Cari Blog Ini

Selasa, 29 Mei 2012

Surat Terbuka untuk Suami Istri (2)

Wahai suami istri … Jangan tampakkan perselisihan di hadapan anak-anak!


Tidak sepantasnya suami istri bertengkar di hadapan anak-anak mereka –anak kecil pada khususnya-, tidak pantas pula mereka mengangkat suara di hadapan anak-anak mereka, karena tindakan ini melahirkan perasaan takut dan khawatir pada diri anak.

Bahkan, anak-anak terkadang mengira bahwa perselisihan kedua orang tuanya pasti berakibat pada perceraian dan perpisahan, sehingga anak-anak mereka tercekam rasa takut dan selalu cemas dengan perselisihan kedua orang tua, dan akan berdampak negatif pada kejiwaan anak.

Bahkan para pakar psikolog menegaskan bahwa perselisihan kedua orang tua yang terus menerus di hadapan anak-anak mereka berdampak negatif pada kesehatan kejiwaan anak, dampak ini akan selalu dirasakan hingga mereka dewasa, terkadang lahir kebencian dan ketakutan dari pernikahan pada sebagian anak, mereka takut jikalau perseteruan akan berulang pada keluarganya kelak, karena anak telah berasumsi bahwa suami istri harus hidup sengsara penuh dengan perselisihan, problematika, dan rintangan.

Hal-hal di atas terjadi –secara khusus- ketika perselisihan suami istri dikuasai oleh emosi yang tak terkendali, angkat suara, ancaman perceraian dan seterusnya.

Akan tetapi, apa yang harus dilakukan kedua orang tua terhadap problematika keluarga yang pasti datang menghampirinya? 

Bagaimana sikap mereka terhadap problematika keluarga yang tidak ada satu rumah tangga kecuali ada problematika?

Perselisihan keluarga agar tidak berdampak pada kesehatan kejiwaan anak, maka harus dikendalikan, dan suami istri harus berusaha agar perselisihan tersebut penuh dengan kesopanan dan saling menghargai, dan harus dihindarkan dari peremehan, celaan dan lainnya.

Perselisihan di atas juga harus jauh dari anak-anak, sehingga tidak berdampak negatif pada kesehatan kejiwaan anak dan tidak melukai perasaan mereka.

Disamping itu, anak-anak harus dididik bahwa perselisihan itu pasti terjadi, tetapi perselisihan tersebut harus penuh dengan kasih sayang, cinta, menghormati orang lain, dan tidak sampai pada tingkat yang tidak pantas.

Seorang ibu harus berhati-hati pada satu poin penting, yaitu seorang ibu yang menghasut anaknya bahwa ayahnya telah mendzolimi dirinya atau ayahnya tidak memberikan hak-hak dirinya atau lainnya dengan tujuan agar anaknya membelanya.

Tindakan ini tidak benar, bagaimanapun keadaan sang ayah, maka dia tetap ayahnya, ayah yang memiliki hak untuk ditaati anak-anaknya, dicintai, disayangi, dan dihormati. Maka tidak boleh ditanamkan pada anaknya untuk membenci ayahnya.

Ini tindakan buruk dan tidak mendidik, terlebih lagi perbuatan tersebut haram, karena tindakan ibu manghasut anak bisa mendorong anak untuk durhaka kepada ayah, dan mencampakkan sang anak untuk mendapatkan siksaan Allah di dunia dan akhirat.

Sang ayah juga tidak boleh menghasut anak, dia tidak boleh memenuhi jiwa anak dengan kebencian kepada ibunya, bagaimanapun kondisi perselisihan mereka berdua. Karena ibu tetap ibu sang anak, bagaimanapun keadaan ibu, yaitu ibu yang memilik hak untuk ditaati oleh anaknya. Akan tetapi sang ayah yang bodoh dan ibu yang bodoh sering menghasut anak-anaknya. 

Yang memberikan peringatan akan hal ini bukan hanya para ulama, melainkan para dokter spesialis anak.

DR. Benyamin –dokter spesialis anak-anak- berkata dalam bukunya “sepatah kata untuk para ibu” :
“Saya ulangi sekali lagi, kedua orang tua tidak boleh memerankan peran sebagai syahid atau yang terdzalimi … perbuatan seperti ini tidak boleh terjadi dari kedua orang tua, karena perbuatan tersebut menyebabkan anak tertekan oleh salah satu dari kedua orang tuanya, orang tua yang dia anggap sebagai barang miliknya yang paling berharga, kedua orang tua adalah sumber kehidupan anak dan kebaikannya”

Wahai suami istri … usirlah rasa bosan dengan salat!

Aku kira, tidak ada seseorang jika dia memulai harinya dengan salat, bermunajat dengan Allah Rabb semesta alam, meminta perlindungan kepadaNya, memohon bantuan, kekuatan dariNya, kemudian dia merasa bosan setelah itu. 

Rasulullah r bersabda:
مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِيْ ذِمِّةِ اللَّهِ
Baransiapa salat subuh maka dia menjadi tanggungan Allah”, 

Yaitu, Allah akan menjaganya, hadits di atas adalah peringatan untuk setiap orang yang ingin disakiti oleh setan dan manusia … ya, salat akan memberikan kepada manusia ketenangan jiwa dan kekuatan batin yang dengannya seseorang bisa mengatasi segala perkara yang memperkeruh hidupnya, perhatikanlah Rasulullah r apabila bersedih beliau bersegera salat.

