bahwa semua yang Allah cintai dan Allah ridhoi berarti ibadah. Baik dengan hati, lisan, maupun anggota tubuh. Atau dengan kata lain, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah adalah hakikat ibadah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’” (QS. Ghafir: 60)

Dalam ayat lain, Allah menegaskan, " Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa" (QS. Al Baqarah, 177)

Dari beberapa hal di atas, bisa disimpulkan bahwa ibadah itu mencakup shalat, zakat, puasa, haji, berkata jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturahmi, menepati janji, mengajak kebaikan, mencegah kemungkaran, berbuat baik kepada tetangga dan anak yatim, berbuat baik kepada binatang, berdoa, berdzikir, membaca Al qur’an, dan yang semisal ibadah ibadah ini. Demikian juga mencakup amalan hati seperti mencintai Allah dan RasulNya, takut kepada Allah, taubat, mengikhlaskan agama untukNya, bersabar atas ketetapanNya, bersyukur atas nikmatNya, ridho terhadap ketentuanNya, tawakal kepada Allah, berharap kepadaNya, takut kepadaNya dan amalan amalan hati lainnya.

Ibadah Kebutuhan Makhluk

Allah ta’ala Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Kaya, segala isi dunia dan alam jagad raya ini adalah ciptaan-Nya. Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan-Nya. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengabdi kepada-Nya.

Sesungguhnya manusia dalam keadaan 'merugi' kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Pada umumnya segala bentuk ibadah berimbas pada manusia yang melaksanakannya, yang berarti sebenarnya dalam hal ibadah manusia itu sendiri yang diuntungkan, bukan Tuhan. Justru dengan tekun beribadah manusia dijanjikan Surga di akhirat nanti.

Allah berfirman :

مَآ أُرِيدُ مِنۡهم مِّن رِّزۡقٍ۬ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطۡعِمُونِ
Aku tidak menghendaki rizqi dari mereka, dan tidak pula Aku menghendaki agar mereka memberi makan kepadaKu.” (QS: Adz-Dzariyat: 57)

Allah juga berfirman :

يَـٰٓأَيّها ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ
“Hai sekalian manusia, kalianlah yang sangat faqir (membutuhkan) kepada Allah. Dan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS: Fathir: 15)

Allah Ta’ala berfirman:

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
Jika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri” (QS. Al Isra: 7)

وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri” (QS. Luqman: 12).

Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku” (HR. Muslim, no.2577)

Dengan mencermati hal-hal tersebut di atas sudah jelaslah bahwa kita diperintah beribadah kepada Allah, hakikatnya bukan karena Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya membutuhkan ibadah kita, namun kita selaku manusialah, yang butuh menyembah-Nya, memohon keridlaan-Nya, dan memohon pertolongan dari-Nya dengan segala keterbatasan yang ada pada manusia.

Demikian, semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk senantiasa beribadah kepadaNya dengan ikhlas dan mengikuti Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam
 Oleh : Abu Rufaid Agus Susehno, Lc

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...