Surga adalah idaman setiap orang yang bercita-cita dan dambaan hati setiap orang yang bercinta. Jika kita ibaratkan surga seperti pulau nun jauh nan indah di ujung luasnya laut dunia, maka untuk menuju ke pulau tersebut membutuhkan kendaraan untuk menyeberangi laut yang penuh perompak dan ancaman alam lainnya yang sewaktu-waktu mampu menghancurkan bahtera kita.
Berangkat dari hal ini, maka kita
harus mengenal bahtera kita kemudian membentenginya dari serangan para perompak
yang senantiasa mengintainya. Demikian halnya pula dengan surga Allah, kita
membutuhkan bahtera untuk menghantarkan kita menuju surga Allah. Yaitu dengan
mentauhidkan Allah.
Mengenal Aqidah/Tauhid
Aqidah secara etimologi diambil
dari kata ( العقد
) yang berarti mengikat,
menguatkan, menetapkan dan mengkokohkannya. Maksudnya adalah segala sesuatu
yang manusia mengikat hatinya padanya dengan kokoh baik perkara yang benar
maupun batil.
Adapun secara istilah, aqidah
adalah perkara-perkara yang harus dibenarkan oleh hati dan menentramkan jiwa
sehingga perkara-perkara tersebut tegak kokoh tanpa keraguan sama sekali. Dan
disebut perkara ini aqidah (pengikat) karena manusia harus mengikat hatinya
padanya.
Jadi yang dimaksud aqidah islam
adalah keimanan yang kokoh dan kuat kepada Rububiyah Allah, UluhiyahNya
dan Asma wa sifatNya, malaikat, kitab, rasul, hari akhir,qada’ dan qadar
baik yang buruk maupun yang jelek.
Aqidah islam jika kita sebutkan
secara mutlak, maka maksudnya adalah aqidah ahli sunnah wal jamaah yaitu
aqidah yang dipeluk dan diyakini oleh kelompok yang Allah janjikan kepadanya
keselamatan karena telah mengikuti sunnah dalam keyakinan, ibadah, petunjuk dan
akhlak dan karena senantiasa mengikuti jamaah kaum muslimin.
Aqidah islam disebut juga dengan
Tauhid, As Sunnah, Usuluddin, Al fiqh Akbar, Asy Syariah, Al Iman
Urgensi Aqidah Islam
1.
Salah satu pondasi pokok pilar-pilar
kehidupan manusia, henry berkata, “Ada dan akan ada sekelompok manusia yang
tidak memiliki ilmu pengetahuan, namun tidak akan ada sekelompok manusia tidak
memiliki aqidah.
- Tauhid adalah tingkat keimanan yang tertinggi
Sebagaimana sabda Nabi r :
“Iman itu ada tujuh puluhan cabang, yang
tertinggi adalah mengucapkan “لا إله
إلا الله ” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan, dan sikap malu termasuk salah satu cabang keimanan”. (H.R
Muslim).
- Tauhid sebagai syarat diterimanya suatu ibadah
Sebagaimana firman Allah : “… dan
seandainya mereka menyekutukan Allah niscaya leburlah segala yang mereka
amalkan”. (Q.S Al-An’am : 88)
- Tauhid merupakan sebab bagi datangnya ampunan Allah.
Sebagaimana firman Allah : “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (Q.S :
An-Nisa’ : 48).
- Orang yang benar-benar merealisasikan tauhid akan masuk surga dan diharamkan atasnya neraka.
Sebagaimana sabda Nabi r : “Sesungguhnya Allah mengharamkan
neraka bagi orang-orang yang mengucapkan “La-Ilaha-Illa-Allah”
dengan tujuan mendapatkan keridhoan Allah”. (HR Bukhori dan Muslim).
- Tauhid merupakan sumber keamanan dan petunjuk.
Sebagaimana firman Allah
: “Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk”. (QS Al-An’am : 82).
- Tauhid adalah sebab dihilangkan kesulitan dan kesedihan di dunia dan akhirat.
Sebagaimana
firman Allah : “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
menjadikan baginya jalan keluar dan memberikan rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka” (Q.S. Atthalaq: 2-3)
- Allah akan menumbuhkan rasa cinta kepada iman dan rasa benci kepada kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan di dalam hati orang yang mentauhidkan Allah.
Sebagaimana firman Allah :” tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta'
kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta
menjadikan kamu benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka
Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (Q.S. Alhujurat : 7).
- Orang yang bertauhid akan diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
Sebagaimana Allah berfirman : “Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan
beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. Annahl : 97)
- Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di neraka.
sebagaimana
Rasulullah bersabda : “ Setelah penghuni surga masuk ke surga dan penghuni
neraka masuk ke neraka, maka Allah berfirman: “Keluakan dari neraka orang-orang
yang didlam hatinya terdapat seberat biji sawi iman!, maka mereka pun
dikeluarkan dari neraka hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam, lalu mereka
dimasukkan ke sungai kehidupan maka tubuh mereka tumbuhh sebagaimana tumbuhnya
benih yang berada di pinggiran sungai. Tidak engkau perhaikan bahwa benih itu
tumbuh berwarana kuning dan berlipat-lipat? (H.R. Bukhori)
Keistimewaan Aqidah Islam
1.
Merupakan akidah yang mudah dan
jelas,tiada kerancuan di dalamnya, memberikan ketenangan hati dan jiwa, tidak
mewariskan keraguan maupun kebimbangan.
2.
Sesuai dengan fitrah
3.
Akidah yang telah terbangun kokoh
untuk selamanya
4.