Wahai para suami, wahai para istri, sudahkan kalian mengingat Allah dengan salat saat merasa bosan?

Salah satu dokter ternama di barat, penulis buku Manusia itu bodoh berkata, “Salat adalah potensi terbesar yang melahirkan vitalitas yang sudah diketahui hingga hari ini, aku melihat banyak dokter yang menangani para penderita dengan resep-resep mereka, namun resep-resep tersebut tidak mampu menyembuhkan penyakit, setelah dokter angkat tangan karena tidak mampu, maka salat mengambil alih peran dan menyembuhkan si penderita. Karena ketika kita salat, kita mengikatkan diri kita dengan kekuatan agung, yang mengatur alam semesta, kita memohon kepada kekuatan tersebut dengan merendahkan diri, agar kita diberi sepercik kekuatan tersebut untuk menghadapi problematika kehidupan. Bahkan dengan merendahkan diri kepada Allah, berdoa kepadaNya, sudah cukup untuk meningkatkan kekuatan kita dan aktivitas kita, kamu tidak menemukan seorang pun yang merendahkan diri kepada Allah kecuali perendahan dirinya di hadapan Allah akan memberikan kepadanya akibat-akibat yang agung.”

Oleh karena itu, Islam mensyariatkan salat lima waktu sehari semalam di waktu-waktu yang berbeda dan saling berurutan sejak bangun tidur, dengan tujuan umat islam bisa mandi di waktu-waktu tersebut membersihkan diri dari kotoran-kotoran kehidupan dan kesedihannya. Islam juga telah mensyariatkan salat yang disebut salat hajah, salat yang dilaksanakan seorang muslim, sebagaimana Rasulullah r segera melaksanakan salat hajah ketika perkara dunia dari perkara-perakara dunia menghimpitnya, mengharap di dalamnya bantuan dan pertolongan dari Allah, salat hajah itu salat dua rakaat seperti salat sunnah lainnya, seorang hamba bisa berdoa kepada Allah sekehendak hatinya.

Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (١٨٦)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al Baqarah: 186)

Wahai para suami, apabila kalian merasa bosan atau mendapatkan buruknya perangai istrimu, maka tunaikanlah salat, berdoalah kepada Allah agar memperbaiki keadaannya, perhatikanlah firman Allah (Maka kami perbaiki istrinya), ayat ini menceritakan Zakariya u, karena beliau termasuk orang-orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan, selalu berdoa kepada Allah dengan penuh pengharapan dan rasa takut, dan beliau termasuk ahli ibadah.

Perhatikanlah, hadits qudsi di bawah ini, ketika Allah mengajak bicara seluruh hambaNya, Allah berkata:

Wahai hambaKu, kamu semua tersesat, kecuali orang yang Aku tunjuki, maka mintalah petunjuk dariKu, niscaya aku tunjuki kamu. Wahai hambaKu, kamu semua lapar, kecuali yang aku beri makan, maka mohonlah makanan dariKu, niscaya aku beri makan. Wahai hambaKu, kamu semua telanjang kecuali yang aku beri pakaian, maka mohonlah pakaian dariKu, niscaya aku beri pakaian ..”

Jika demikian keadaan orang yang berdoa, bagaimana halnya dengan orang yang berdoa kepada Allah dengan penuh keikhlasan? Orang yang tidak pernah meninggalkan doa dan terus bermunajat kepada Allah?

Suatu kali, Rasulullah r memasuki masjid dan mendapatkan Abu Umamah di dalam masjid di selain waktu salat, lalu Rasulullah r bertanya tentang sebab keberadaan dia di masjid, maka Abu Umamah menjawab, “Kesedihan dan hutang menghimpitku wahai Rasulullah”, lalu Rasulullah r berkata, “Maukah kamu aku beri tahu sebuah ucapan jika kamu ucapkan niscaya Allah menghilangkan kesedihanmu dan melunasi hutangmu?”, Abu Umamah menjawab, “Mau wahai Rasulullah”, lalu Rasulullah r berkata, “Apabila kamu memasuki pagi atau sore, maka ucapkanlah:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعَوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kesempitan dan kesedihan, aku berlindung kepadaMu dari lemah dan malas, aku berlindung kepadaMu dari takut dan bakhil, aku berlindung kepadaMu dari himpitan hutang dan aniaya orang lain

Abu Umamah berkata, “Akupun melaksanakan wasiat Rasulullah r, hingga Allah menghilangkan kesedihanku dan melunasi hutangku”

Doa ini adalah doa untuk orang yang terhimpit kesedihan, kesempitan, atau merasa bosan. 

Namun, yang penting dalam doa adalah menghadirkan keagungan Allah dan benar-benar mengharap kepada Allah yang menciptakan semua makhluk, yang mentakdirkan segala sebab, dan  yakin dengan apa yang di sisi Allah, bukan hanya sekedar mengucapkan doa di atas dengan lisan saja.

(disarikan dan disusun ulang oleh Agus Abu Rufaid Agus Suseno dari Miftah Assa'adah Azzaujiyah)

Tidak ada komentar:

IKHLAS BERIBADAH

Semua orang ingin ibadahnya diterima dan berpahala, akan tetapi ibadah tidak sah dan tidak diterima jika tidak berpondasikan keikhlasan ...