Mengambil singkap tengah, dengan
tidak berlebihan dan juga tidak
menyepelekannya
Hakikat aqidah ahli sunnah wal jamaah
Di atas telah kita sebutkan
pengertian Aqidah ahlus sunnah, namun kita hanya akan membahas bagian
pertama dari pengertian di atas yaitu keimanan yang kokoh kepada Rububiyah
Allah, UluhiyahNya, dan asma wa sifatNya. Atau yang lebih dikenal
dengan tiga macam tauhid.
Pertama: Tauhid rububiyah yaitu
mengimani keberadaan Allah dan meyakini bahwasannya Dia maha esa dalam seluruh
perbuatanNya atau dengan kata lain, meyakini bahwasannya Allah adalah sang
pencipta, pemberi rizki, megatur segala sesuatu dan tiada sekutu bagiNya.
Tauhid ini mencakup penetapan kita
bahwa Allah maha pencipta segala sesuatu, raja diraja, pemberi rizki,
menghidupkan, mematikan, mendatangkan manfaat dan bahaya, satu-satunya dzat
yang mengabulkan doa, semua kebaikan di tanganNya, maha kuasa atas segala
sesuatu, menentukan nasib semua mahkluknya, yang mengaturnya dan Dia dalam hal
ini tidak memiliki sekutu.
Allah berfirman:
“Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam” (QS. Al Fatihah: 2 )
“Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang
Maha Esa, tidak ada Tuhan berhak disembah melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang, sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi, sungguh terdapat
tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan” ( QS. Al Baqarah: 163-164)
Maka, orang yang berdoa kepada mayit
untuk mendatangkan kebaikan dan menolak bala atau berdoa kepada kyai untuk
sesuatu hal yang di luar kemampuannya termasuk menafikan tauhid rububiyah.
Kedua: Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesakan Allah
dalam peribadahan.
Apabila seseorang berkeyakinan bahwa
selain Allah berhak untuk disembah, atau dia memalingkan ibadah kepada selain
Allah, membarikan ketaatan dan ketundukan kepada selain Allah maka dia telah
melakukan perbuatan yang menafikan tauhid uluhiyah.
Allah berfirman:
“ Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu” (
QS. Adz Dzaiyat: 56)
Ketiga: Tauhid asma’ dan sifat yaitu
menetapkan nama dan sifat yang Allah tetapkan untukNya dan nabi r jelaskan tanpa tahrif, ta’thil,
takyiif, dan tamtsil, atau menafikan sifat-sifat yang mengurangi kesempurnaan Allah
yang telah Allah nafikan dengan meyakini kesempurnaan lawan sifat kekurangan
tersebut.
Allah berfirman:
“Hanya
milik Allah asmaa-ul husna (nama-nama yang agung nan indah), maka berdoalah
kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya, nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al A’raf: 180)
“Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Maha
Melihat” (QS. Asy Syura: 11)
Hakikat tauhid yang dibawa rasul
Setelah mengetahui uraian ketiga
macam tauhid di atas, sekarang kita akan mengenal korelasi antar ketiga macam
tauhid di atas dan kedudukan masing-masing, dan mengetahui inti dakwah para
rasul, apakah mereka di utus untuk menyerukan kepada umatnya ketiga macam
tauhid ini atau bagaimana?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
di atas, maka kita akan memperhatikan satu point penting di bawah ini:
·
Ketiga macam tauhid di atas harus
berkumpul pada diri seseorang, jika ada yang cacat maka belum sah tauhid
seseorang, hal ini disebabkan karena:
-
Jika hanya meyakini rububiyah
saja maka tidak cukup, dan belum disebut masuk islam.
-
Menetapkan tauhid rububiyah mengharuskan
dia untuk menetapkan tauhid uluhiyah.
-
Orang yang menetapkan tauhid uluhiyah
berarti telah menetapkan tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa sifat.
·
Tauhid rububiyah adalah tauhid
yang diakui dan ditetapkan oleh kebanyakan manusia zaman dulu hingga sekarang,
dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali sedikit. Di antara orang yang
mengingkari rauhid rububiyah adalah fir’aun sehingga dia mengingkari kanabian
musa meskipun di dalam hatinya dia menetapkan keberadaan Allah, sebagaimana
firman allah:
“Dan
mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan padahal hati mereka
meyakini kebenarannya, maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang
berbuat kebinasaan”. (QS. An Naml: 14)
Apa inti
dakwah para rasul?
Allah U berfirman: “Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut” (Q.S. An-Nahl: 36)
Nabi r berkata
kepada Muadz:
“Sesungguhnya engkau akan menjumpai kaum dari ahli
kitab (Yahudi dan Nashrani) maka, hendaklah hal pertama yang kamu serukan
adalah agar mereka mengesakan Allah…”
Jadi, inti dakwah para rasul adalah
menyeru umatnya untuk memurnikan ibadah hanya kepada allah dengan mengenalkan
rabbnya kepada mereka melalui nama sifatnya bukan untuk mengajak umatnya
beriman kepada keberadaan Allah semata. Seruan untk beribadah hanya kepada Allah
terkandung di dalam kalimat laa ilaaha illa allah.
Oleh karena itu Nabi r meyeru umatnya untuk mengucapkan
kalimat tauhid selam 13 tahun di makkah.
Dengan kata lain inti dakwah para
rasul adalah kalimat laa ilaha illallah.
Referensi:
Al wajiz fi akidatis salafis soleh,
Tahdzib Tashilil Aqidah Al Islamiyah oleh Abdullah bin Abdul Aziz Al Jibrin, Al
Qoulul Mufid oleh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin
(Bersambung ...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar